Photobucket

Senin, Januari 18, 2010

Investasi Jambi

Peningkatan Investasi dan Ekspor Nonmigas Provinsi Jambi

(Berita Daerah - Sumatra) - Selang waktu 6 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi berdasarkan harga konstan 1993 menunjukkan trend yang meningkat. Pada tahun 1999, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi hanya sebesar 2,90% tetapi tahun 2004 telah mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 5,42% atau dalam kurun waktu 6 tahun tersebut laju pertumbuhan rata-rata ekonomi Provinsi Jambi mencapai 4,72% pertahun, selama periode 1999-2004.

Namun pertumbuhan tersebut secara rata-rata 38 persen berasal dari sektor primer, sehingga efek multipliernya (multiplier effect) kepada masyarakat relatif kecil. Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 sebesar 5,42 persen, berasal dari kontribusi sektor primer sebesar 39 persen, sehingga peranan sektor primer masih relatif besar dalam mendorong pertumbuhan ekolnomi.

PDRB Perkapita atas harga berlaku menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu dari Rp 3,39 juta tahun 1999 meningkat menjadi Rp 6,67 juta tahun 2004 atau tumbuh rata-rata 13,88% per tahun. Kenaikan laju pertumbuhan ekonomi tersebut tidak dibarengi dengan penurunan tingkat inflasi. Pada tahun 2000, tingkat inflasi Provinsi Jambi sebesar 8,4%, tahun 2001 dan 2002 masing-masing tingkat inflasi sebesar 10,11% dan 12,84% tetapi pada tahun 2003 tingkat inflasi dapat diturunkan menjadi 3,79% dan inflasi tahun 2004 naik menjadi 7,25%, bahkan inflasi tahun 2005 diperkirakan mencapai sekitar 15 %.

Dari struktur perekonomian, Provinsi Jambi masih didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini telihat dari masih besar kontribusi sektor pertanian pada PDRB Provinsi Jambi (30,22%), sedangkan sektor pertambangan menunjukkan kontribusinya makin meningkat. Pada tahun 1999, sektor pertambangan hanya punya kontribusi pada PDRB sebesar 10,18% dan tahun 2003 kontribusinya sudah mencapai 15,45%.

Akan tetapi sektor industri pengolahan relatif tetap selama 5 tahun terakhir. Namun sektor jasa menunjukkan kenaikan. Kontribusi sektor jasa pada tahun 1999 sebesar 9,01% dan pada tahun 2003 telah meningkat menjadi 9,88%. Analisis kontribusi sektoral terhadap PDRB tersebut didasarkan atas harga berlaku.

Gambaran umum dari perkembangan ekonomi Provinsi Jambi juga terlihat dari peningkatan lembaga perbankan, khususnya perbankan swasta. Pada tahun 1999 hanya ada 5 bank swasta dan tahun 2003 telah menjadi 10 bank swasta. Penambahan bank swasta tersebut juga akan bedampak terhadap jumlah dana pihak ketiga dan jumlah kredit yang disalurkan perbankan dalam rangka menumbuh kembangkan ekonomi Provinsi Jambi.

Dari sisi penyaluran kredit perbankan terjadi peningkatan dari Rp.1,41 trilyun pada tahun 1999 meningkat menjadi Rp.2,38 trilyun tahun 2003 atau meningkat sebesar 68,79 persen. Penyaluran kredit sampai Agustus 2004 telah mencapai Rp.2,69 trilyun (naik 13,19%). Demikian juga untuk Kredit Usaha Kecil (KUK) mengalami peningkatan sebesar 256,56 persen atau meningkat rata-rata 54,83 persen pertahun, yakni dari Rp.366 Milyar tahun 1999 menjadi Rp.1,305 trilyun tahun 2003 dan kredit yang telah disalurkan sampai Agustus 2004 mencapai Rp.1,092 trilyun.

Dalam perdagangan internasional, aktivitas ekspor Provinsi Jambi meningkat dalam selang waktu 5 tahun terakhir. Nilai Ekspor Provinsi Jambi tahun 1999 sebesar US$ 468,32 juta meningkat menjadi US$ 529,23 juta pada tahun 2003 atau meningkat 13 persen. Sedangkan sampai akhir tahun 2004 diproyeksikan mencapai US$ 580,00 juta. Sementara Nilai Impor tahun 1999 sebesar US$ 41,48 juta, menjadi US$ 63,75 juta tahun 2003 atau meningkat 53,69 persen.

Sedangkan tahun 2004 diproyeksikan menurun menjadi US$ 43,73 juta. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan internasional Provinsi Jambi mengalami surplus. Pada tahun 1999 surplus sebesar US$ 426,84 dan meningkat menjadi US$ 465,48 juta tahun 2003 atau 9,05 persen, sedangkan pada tahun 2004 ini diproyeksikan mencapai US$ 528 juta atau meningkat 26,44 persen.

Aktivitas industri dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini juga menunjukkan peningkatan. Nilai produksi industri kecil dan menengah pada tahun 1999 hanya Rp 208,21 miliar,- tetapi tahun 2003 telah mencapai sebesar Rp 304,97 miliar. Untuk industri besar juga meningkat. Tahun 1999, industri besar nilai produksi sebesar Rp 1.867,6 miliar,- dan tahun 2003 nilai produksi industri besar telah mencapai Rp 2.324,8 miliar,-.

Khusus untuk pengembangan ekonomi kerakyatan, telah pula dikucurkan kredit usaha kecil (KUK) sebesar Rp 366 miliar tahun 1999 meningkat menjadi Rp 1.305 miliar tahun 2003 dan sampai Agustus 2004 mencapai Rp 1.092 miliyar. Trend perkembangan KUK dan Industri Dagang Kecil dan Menengah (IDKM) selama 6 tahun digambarkan pada grafik berikut ini.

Program ekonomi kerakyatan yang diluncurkan oleh pemerintah juga didukung oleh KUK yang tumbuh rata-rata 37,41 % selama 5 tahun. Keberhasilan ini juga mendorong pengembangan IDKM yang tumbuh rata-rata 10,04% per tahun, dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 48.640 orang tenaga kerja.

Dari sisi penyaluran kredit perbankan terjadi peningkatan dari Rp.1,41 trilyun pada tahun 1999 meningkat menjadi Rp.2,38 trilyun tahun 2003 atau meningkat sebesar 68,79 persen. Penyaluran kredit sampai Agustus 2004 telah mencapai Rp.2,69 trilyun (naik 13,19%). Demikian juga untuk Kredit Usaha Kecil (KUK) mengalami peningkatan sebesar 256,56 persen atau meningkat rata-rata 54,83 persen pertahun, yakni dari Rp.366 Milyar tahun 1999 menjadi Rp.1,305 trilyun tahun 2003 dan kredit yang telah disalurkan sampai Agustus 2004 mencapai Rp.1,092 trilyun.

Dari sudut tenaga kerja, jumlah pengangguran juga mengalami penurunan selama 5 tahun belakang ini. Akibat krisis moneter, jumlah pengangguran terbuka menjadi besar. Tahun 1999 saat masa krisis ekonomi dan moneter, di Provinsi Jambi tercatat 28.792 orang penganggur tebuka. Berkat kebijakan ekonomi yang ikut memberdayakan para penganggur serta peningkatan pertumbuhan ekonomi maka jumlah penganggur telah berkurang mencapai 16.032 orang pada tahun 200, dan sampai Oktober 2004 hanya tinggal 14.743 orang. Tingginya pengangguran terbuka tahun 1999 disebabkan oleh dampak terjadinya krisis ekonomi, sehubungan dengan itu pada pemerintah melakukan program jaring pengaman sosial (JPS) yang sifatnya padat karya.

Selain itu penurunan angka pengangguran ini disebabkan karena meningkatnya pertumbuhan ekonomi rata-rata 4,72 persen sehingga dapat meningkatkan kesempatan kerja selama periode 1999-2004 sebesar 3,09 persen. Berdasarkan data BPS Pusat tingkat unemployment rate Provinsi Jambi tahun 2002 sebesar (5,78) yaitu berada pada posisi no 2 terkecil di Sumatera setelah Bangka Belitung (5,23 %). Hal ini juga dapat dibenarkan bahwa pertumbuhan ekonomi telah berdampak terhadap pertumbuhan kesempatan kerja.

Peningkatan kesempatan kerja tersebut sangat dipengaruhi oleh peningkatan investasi. Realisasi Investasi yang berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengalami peningkatan dari Rp.5,6 trilyun tahun 1999 menjadi Rp.8,41 trilyun tahun 2003 atau meningkat 50,16 persen. Sedangkan sampai akhir tahun 2004 diproyeksikan mencapai Rp.8,534 trilyun atau meningkat rata-rata 29,3 persen selama periode 1999-2004.

Demikian juga realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada Tahun 1999 hanya US$ 11,77 juta meningkat tajam menjadi US$ 95,96 juta tahun 2003, sampai Oktober 2004 realisasi PMA sebesar US$ 97,43 juta atau meningkat rata-rata 52,61 persen. Namun jika dilihat dari realisasi investasi PMDN dan PMA selama periode 1999-2004 relatif rendah yaitu rata-rata hanya 27,5 persen untuk PMDN dan 15,5 persen untuk PMA.

Hal ini mengindikasikan prospek investasi di Provinsi Jambi dari sisi investor tidak begitu menarik. Rendahnya realisasi investasi PMDN dan PMA itu berimplikasi pada pertumbuhan sektor industri yang relatif menurun, terutama dari sektor industri perkayuan.(Fadjar A.Dewanto/FAD/bd). Rujukan

===================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar