Photobucket

Selasa, November 17, 2009

Potensi Wisata Nias

WISATA NIAS

Nias adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat pulau Sumatra, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas suku Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini merupakan obyek wisata penting.

Pulau Nias terletak 125 km sebelah barat Pulau Sumatera. Pulau Nias terletak di Lautan Hindia, dan merupakan bagian dari propinsi Sumatera Utara. Lautan yang mengelilingi Pulau Nias sangat cocok untuk kegiatan bahari, seperti surfing dan diving. penduduknya juga mempunyai budaya yang unik, yang semakin memperkaya wawasan pengunjungnya. Pulau ini mempunyai sejarah Megalitikum, dan merupakan salah satu budaya megalitikum tertua di Indonesia.Pulau dengan luas wilayah 5.318 km² ini berpenduduk 800.000 jiwa.Rujukan


Pariwisata Nias Dapat Ditingkatkan Dengan Reformasi Budaya
Jakarta (SIB) Nias, yang memiliki beragam objek pariwisata yang menarik banyak wisatawan, dapat meningkatkan dan menggali potensi tersebut dengan melakukan reformasi budaya pada sektor pariwisata.

“Perlu ada reformasi budaya di Nias agar sektor pariwisata dapat meningkat,” kata pengusaha dan pengamat pariwisata Nias, Agus Mendrofa di Gunungsitoli, Nias, Minggu.

Menurut dia, reformasi budaya yang dimaksud dapat dilakukan dengan membenahi baik keadaan fisik maupun mental warga Nias agar siap menjadi tempat tujuan wisata dan menerima para wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Agus mencontohkan, budaya yang menjadi “magnet” bagi para wisatawan domestik dan mancanegara adalah tradisi loncat batu di Kabupaten Nias Selatan.

Selain itu, lanjut mantan Ketua Harian KONI Kabupaten Nias itu, sejumlah pantai di Nias seperti Soroako juga terkenal bagi para peselancar sebagai tempat yang baik dalam melakukan olahraga tersebut.

Bahkan, ujar ketua Yayasan Talifusoda itu, beberapa kali Nias sempat menjadi ajang penyelenggaraan lomba selancar tingkat dunia.

Agus menuturkan, kelemahan yang membuat potensi Nias belum memancar secara optimal antara lain adalah masih buruknya keadaan infrastruktur seperti listrik dan air.

Ia mencontohkan, rencana untuk meningkatkan pelayanan di hotel atau penginapan yang di Nias seperti menambah AC atau pendingin ruangan di sejumlah kamar kerap tidak bisa dilaksanakan karena Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak bisa menambah pasokan daya listrik di Nias.

“Ada juga tamu (hotel) yang keluar karena airnya kotor, tetapi karena menemukan bahwa di tempat lain juga begitu keadaannya, maka dia balik kembali ke sini,” katanya.

Senada dengan Agus, Ketua Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Perwakilan Nias, William Subandar, mengemukakan bahwa sebelum tragedi gempa Nias pada 28 Maret 2005, hanya 15 persen warga setempat yang menikmati pelayanan air bersih. “Setelah pembangunan kembali, kami perkirakan kini angka tersebut telah mencapai sekitar 50 persen,” katanya.

William juga mengatakan, pihaknya telah menginvestasikan dana puluhan miliar kepada PLN dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), setempat agar terjadi perbaikan terhadap keadaan infrastruktur di Nias. (Ant/i) (SIB, 17 Nov. 2007). Rujukan

Daya Tarik dan brand Image Pariwisata Nias
Ketika sebuah pertanyaan timbul mengenai nias, apa sesungguhnya kekuatan atau daya tarik pariwisata nias yang membedakannya dengan negara lain, sehingga layak dijual ?

Banyak orang akan menjawab karena keindahan alamnya, budaya yang unik, megalit yang telah berumur ribuan tahun atau karena nilai arsitektur rumah tradisonalnya. Mungkin jawaban itu menjadi sebuah jawaban yang tepat (akan tetapi ini hanya bagi orang yang belum pernah melakukan perjalanan wisata ke mancanegara yang belum pernah melihat alam, budaya, peninggalan sejarah negara lainnya).

Kembali melirik cara pengelolaan peninggalan budaya nias yang masih belum sebanding pengeloloan budaya di Mexico, Italy, Mesir, daerah Karibean lainnya dan bahkan di daerah ASEAN saja, kita masih tertinggal jauh seperti di Thailand atau di Kamboja dengan Angkor Wat yang mereka miliki sekarang ini. Oleh karena itu, haruslah disadari bahwa kekuatan pariwisata nias adalah terletak pada manusianya. Manusia yang hangat, ramah tamah, murah senyum dan senang menolong tamunya, sehingga membuat dan membentuk “rasa kangen” untuk kembali lagi. Gambaran ini adalah pada umumnya manusia nias yang memang bercirikan demikian dan akan tetapi kita akui pula bahwa memang ada juga sekelompok kecil orang-orang nias yang mempunyai tingkah laku tidak seperti yang digambarkan, dan ini hanyalah ekses dari berbagai perubahan yang saat ini sedang berlangsung di nias. Brand Image Pariwisata Nias Sejak 2001 telah ada perintisan pembentukan image terhadap masyarakat nias (Indonesia) dengan branding yang ada, Indonesia, just a smile away”

Diforum kese-kese sebelumnya ada pembahasan branding pariwisata nias yang dimunculkan oleh Pak Peterson Sarumaha (branding local) yang di antaranya :
“Nias, the Door of Indonesia’s Blessing”; “Nias, The Nurture Island”; “Nias, The Baby Island of Indonesia”; “The Ancient Megalith of Nias”; “Nias, the Island of Surfing”; “Pariwisata Nias adalah Surga bagi Peselancar” *

Branding merupakan sebuah komitment atau sebuah janji yang ditawarkan dan merupakan media untuk memposisikan pariwisata nias di pasar global, yang akan menunjukan bagaimana pariwisata nias itu ditampilkan, ditawarkan dan bagaimana nias itu dikenal oleh pasar global.

Philip Kotler (B2B Brand Management): “branding is about promising that the company’s offering will create and deliver a certain level of performance.”

Branding menunjukan ciri khas nias yang akan menjadi “Merek” pariwisata nias dalam benak pengunjung/calon pengunjung. Brand (Wikipedia): “A brand image may be developed by attributing a “personality” to or associating an “image” with a product or service, whereby the personality or image is “branded” into the consciousness of consumers.” Dalam malakukan branding pariwisata nias tentu perlu adanya langkah segmentasi dan penentuan target pasar pariwisata nias. Target pasar akan ditentukan oleh segmentasi yang merupakan pengelompokan konsumen potensional bagi pariwisata nias. Barang tentu untuk pengadaan ini dibutuhkan sebuah lembaga yaitu : Nias Toursim Board.(Oleh:Darman Zebua).Rujukan

Pariwisata Nias:Peluang, Ilusi, atau Petaka?

Dunia mengakui. Masyarakat internasional pun bukan main kagum dengan anugerah alam yang terhampar di serata Kepulauan Nias. Mulai dari pantai berpasir putih yang berombak besar, danau, keindahan bawah laut serta budayanya, setidaknya inilah daya tarik bagi wisatawan melakukan kunjungan ke Nias. Bukan basa-basi sekiranya keindahan yang disebut-sebut di Nias itu sebanding dengan Bali yang mendunia karena pariwisata. Cuma sayangnya, kini potensi itu laksana mutiara terpendam. Dibalik keunikan budaya dan keindahan alam tersebut ternyata menyimpan berbagai catatan suram dan kepiluan.

Ironis. Seiring perkembangan zaman modern, justru keadaan pariwisata Nias mengalami kemunduran tak terkira. Jika dulu hampir tiap hari ada saja wisatawan yang datang, kini, sebulan sekali pun susah. Padahal, sekitar 20 tahun silam, kunjungan wisatawan ke Nias per tahun mencapai angka 15 ribu. Pariwisata Nias mulai terkenal ketika Wakil Presiden Hamengkubuwono IX berkunjung ke Kecamatan Teluk Dalam tanggal 21 April 1973. Dari kunjungan ini, Nias masuk dalam buku panduan pariwisata dunia. Tahun 1976, Pemerintah Daerah Nias mendirikan Kantor Pariwisata (sekarang disebut dinas) yang dipimpin pertama sekali Bambowo Laiya, MA. Kemudian semakin terkenal setelah kunjungan Wakil Presiden Adam Malik ke kawasan Tundrumbaho Kecamatan Gomo tahun 1981.

Berbagai promosi bukannya tak dilakukan pemerintah, baik daerah mupun pusat. Beragam event wisata dan budaya pun kerap dilaksanakan. Namun, tetap belum mampu menarik minat turis. Mengapa wisatawan enggan menghabiskan waktu liburnya di pulau yang berlokasi sekitar 85 mil laut dari Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga ini? Apanya yang salah? Mencari kesalahan siapa? Jangan itu ditanya. Lebih bijak kiranya mencari solusi sesuai kemampuan di bidangnya masing-masing. Sektor pariwisata Nias jika dikelola maksimal dan didukung penuh oleh masyarakat, niscaya ia akan menjadi sumber kesejahteraan bagi semua. Sekaligus, ia akan menjadi ‘’surganya dunia”.

Dalam berbagai forum bersama Bupati Nias, Binahati Baeha, SH, kerap ada pertanyaan, mengapa pariwisata Nias belum menjadi andalan daerah? Binahati menjawab diplomatis. Ia bilang, wisatawan ke Nias hanya sisa-sisa dari wisatawan yang ke Sumut. Jumlahnya kecil. Salah satu penyebab adalah terbatasnya transportasi. Dia contohkan, hingga saat ini belum ada penerbangan langsung dari negara asal wisatawan ke Nias.

Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkaan kunjungan wisatawan, Pemkab Nias melakukan perbaikan dan penambahan fasilitas bandar udara Binaka di Gunung Sitoli. Memperpanjang landasan agar bisa didarati pesawat berbadan lebar atau jenis boeing sehingga bisa langsung melakukan penerbangan dari negara asal wisatawan ke Nias adalah salah satunya.

Lalu, bagaimana pertanyaan serupa jika diajukan pada Bupati Nias Selatan? Dalam berbagai pertemuan masyarakat Nias, baik di Medan maupun di Jakarta, bupati satu ini tidak pernah hadir. Ia sering diwakili Herman Laia, SH, entah dalam kapasitas apa karena jabatannya tak jelas benar. Maka, jawaban yang diberikan Herman juga tak jelas. Memang diakui bahwa sektor pariwisata belum menjadi andalan. Namun, ”Permainan ke depan, sektor ini harus menjadi andalan,” begitu ucapnya.

Lalu, saya mendengar banyak orang bertanya, apakah kenal dengan Nias? Jawaban sungguh menggembirakan. Meski belum pernah datang langsung, masyarakat Indonesia sudah cukup akrab dengan budaya dan pariwisata Nias. Secara psikologis, itu tak terbantah karena pada Rupiah, salah satu budaya Nias yang juga satu-satunya di dunia yakni lompat batu (hombo batu) pernah menghiasi mata uang resmi Republik ini.

Berkaca dari situ, jelas merupakan satu modal atau pondasi menggairahkan kembali dunia pariwisata Nias yang sempat mati suri. Tinggal bagaimana caranya menyikapi agar bukan sekedar peluang, atau hanya sebuah ilusi atau malah jadi bencana.

Dari mana harus memulainya? Banyak pendapat soal ini. Tapi, kemauan berubah dan kesamaan persepsi masyarakat harus menjadi prioritas utama. Sebab, pariwisata akan maju atau hanya jalan di tempat atau bahkan mundur kalau kesadaran masyarakat soal pariwisata belum tercipta dan sumber daya manusia tak ada perubahan. Intinya, dituntut komitmen bersama, cara pandang dengan konsep global serta menyingkirkan ego sektoral. Hanya dengan itu baru pariwisata Nias siap menyambut tahun 2009 sebagai tahun kunjungan wisatawan sekaligus tahun kebangkitan kembali pariwisata Nias.

Masyarakat Sadar Wisata
Menurut Organisasi Pariwisata Dunia, pariwisata atau turisme adalah perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan. Turisme juga merupakan industri jasa yang menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, keamanan, tempat tinggal, makanan, minuman, tempat isitrahat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru berbeda lainnya. Seorang dikatakan wisatawan atau turis apabila ia melakukan perjalanan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata serta bukan untuk mencari nafkah.

Jadi jelas, yang dicari wisatawan atau turis tak lain adalah kenyamanan dan pengalaman yang menyenangkan. Dalam bukunya ”Global Paradox”, John Naisbitt mengungkapkan bahwa pariwisata sudah menjadi globalisasi industri terbesar di dunia. Sebagai penyumbang ekonomi global, pariwisata tidak ada tandingannya. Banyak negara bergantung dari sektor ini sebagai sumber pajak dan pendapatan.

Nah, sebenarnya Nias sudah punya semua syarat untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan unggulan. Sebagaimana Bali dan daerah wisata lainnya di dunia mempertahankan posisinya sebagai ikon pariwisata, barangkali, ini yang masih kurang dan dilupakan. Kuncinya adalah kerjasama terpadu dan saling mendukung antara pemda dengan pelaku usaha, tokoh masyarakat, serta stakeholder yang berkepentingan.

Masyarakat mesti sadar wisata. Mengapa demikian? Dengan kesadaran yang dimiliki, inilah menarik minat awal kunjungan. Sadar wisata dapat diartikan masyarakat mampu menjawab apa yang bisa dilakukan sehingga potensi wisata sebagai sesuatu yang lebih indah dan menarik. Sadar wisata dapat juga dikatakan sebagai pemahaman akan arti dan hakekat pengembangan pariwisata. Dilihat dari posisi dan perannya dalam pembangunan daerah, semua harapan dan masalah yang dihadapi dalam pembangunan pariwisata selalu berkaitan dengan kepentingan wisatawan, kepentingan umum serta kepentingan daerah.

Partisipasi masyarakat diperlukan dalam hal penciptaan lingkungan dan suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan kepariwisataan. Karena itu, masyarakat harus senantiasa menjaga beberapa hal, yakni rasa aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan sehingga akan timbul keinginan wisatawan mengunjungi kembali Kepulauan Nias.

Jika program sadar wisata berjalan sebagaimana rencana, masyarakat juga terkena dampaknya. Misalnya, bisa memasarkan berbagai souvenir, hasil pertanian seperti buah buahan, hasil perikanan dan sebagainya. Seperti saya katakan di awal tulisan ini, pembangunan pariwisata yang baik harus dimulai dari kesamaan visi antara masyarakat dan pemerintah. Menggalang peran serta masyarakat, itulah tantangannya. Pemerintah harus aktif dan kreatif menemukan cara agar sadar wisata masyarakat Nias lebih tinggi dari sekarang. Bahwa tak gampang dan butuh waktu lama, bukan berarti itu menjadi hambatan.

Pariwisata Nias tidak akan tumbuh dan berkembang tanpa adanya partisipasi aktif dari segenap komponen. Katakanlah objek wisatanya bagus, infrastruktur memadai, serta promosi besar-besaran, tak akan berarti banyak jika kesadaran masyarakat terhadap wisata masih rendah. Apalagi jika sumber daya manusia pengelola pariwisata dan pemerintah masih berorientasi kepentingan pribadi dan sesaat. Ini harus dirubah sesuai konsep sadar wisata.

Harus ditanamkan kesadaran bahwa kekuatan pariwisata terletak pada manusianya. Tentunya manusia yang hangat, ramah tamah, murah senyum dan senang menolong tamunya, sehingga tertanam kerinduan untuk kembali. Jadi, menyiapkan masyarakat dan pejabat yang sadar wisata sangat penting. Berdampak besar bagi kemajuan dan pengembangan pariwisata. Kita, ono niha berharap agar potensi yang ada tak sekedar menjadi peluang atau ilusi atau malah menjadi bencana. Semoga.(Drs. Firman Harefa SP:Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhanan Kantor Administrator Pelabuhan Kelas I Dumai – Riau) Rujukan

Hombo Batu dan Ombak Nias
Kepulauan ini pernah dihempas Tsunami beberapa tahun lalu. Dampaknya masih terasa hingga saat ini, bahkan rekonstruksi wilayah yang diterjang tsunamipun belum lagi rampung. Tapi fenomena bahwa wilayah ini memiliki ombak yang indah dan sering dijadikan ajang selancar tingkat internasional tentu tak perlu diragukan. Meski pengelolaan sektor wisata di wilayah ini belumlah maksimal.da untuk berselancar Bercerita tentang Nias, nyaris tidak lepas dari tradisi hombo batu. Atraksi lompat batu khas daerah ini pernah menghiasi lembaran uang seribu rupiah. Selain itu, Sorake, salah satu pantai di Nias sangat akrab di telinga penggemar olah raga selancar.


Teluk Dalam adalah ibu kota Kabupaten Nias Selatan, untuk sampai ke sana membutuhkan usaha ekstra. Transportasi ke daerah ini masih tergolong sulit. Dibutuhkan waktu berjam-jam, bahkan bisa menghabiskan waktu satu hari, untuk bisa sampai di kabupaten baru ini.

Nias Selatan terdiri dari 104 gugusan pulau besar dan kecil. Letak pulau- pulau itu memanjang sejajar Pulau Sumatera. Pulau-pulau tersebut memiliki panjang sekitar 60 kilometer dan lebar 40 kilometer. Terdapat empat pulau besar, yakni Pulau Tanah Bala (39,67 km2) Pulau Tanah Masa (32,16 km2), Pulau Tello (18 km2), dan Pulau Pini (24,36 km2). Tidak seluruh pulau berpenghuni, karena masyarakatnya tersebar di 21 pulau dalam delapan kecamatan.

Komunikasi menggunakan telepon dari dan ke kabupaten ini juga terbatas. Telepon terbilang barang mewah. Sambungan telepon sebanyak 369 hanya terpusat di Teluk Dalam engan memanfaatkan sambungan dari Gunungsitoli. Tidak ada sinyal telepon genggam di kabupaten ini. Waspada, bila listrik padam, warung telekomunikasi bisa tidak berfungsi.

Keterbatasan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi juga menjadi kendala di daerah ini. Dari 212 desa, sekitar 60 persen tidak terjangkau kendaraan roda empat, bahkan roda dua sekalipun. Jalan yang menghubungkan Teluk Dalam dengan seluruh ibu kota kecamatan sekitar 80 persen rusak parah, banyak jembatan dalam kondisi rusak. Perlu keahlian khusus mengendarai kendaraan di antara papan penopang jembatan. Informasi ini diharapkan tidak menciutkan naluri petualang anda.

Sebagai daerah kepulauan, masyarakat bergantung kapal laut, namun tidak setiap hari ada pelayaran. Iklim wilayah ini dipengaruhi Samudra Hindia. Jika ombak tenang, kapal yang menghubungkan Teluk Dalam dengan Pulau Tello, bisa berlayar 2-3 kali seminggu. Biasanya sekitar bulan September sampai November frekuensi pelayaran sekali seminggu, bahkan sering tidak ada pelayaran sama sekali, karena di bulan-bulan tersebut curah hujan sangat tinggi, dibarengi badai besar. Pada bulan Agustus, kadang badai sudah mulai datang, sebab cuaca di wilayah ini bisa berubah secara mendadak.

Perubahan cuaca yang drastis sering mengubah jadwal penerbangan dari lapangan terbang perintis di Pulau Tello. Bukan hal aneh bila penerbangan terpaksa dibatalkan karena kondisi cuaca yang buruk.

Potensi wisata wilayah ini terletak pada jalur yang disebut Segitiga Emas Industri Pariwisata Nias Selatan, yakni Kecamatan Lolowa’u, Gomo dan Pulau-pulau Batu. Porosnya adalah Omo Hada, di mana terdapat rumah tradisional di Desa Bawomataluo, Kecamatan Teluk Dalam.

Berada di Desa Bawomataluo seakan anda terlempar ke masa silam. Deretan rumah tradisional terbuat dari kayu dengan arsitektur khas Nias ini dihuni sebagai mana layaknya kompleks perumahan. Ukiran batu megalitik menghias di beberapa tempat. Di perkampungan itu anda bisa menyaksikan tradisi hombo batu atau lompat batu.

Di Kecamatan Pulau-pulau Batu terdapat lokasi menyelam, terumbu karang, serta ikan- ikan hias dan pantai berpasir putih. Sisa peninggalan zaman megalitik berupa batu-batu megalit di Kecamatan Lahusa dan Gomo. Andalan wisata lainnya adalah Pantai Lagundri yang berpasir putih serta Pantai Sorake yang ombaknya menjadi sarana olahraga selancar.

Meski beberapa kali diadakan lomba berselancar tingkat internasional di Pantai Sorake, lokasi ini tidak tertata rapi. Sepanjang pantai Lagundri dan Pantai Sorake terdapat penginapan murah meriah dengan sewa penginapan sekitar Rp 20.000 per malam.

Untuk mempermudah akses ke wilayah ini, sedang diupayakan membangun lapangan terbang. Salah satu dari tiga wilayah yaitu Kecamatan Teluk Dalam, Lahusa, dan Amandraya menjadi pilihan pembangunan bandar udara yang membutuhkan lahan seluas 200 hektar tersebut.

Nias memang baru tertimpa bencana tsunami, tapi pembangunan kembali untuk memperbaiki wilayah yang porak poranda ini tetap dijalankan. Wilayah ini tengah berbenah. Ombak pantainya tak berkurang keindahannya, tetap bergulung memikat dan mengundang nyali anda.Rujukan

Pariwisata Nias Mulai Pulih
Laporan wartawan KOMPAS Khaerudin
TELUK DALAM, KOMPAS.com — Setelah empat tahun tsunami dan gempa bumi meluluhlantakkan Pulau Nias, sektor pariwisata di pulau tersebut mulai pulih. Daerah tujuan wisata di Nias Selatan, seperti Pantai Lagundri dan Sorake, mulai kembali ramai dikunjungi wisatawan asing yang ingin berselancar di kedua pantai tersebut.

Warga di sekitar Lagundri dan Sorake juga kembali membangun home stay atau bungalow di pinggir pantai. Namun seiring pulihnya sektor pariwisata di Pulau Nias, pemerintah daerah masih dirasakan kurang mendukung. Menurut salah seorang pemilik home stay, Timotius Wau, setelah tsunami dan gempa bumi, banyak persepsi yang salah tentang Pulau Nias di kalangan wisatawan asing.

"Mereka menduga semuanya hancur. Penginapan dan rumah-rumah penduduk hancur total sehingga mereka mengira tak bisa lagi mendapatkan tempat tinggal jika pergi ke Nias. Padahal tidak semuanya hancur. Selain itu, para peselancar asing itu juga mengira karang-karang di pantai telah naik semua ke permukaan sehingga ombak yang bagus tak ada lagi," kata Timotius di Teluk Dalam.

Seiring dengan proses rehabilitasi dan rekonstruksi oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias, menurut Timotius, Pulau Nias, terutama Nias Selatan, kembali ramai dikunjungi wisatawan asing. Mereka, lanjut Timotius, kembali bisa menikmati ombak Pantai Sorake dan Lagundri untuk berselancar. Selain Sorake dan Lagundri, dua pantai yang terkenal sebagai salah satu tempat berselancar terbaik di dunia, kawasan lain di Pulau Nias juga mulai dilirik wisatawan.

Menurut Timotius, rata-rata wisatawan asing tersebut datang ke Pulau Nias memang untuk berselancar. Beberapa pulau di sekitar Pulau Nias, seperti Pulau Asu, menjadi tujuan wisata baru. Mereka mencari pantai yang indah dengan ombak yang bagus untuk berselancar.

Timotius menyayangkan Pemkab Nias Selatan yang tak melihat peluang kembali menghidupkan sektor pariwisata di daerahnya. "Tak ada dukungan pemda sama sekali. Lihat saja tempat-tempat sampah di Pantai Sorake. Kami sendiri yang menyediakannya. Pemda malah tak berbuat. Padahal, turis-turis asing tersebut paling anti melihat sampah plastik bertebaran di sekitar pantai," ujar Timotius yang juga bekerja sebagai fotografer bagi para peselancar asing ini.

Salah seorang pemilik home stay di Sorake lainnya, Ina Kristov, mengakui, dibanding sebelum tsunami dan gempa bumi, kondisi sekarang memang masih belum apa-apa. "Dulu sebelum tsunami, kami terpaksa menolak turis domestik untuk menginap di sini. Kami dulu memprioritaskan turis asing. Sekarang kami tak lagi membeda-bedakan pengunjung untuk menginap di sini," ujarnya.

Dia mengungkapkan, perlahan memang kondisi pariwisata di Nias Selatan mulai pulih. Ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya turis asing yang datang. Jika sebelum tsunami dan gempa bumi, turis asing yang datang mayoritas dari Australia, Jepang, dan Amerika Serikat. Kini, turis dari negara-negara lain, seperti Brasil dan Perancis pun, mulai berdatangan menikmati ombak Pantai Sorake dan Lagundri.

Menurut salah seorang turis asal Sydney, Australia, Adam, kelebihan Sorake dan Lagundri dibanding pantai-pantai lain di Indonesia yang memiliki ombak bagus untuk berselancar adalah aksesnya yang relatif mudah.

"Kami sudah pernah mengunjungi pantai-pantai di Indonesia yang ombaknya bagus untuk berselancar. Seperti di Lombok. Tetapi di Lombok, kami harus berjalan jauh sebelum bisa menemukan pantai dengan ombak yang bagus. Di Sorake, kami tinggal berjalan sebentar dari penginapan sebelum mendapatkan ombak yang bagus," katanya. Rujukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar