Photobucket

Senin, Januari 18, 2010

Sosial Budaya Jambi

Sosial Budaya Provinsi Jambi

Hanya ada satu bahasa daerah di Provinsi Jambi, yaitu Bahasa Melayu, dengan beberapa dialek lokal seperti dialek Kerinci, Bungo/Tebo, Sarolangun, Bangko, Melayu Timur (Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur), Batanghari, Jambi Seberang, Anak Dalam dan Campuran. Khusus untuk masyarakat Kerinci, mereka mempunyai aksara tersendiri yang dikenal dengan Aksara Encong yang dapat ditemui dan digunakan oleh sekelompok masyarakat di sana.

Provinsi ini dapat dikatakan multietnis. Sebagian besar adalah Melayu Jambi dan selebihnya adalah berbagai suku dan etnis dari seluruh Indonesia. Etnis dominan adalah Minang, Bugis, Jawa, Sunda, Batak, Cina, Arab, dan India.

Di provinsi ini adat istiadat Melayu sangat dominan. Adat inilah yang mengatur segala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakat yang bersendikan kepada hukum islam. Adagium ”Adat bersendikan sara’, sara’ bersendikan kitabullah” atau ”Sara’ mengato adat memakai” sangat memsyarakat di sana. Penegak syariat Islam banyak mewarnai masyarakat Jambi. Dalam keseharian mereka, banyak ajaran dan pengaruh Islam diterapkan, diantaranya tradisi tahlilan kematian, Yasinan, serta berbagai upacara yang dilakukan mengikuti daur hidup manusia.

Sebagai masyarakat agraris, warga Jambi juga kerap melaksanakan adat–istiadat yang berkaitan juga dalam bidang pertanian, misalnya adat “serentak turun ke umo”. Dalam mengolah sawah sesuai dengan musimnya dengan berpedoman pada rotasi iklim, hal ini di sebut “piamo”. Dalam hal keamanan tanaman agar tidak dirusak ternak, berlaku pepatah adat ”umo bekandang siang, kerbo bekandang malam”, yang berarti jika binatang ternak mengganggu tanaman siang hari, maka tanggung jawab tetap pada si pemilik sawah atau kebun. Sebaliknya jika ternak memasuki sawah atau kebun pada malam hari, tanggung jawab tetap ada di pundak pemilik ternak.

Untuk memperkuat dan memelihara adat istiadat tersebut, berbagai kegiatan kesenian dan sosial budaya kerap di lakukan, antara lain :

  1. Tari Asik, dilakukan oleh sekelompok orang untuk mengusir bala penyakit;
  2. Tradisi Berdah, dilaksanakan saat terjadi bencana dengan tujuan menolak bencana;
  3. Kenduri Seko, bertujuan untuk membersihkan pusaka dalam bentuk keris, tombak, Al Kitab dalam bentuk Ranji–ranji Kuno;
  4. Mandi Safar, dilaksanakan pada hari Rabu di akhir bulan Safar bertujuan untuk menolak bala;
  5. Mandi Belimau Gedang, dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan menyucikan dan mengharumkan diri; dan
  6. Ziarah Kubur, dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan mendoakan arwah leluhur.


Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerah adalah anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam pula, mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya. Kerajinan lainnya adalah hasil tenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora.Rujukan

Pengurus LBBJ (Lembaga Budaya Batak Jambi) Periode 2008-2011
KabarIndonesia - Jamb, Drs. H. Rahmad Derita Harahap dan Ir. P. Bernhard Panjaitan MM kembali terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) dan Sekretaris Umum (Sekum) Badan Pengurus Pusat (BPP) Lembaga Budaya Batak Jambi (LBBJ) Provinsi Jambi periode 2008-2011 pada rapat pengurus di Grand Hotel Jambi, Sabtu (22/11).

Rapat tersebut juga sebagai laporan pertanggungjawaban BPP LBBJ Provinsi Jambi periode 2006-2008. Menurut Ir P Bernhard Panjaitan, perjalanan LBBJ Provinsi Jambi untuk turut ambil bagian dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan serta silaturahmi masyarakat Batak Jambi dalam keaneka ragamannya.

Disebutkan, BPP LBBJ Provinsi Jambi dalam masa kepengurusannya hingga kini telah berusaha turut serta memberikan warna terhadap masyarakat Jambi pada umumnya dan pada masyarakat Batak Jambi khususnya.

Produk-produk yang dihasilkan oleh LBBJ Provinsi Jambi diantaranya, Pengukuhan BPP LBBJ Provinsi Jambi 7 September 2003, Pemberian Gelar Adat kepada Bupati Tanjung Jabung Timur dan Pelantikan Pengurus LBBJ Tanjabtim, Pelantikan Pengurus LBBJ, 16 Juni 2005 di Hotel Tapian Ratu.

Kemudian Pangupahon (pemberian tanda kehormatan) kepada Djaiutan Mangaradja, Zulkifli Nurdin (Gubernur Jambi) di Gedung Pesebanan Jambi tahun 2005, melaksanakan musyawarah kerja (Musker) LBBJ di Gedung BKOW Jambi tahun 2006.

Menurut Ir Bernhard Panjaitan, selanjutnya program lain yang telah dilakukan yakni, menghadiri undangan DPRD Provinsi Jambi dalam rangka HUT Provinsi Jambi januari 2007 dan Januari 2008, pergantian Sekretaris Jenderan LBBJ Provinsi Jambi dari Pinondang Hutabarat kepada Ir. P Bernhard Panjaitan tahun 2008.

Selanjutnya, menghadiri pertemuan Gubernur Jambi dengan seluruh Suku dan Tokoh adat di Rumah Gubernur Jambi 24 April 2008, mengadakan acara “Semalam di Bona Pasogit” sekaligus pemberian Ulos Holong kepada Djaitutan Mangaraja Zulkifli Nurdin di kediaman Zulkifli Nurdin, Mei 2008.

“Kegiatan lain melaksanakan dan mengikuti seminar sehari wajib belajar 12 tahun Provinsi Jambi yang dilaksanakan atas kerja sama Dunia Meklayu dan Dunia Islam (DMDI) Jambi, LBBJ dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi. Seminar adat Toba bekerjasama dengan HKBP Jambi Juli 2008 di Jambi,”kata Drs. Rahmad Derita Harahap menambahkan.

Disebutkan, kegiatan lain menghadiri pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Jambi Periode 2008-2012 di Gedung DPRD Provinsi Jambi 4 Nopember 2008. Pemberian krans bunga sebagai tanda turut berduka cita terhadap warga Batak di Jambi yang meninggal dunia.

Pemilihan
Pemilihan Ketum dan Sekjen BPP LBBJ Provinsi Jambi dilakukan oleh perwakilan lima Ketua Puak Batak. Antara lain Puak Simalungun ( B Saragih Sitio), Puak Toba (OM Simangunsong), Puak Karo (A Pinem), Puak Tabaksel (R Siregar) dan Puak Fak-fak (K. Maha Silalahi).

Setelah kepengurusan demisioner, pimpinan sidang terdiri dari Ir Tagor Mulia Nasution, Ir. P Bernhard Panjaitan, Robinson Hutapea, A Pinem, Drs P Sitio. Usai dilakukan pemilihan, perwakilan kelima Puak menyampaikan hasil pilihan Ketua Umum dan Sekretaris Umum.

Jumlah peserta rapat yang hadir sekitar 50 orang yang terdiri dari lima Puak dalam kepengurusan LBBJ Provinsi Jambi. Sementara untuk melengkapi kepengurusan lengkap diserahkan kepada Ketua Umum dan Sekum terpilih dibantu sejumlah formatur.

Pengurus terpilih diberi waktu seminggu untuk menyusun pengurus yang baru sesuai dengan Anggaran Dasar LBBJ Provinsi Jambi. Pengurus terpilih juga mengundang seluruh pengurus dari lima Puak hadir di Rumah Makan Aneka Rasa, Senin (24/11) pukul 19.00 wib. Pertemuan itu dalam rangka penyusunan struktur pengurus. Sementara pelantikan pengurus baru LBBJ Provinsi Jambi direncanakan awal Desember 2008.

Sosial Budaya
Sementara itu, beberapa tokoh Adat masyarakat Batak di Jambi OM Simangunsong, WP Napitupulu, mengatakan, seyogyanya program LBBJ Provinsi Jambi ke depan dapat mengayomi seluruh etnis Batak yang ada di Provinsi Jambi dalam membangun Provinsi Jambi.

Organisasi sosial budaya LBBJ Provinsi Jambi juga diharapkan sebagai jembatan masyarakat Batak di Jambi terhadap pemerintah daerah khususnya dalam menciptakan lapangan kerja serta memperbaiki ekonomi masyarakat Batak di Provinsi Jambi.

Menurut Drs Rahmad Derita dan Ir. P Bernhard Panjaitan dalam kata penutupnya mengatakan, sebagai upaya LBBJ memenuhi eksintensinya menjadi organisasi Batak Jambi yang kuat, maju dan mandiri ditengah-tengah masyarakat yang pluralis, maka LBBJ perlu turut ambil bagian dalam setiap upaya guna mewujudkan persatuan dan kesatuan.

Kemudian silaturahmi masyarakat Batak Jambi dalam keanekaragamannya. Agande aktivitas kedepan yakni meningkatkan hubungan silaturahmi dengan masyarakat Batak di Jambi. LBBJ harus menciptakan format saling membutuhkan dan saling memiliki dengan masyarakat Batak di Jambi.

Selanjutnya meningkatkan hubungan dengan seluruh komponen masyarakat Jambi. LBBJ perlu melakukan pergaulan seluruh komponen masyarakat Jambi. Hal itu agar masyarakat Batak tidak mengalami keteransingan dan diskriminasi.

“LBBJ sebagai salah satu representasi wadah masyarakat Batak Jambi, sebagai bagian tak terpisahkan dari warga masyarakat Batak Jambi harus mampu bereksintensi dan seraya membangun masyarakat sipil yang egaliter (civil & egalitarian sociaty) yang berunsur saling menghargai, menghormati dan saling mangkaholongi (mengasihi),” ujar Ir. P Bernhard Panjaitan didampingi Drs Rahmad Derita Harahap. (ruk).Rujukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar