Photobucket

Kamis, November 19, 2009

Investasi Sumatera Utara

Investasi Di Sumatera Utara


Peningkatan Penanaman Modal Daerah
Sebagaimana diketahui, setelah masa krisis ekonomi pada akhir tahun 1997, iklim penanaman modal (Investasi) dikota Medan secara berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh letak geografis dan potensi demografis Kota Medan yang cukup strategis tetapi juga didukung juga oleh kebijakan-kebijakan yang bersahabat dengan pasar, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.

Langkah-langkah proaktif dan inovasi yang ditempuh, dengan mengembangkan kemitraan strategic diantara sesama pelaku usaha dengan Pemerintah Kota, kenyataanya secara signifikan mampu menumbuhkan minat berinvestasi para pemilik modal untuk menanamkan modalnya di Kota Medan, diberbagai bidang lapangan usaha potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsi yang sama dari seluruh Stakeholders, tentang perlunya menarik investasi lebih besar untuk menggerakkan roda perekonomian dalam volume yang lebih besar di Kota Medan, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja lebih banyak, sekaligus memperbaiki tingkat pendapatan masyarakat.

Perkembangan positif penanaman modal sampai tahun 2004 dapat dilihat dari perkiraan investasi di berbagai sektor lapangan usaha, baik yang berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), disamping sektor Pemerintah dan Rumah Tangga.

Permasalahan
Investasi Dikota Medan pada tahun 2000 sebesar Rp. 2,7 Trilyun, tahun 2001 sebesar Rp. 3,3 Trilyun, tahun 2002 sebesar Rp. 3,0 Trilyun, tahun 2003 sebesar Rp. 4,0 Trilyun, tahun 2004 sebesar Rp. 4,4 Trilyun. Total perkiraan investasi yang masuk ke Kota Medan dari berbagai lapangan usaha selama tahun 2000 – 2004 cendrung cukup masif. Lapangan usaha utama yang menjadi tujuan utama berinvestasi adalah sektor perdagangan, listrik, gas dan air, bangunan, industri dan angkutan.

Berbagai variabel penting yang cukup berpengaruh terhadap minat berinvestasi di Kota Medan adalah kondisi keamanan dan ketertiban umum serta stabilitas politik, harga berbagai faktor produksi, suku bunga dan lain-lain.

Permasalahan utama yang timbul dalam bidang investasi adalah persepsi tentang lama dan panjangnya prosedur perijinan investasi kondisi ini tidak saja berlaku di daerah, tetapi juga ditingkat nasional. Prosedur yang panjang dan berbelit tidak hanya mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, tetapi juga menghilangkan peluang usaha yang seharusnya dapat dimanfaatkan, baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan daerah, seperti dalam bentuk penciptaan lapangan kerja.

Kurangnya promosi investasi (penanaman modal) baik dalam konteks regional, nasional dan internasional, juga menjadi salah satu permasalahan dalam pengembangan investasi di Kota Medan.

Masalah lain yang timbul berkenan dalam iklim investasi ini adalah persepsi rendahnya kepastian hukum, juga tercermin dari banyaknya tumpang tindih kebijakan antar pusat dan daerah dan antar sektor. Belum mantapnya pelaksanaan program desentralisasi mengakibatkan kesimpang siuran wewenang antara pemerintah pusat dan daerah dalam kebijakan investasi. Disamping itu juga terdapat keragaman yang berasal dari kebijakan investasi antar daerah. Kesemuanya ini mengakibatkan ketidak jelasan kebijakan investasi nasional, yang pada gilirannya akan menurunkan minat investasi. Disisi lain penerapan peraturan daerah (PERDA) lebih didorong oleh keinginan untuk menaikkan PAD secara berlebihan, yang dikuatirkan dapat merugikan pembangunan kota.

Kurang menggairahkan iklim investasi, juga disebabkan oleh keterbatasan daya saing produksi (Supply Side) dan kapasitas dari sistem dan jaringan infrastruktur. Keterbatasan kapasitas infrastruktur, berpengaruh pada peningkatan biaya distribusi, yang pada gilirannya justru memperburuk daya saing produk-produk yang dihasilkan.

Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari peningkatan investasi di kota medan adalah terwujudnya iklim investasi yang sehat dengan reformasi kelembagaan ekonomi di berbagai tingkatan pemerintah, yang mampu mengurangi praktik ekonomi tinggi. Sasaran khusus yang ingin di capai mencakup:
  • Jumlah investasi rata-rata sebesar Rp. 10,95 Triliyun pertahun sampai tahun 2010;
  • Terwujudnya kota medan sebagai tujuan investasi yang kondusif dan menguntungkan;
  • Terwujudnya pelayanan perizinan investasi yang baik, mudah, cepat dan transparan terhadap para investor , baik dari dalam negeri maupun luar negeri;
  • Terwujudnya kepastian hukum, insentif berinvestasi serta sistem pelayanan satu atap dibidang investasi di Kota Medan.


Arah Kebijakan
Dalam rangka mewujudkan sasaran diatas, arah kebijakan bagi menciptakan iklim investasi yang sehat sebagai berikut :
  • Mewujud kan Citra Good Governance dalam bidang investasi dan lingkungan bisnis;
  • Memberikan pelayanan yang baik, mudah, sederhana, cepat dan transparan dalam perizinan investasi;
  • Membangun sitem informasi dan promosi investasi yang efektif, dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan promosi bersekala luas dalam upaya menarik minat investor;
  • Meningkatkan koordinasi dan kerjasama promosi investasi antarah tingkatan pemerintah, antara pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat;
  • Mewujudkan iklim penanaman modal yang kondusif, khususnya melalui peningkatan penyediaan infrastruktur ekonomi yang meningkatkan efisiensi berusaha bagi investor, disamping jaminan kepastian berusaha.
Sumber Informasi :(Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM)Tahun 2006-2010 Pemko Medan).

Provinsi Sumatera Utara terkenal dengan keindahan Danau Toba dan Pulau Samosirnya. Menurut letak geografisnya provinsi ini terletak di sebelah barat Indonesia, wilayah provinsi ini sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah timur dengan Malaysia di selat Malaka, sebelah selatan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Wilayah provinsi ini seluas 71,680.68 km² yang secara administratif terdiri dari 18 Kabupaten dan 7 kota dengan jumlah penduduk sekitar 12.326.678 jiwa. Angka pertumbuhan penduduknya sebesar 1,37% dengan rata-rata kepadatan penduduk sekitar 172 per Km².

Pada tahun 2005, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi ini sebesar Rp. 87,89 triliun dengan kontribusi terbesar disumbang dari sektor pertanian sebesar 25,2%, atau sama dengan Rp. 22,19 trilyun, diikuti sektor industri pengolahan sebesar Rp. 21,30 triliun (24,2%) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 15,98 triliun (18,2%).

Pada tahun yang sama, nilai ekspornya mencapai US$ 4,56 miliar, disumbang dari Minyak Lemak, Minyak Nabati dan Hewani sebesar US$ 1,76 juta, bahan baku senilai US$ 987 juta, barang hasil industri senilai US$ 623 juta, bahan makanan dan binatang hidup senilai US$ 606 juta. Tanaman Palawija juga menjadi salah satu andalan ekspor.

Terdapat 2 (dua) unggulan di provinsi ini untuk sektor pertanian yaitu sub sektor perkebunan dan perikanan. Untuk sub sektor perkebunan terdapat 5 (lima) komoditi unggulan, antara lain kakao, karet, kelapa sawit, kopi dan tebu. Sedangkan dari sub sektor perikanan Provinsi Sumatera Utara mempunyai unggulan untuk perikanan laut dan budidaya.

Sebagai pendukung kegiatan perekonomian, provinsi ini memiliki 4 (empat) kawasan industri yaitu Kawasan Industri Medan, Medan Star Industrial estate, Binjai dan Pulahan Seruai Industrial Estate dengan dukungn sarana perhubungan yang memadai berupa pelabuhan laut sebanyak 22 (dua puluh dua) pelabuhan dan 7 (tujuh) Bandar Udara baik nasional maupun perintis yaitu Bandara Sibisa, Binaka, Silangit, Pulau Batu, Aek Gondang, Pinang Sori, dan Bandara Polonia sebagai bandar udara utama. Rujukan

Sepanjang Tahun 2006, Iklim Investasi di Kota Medan Membaik, Kepala BPS Medan: Angka Inflasi Sangat Terkendali
Sepanjang tahun 2006, angka inflasi di Medan cukup rendah yang membuka peluang investasi cukup baik bagi para pengusaha dalam menanamkan modal usaha. Hal itu terlihat dari angka inflasi kumulatif sepanjang bulan Januari hingga September 2006 di Kota Medan baru sebesar 2,57 persen. Angka ini cukup kecil dari target inflasi di Medan pada akhir tahun 2006 berkisar 6-6,5 persen.

Demikian Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan Aguslan Simanjuntak, SE didampingi Kasi Distribusi Ir. Budianto Senin (9/10) siang. Mengingat kecilnya angka inflasi hingga bulan September, Aguslan memprediksi angka inflasi hingga akhir tahun berkisar 5 persen.

Dengan rendahnya inflasi ini, tambahnya, menyebabkan turunnya BI Rate dan suku bunga sehingga memancing pengusaha meminjam modal kredit untuk berinvestasi. “Kondisi membuka peluang membaiknya iklim investasi,” tandasnya.

Aguslan juga memaparkan angka inflasi kumulatif hingga bulan September 2006 sebesar 2,54 persen sedangkan secara nasional berkisar 4,06. Padahal, kata Aguslan, target angka inflasi secara nasional hingga akhir tahun ini berkisar 7 persen. “Dengan kondisi demikian diprediksi angka inflasi secara nasional hanya mencapai angka 5 persen,” ucapnya.

Terkendali
Dalam kesempatan tersebut Kepala BPS Medan juga menyampaikan selama bulan Ramadhan, angka inflasi di Medan sangat terkendali dengan baik. Di tambah lagi, kebijakan Pemko Medan yang membuka pasar murah di 100 titik, ternyata sangat ampuh menekan harga khususnya bahan pokok.

“Di mana, selama ini kelompok makanan jadi, minuman dan rokok sangat dominan mempengarui tinggi rendahnya inflasi,” tukasnya seraya menyatakan pada minggu pertama Ramadhan 1427 Hijriyah atau akhir bulan September 2006 angka inflasi di Medan berkisar 0,37 persen.

Angka ini sedikit lebih rendah 0,01 persen dari tahun sebelumnya sekitar 0,38 persen. Sedangkan pada bulan Agustus lalu, Kota Medan sempat mengalami deflasi -0,15 persen. “Dengan demikian pada sepanjang tahun 2006 mulai Januari-September terjadi tiga kali defelasi di antaranya bulan Januari (-0,03 persen), April (-0,38) persen dan terakhir pada bulan ini,” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakannya, pada bulan September ini, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 1,53 pesen. Di mana sumbangan inflasi terbersar pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 32,14 persen.

Di samping itu, komoditas lainnya yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi di antaranya cabe merah, cabe hijau, daging sapi, ikan kembung, jeruk dan ikan tongkol. Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada bulan ini mengalami deflasi -0,13 pesen dengan komoditas penyebab deflasi ikan goreng serta gula.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami inflasi sebesar 0,14 persen yang antara lain disebabkan kenaikan harga kontrak rumah, minyak tanah, pasir serta cat tembok.

Untuk kelompok sandang pada bulan ini mengalami deflasi -0,98 persen yang disebabkan komoditas emas perhiasan, gaun, celana dalam pria dan kaos singlet.

Rendah
Dalam kesempatan tersebut Aguslan Simanjuntak mengingatkan, kecilnya inflasi bisa juga disebabkan kecilnya transaksi jual beli akibat rendahnya kemampuan masyarakat untuk membeli barang.

“Hal ini tentunya berdampak kurang baik bila dilihat dari sisi kaca mata ekonomi,” tukasnya seraya mamparkan kondisi tersebut sangat menguntungkan bagi konsumen. Di mana, lanjutnya, dengan banyaknya barang beredar di pasaran dengan minimnya pembeli akan menyebabkan harga turun untuk memancing minat konsumtif masyarakat.

Lebih lanjut, Kepala BPS menyatakan, guna menjaga inflasi supaya tetap terkendali diharapkan konsumen dapat menahan diri supaya tidak membeli barang secara berlebihan.

Para pedagang supaya tidak mengambil kesempatan untuk mengambil keuntungan besar dengan menaikkan harga secara sepihak.

“Pemerintah harus tetap menjaga ketersediaan barang dan kelancaran arus barang,” tandasnya.(ana).Rujukan

Kepala Bainprom Provsu:Investasi Asing dan PMDN di Sumut Hingga Akhir 2007 Capai 1,1 Miliar Dolar AS
Medan, Krisis listrik dan gas yang melanda Sumatera Utara sepanjang 2007, tidak membuat investasi modal asing dan Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) merosot dibanding tahun 2006. Hingga Desember 2007, realisasi investasi yang masuk ke daerah ini mencapai 1,1 miliar dolar AS, atau naik sebesar 142.417.560 dolar AS dibanding realisasi tahun 2006 sebesar 964.060.130 dolar AS.

Peningkatan realisasi modal asing dan PMDN pada 2007 dibanding 2006 di Sumut itu, tidak terlepas dari kerja keras Badan Investasi dan Promosi (Bainprom) yang terus giat melakukan promosi ke berbagai stakeholders (pelaku usaha), termasuk melakukan mediasi melalui tim Task Force terhadap berbagai persoalan di dunia investasi.

Menurut Kepala Bainprom Sumut, Ir Sabrina MSi, Senin (3/3), peranan tim Task Force atau Satuan Tugas dalam melakukan mediasi keberbagai pelaku usaha untuk eleminasi persoalan yang ada, menjadi faktor kunci untuk mendongkrak arus investasi ke daerah ini.

“Peranan Satgas itu sangat vital. Ia tidak hanya melakukan promosi peluang investasi yang ada di Sumut, tetapi juga melakukan mediasi berbagai masalah investasi, apakah karena regulasi di pemerintah, masalah di masyarakat, atau masalah di investor itu sendiri,” kata Sabrina.

Dari realisasi investasi 1,1 miliar dolas AS atau setara Rp10,1 triliun (kurs Rp9.200 per dolar AS) itu, modal asing menyumbang 177,114 juta dolar AS, dan dalam negeri sebesar 929,363 juta dolar AS.

Seluruh investasi itu terdiri dari 21 proyek modal asing, dan enam proyek PMDN. Tenaga kerja yang direkrut mencapai 5.251 orang, dengan lokasi proyek tersebar di 25 kabupaten dan kota Sumut.

Realisasi
Dijelaskan Sabrina, dari 21 realisasi modal asing itu, 17 di antaranya sudah mendapat izin usaha tetap (ready to operation), dan empat sisanya merupakan peralihan status usaha dari PMDN ke Perusahaan Modal Asing (PMA).

Untuk PMDN sendiri, lanjut Sabrina, modal investasi sebesar 929,363 juta dolar AS itu terdiri dari enam proyek, yang surat persetujuan (SP)-nya telah dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pusat.

Diakui, peningkatan investasi PMA dan PMDN pada 2007 itu lebih dikarenakan adanya faktor keyakinan pengusaha terhadap sektor yang ditangani.

“Faktor lain yang cukup memberi dukungan karena pertumbuhan ekonomi makro Sumut yang cukup fantastis sebesar 9,03 persen pada kuartal 3 pada 2007. Hal ini semakin memacu keyakinan pengusaha bahwa berinvestasi di Sumut tetap aman,” katanya.

Menurut Sabrina, secara akumulasi investasi PMA dan PM DN di Sumut dari 2002-2007 juga menunjukkan perbaikan siginifikan. Ini terlihat dari capaian investasi senilai 3,987 miliar dolar AS, atau setara Rp36,68 triliun (kurs Rp9.200 per dolar AS).

Rincian akumulasi PMA dari 2002-2007 itu meliputi 187 rencana proyek dengan rencana investasi 2,352 miliar dolar AS, dan terealisasi 71 proyek dengan investasi sebesar 634,240 juta dolar AS.

Sedangkan rincian akumulasi PMDN pada periode sama, meliputi 90 rencana proyek dengan rencana investasi sebesar 33,470 miliar dolar AS, dan terealisasi 37 proyek dengan investasi 3,353 miliar dolar AS.

“Melihat fakta rencana terhadap realisasi investasi PMA dan PMDN dari 2002-2007 di Sumut itu, kita merasa optimistis pada 2008, investasi bisa lebih membaik mengingat sejumlah investor asing, sudah menyatakan kesediaannya untuk menanam modal di daerah ini,” ungkap Sabrina.

Sampai akhir Februari 2008, Sabrina mengaku investor asal Polandia sudah menyatakan minatnya pada investasi CPO, furniture, komunikasi, dan transportasi di Sumut. “Minat itu mereka tunjukkan dengan mengundang kita untuk promosi di negara,” ujar Sabrina.

Demikian pula dari Cekoslowakia. Menurut Sabrina sejumlah pengusaha di sana juga menyatakan minat pada bidang pengolahan air limbah, PAM, dan pembangunan power hydro untuk pembangkit listrik.

“Mereka meminta kita mengajukan proposal rencananya. Sebagai tindak lanjutnya, kita akan menggandeng pihak Kamar Dagang dan Industri Sumut, Dinas Pertambangan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah untuk finalisasi proposal,” katanya. (ana).Rujukan

Pertumbuhan Investasi Asing Tahun 2008 mencapai 15,5%

Nilai investasi di Indonesia sepanjang tahun 2008 baik investasi asing maupun dalam negeri tumbuh 15,5%, meskipun tengah terjadi krisis ekonomi global yang melanda dunia.

Hal ini dikatakan oleh Kepala BKPM M. Luthfi ketika ditemui di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Senin (12/1/2009).

“Tahun 2008 investasi di Indonesia kira-kira rumbuh 15,5% dibanding tahun 2007,” ujarnya.

Luthfi mengatakan dengan pertumbuhan sebesar 15,5% tersebut, maka pada tahun 2008 nilai Investasi di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

“Ya benar, nilai investasi kita memang yang tertinggi di Asia Tenggara, dijumlah US$ 17 miliar, itu 2008. Sedangkan Singapura hanya US$ 12 miliar,” tandasnya.

Mengenai proyeksi investasi di 2009, Luthfi mengatakan, menurut perhitungan BKPM nilai investasi masih bisa bertumbuh double digit meski pertumbuhannya tidak setinggi di 2008, apalagi pemerintah juga memberikan stimulus fiskal untuk mendorong perekonomian.

“Saya bilang begini, ada 3 sektor utama yaitu energi infrastruktur, manufaktur, bisa pangan dan non pangan, kalau dengan kemudahan yang diberikan lewat stimulus fiskal, hitung-hitungan kami bisa tumbuh double digit meski tidak setinggi 2008 ini. Jadi mungkin tumbuh double digit sekitar 10-11%, dengan berbagai insentif, stimulus dan kemudahan yang kita berikan, mudah-mudahan itu bisa mendapatkan nilai investasi yang lebih baik,” tuturnya.

Menurutnya yang terpenting adalah pemerintah selain memberikan stimulus juga bisa menciptakan iklim investasi yang baik serta kepastian hukum.

“Tapi yang paling penting saat ini adalah komitmen pemerintah setidaknya untuk menjadikan negara ini penghasil barang setengah jadi, dengan adanya komitmen itu diharapkan komitmen itu bisa jalan lebih cepat,” tukasnya.Rujukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar