Photobucket

Selasa, November 24, 2009

Pariwisata Sumatera Barat

Pariwisata Sumatera Barat


Pariwisata merupakan sektor yang berpeluang besar untuk dikembangkan. Tetapi harus digarisbawahi bahwa potensi pariwisata di Sumatra Barat tidak sebesar potensi pariwisata di Bali atau Yogyakarta. Obyek wisata di Sumbar cukup beragam, meliputi wisata alam, wisata budaya, dan wisata sejarah.

Wisata alam di Sumatra Barat yang memiliki daya tarik tinggi antara lain: Ngarai Sianok di Bukit Tinggi, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Singkarak, air terjun di Lembah Anai, Ambun Pagi, pantai Carolina, pantai Bumpus, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS); dan gunung berapi di Singgalam. Wisata budaya antara lain kebudayaan minang di Padang Panjang, dan wisata sejarah yang antara lain berupa gua Jepang di Agam dan Istana Kerajaan Pagarujung di Batusangkar.

Potensi wisata itu belum dikembangkan secara optimal sehingga belum banyak menarik minat turis asing. Pada tahun 1996 turis asing (wisman) yang berkunjung ke Sumatra Barat berjumlah sekitar 108.776 orang. Pada tahun 1998 jumlah itu menurun menjadi 51.028. Maraknya kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah pada saat menjelang dan pasca pemilu 1997 mengakibatkan banyak turis asing enggan datang ke Indonesia dan daerah wisata utama lainnya.(http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=3019&Itemid=1587)

39 Titik Selam Berkelas Dunia Di Sumbar
PADANG, Perairan laut Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) memiliki potensi untuk pengembangan wisata selam (diving) di alam terbuka karena sedikitnya memiliki 39 titik untuk lokasi penyelaman berkelas dunia. Kesimpulan itu setelah dilakukan penyelaman pada titik-titik tersebut dan diperbandingkan dengan titik penyelaman kelas dunia yang ada di daerah atau negara lain, kata Pembina Selam Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Bung Hatta, Indrawadi kepada ANTARA di Padang, Selasa (26/5).

Ia menambahkan, 39 titik itu tersebar pada perairan laut di tujuh kabupaten dan kota yang wilayahnya memiliki laut di Sumbar, terutama di Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan dan Padang Pariaman. Dari 39 titik itu, ada lima titik yang jaraknya sekitar 10 mil laut dari pesisir pantai Sumbar, atau dengan jarak tempuh sekitar dua jam 30 menit menggunakan kapal bermesin 40 PK.

Lima titik itu, yakni Gosong Laut di perairan Kota Padang berjarak 11 mil dari Pantai Padang yang memiliki keindahan panorama hamparan terumbu karang dan penyelam bisa menyaksikan lalu lintas penyu menuju pulau terpencil untuk bertelur.

Titik kedua, di perairan Pulau Air Kota Padang dimana pada dasar laut terdapat bangkai kapal Belanda yang tenggelam pada masa penjajahan dan kini ditumbuhi terumbu dan bunga karang aneka warna yang indah. Di lokasi itu penyelam juga sering menyaksikan gerombolan hiu tutul ukuran besar yang selama ini ada yang menyerang manusia (penyelam).

Lokasi titik ke tiga di perairan laut Pulau Pieh, Kabupaten Padang Pariaman yang memiliki dinding terjal bawah laut berlapis terumbu karang dengan panorama hampir sama dengan di Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Selatan. Titik ke empat, di perairan laut Pulau Marak Kabupaten Pesisir Selatan yang juga memiliki dinding bawah laut yang terjal dengan hamparan terumbu karang yang alami dan indah.

Sedangkan titik ke lima, di perairan laut Pulau Pandan, Kota Padang yang selain memiliki panorama bawah laut yang indak juga terdapat benteng peninggalan Belanda di Pulau tersebut. http://travel.kompas.com/read/xml/2009/05/27/03402516/39.titik.selam.berkelas.dunia.di.sumbar (http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=10090&Itemid=1483)

Potensi Wisata Petualangan Sumatera Barat Belum Dikelola


DARI sekian banyak potensi wisata yang ada di Sumatera Barat, salah satu yang memiliki keunggulan dibanding yang lainnya yaitu potensi wisata petualangan. Sayangnya, sampai saat ini potensi ini belum dilirik oleh pemerintah untuk dikelola dengan baik. Kenyataannya, beranekaragam lokasi petualangan masih dibiarkan terbengkalai tanpa sentuhan.

Kondisi ini disampaikan oleh Ketua Mapala Unand, Fauzan Gusti Wardhana Rabu kemarin (31/10). “Sebenarnya di Sumbar, dari ujung utara sampai ke Selatan memiliki potensi wisata petualangan. Contohnya saja Gunung Talamau di Pasaman yang merupakan Gunung tertinggi di Sumbar dan masih terjaga kelestariannya. Atau Batang Kuantan yang berada di Kabupaten Sawahlunto/ Sijunjung sangat layak untuk olahraga arung jeram,” terangnya.

Dijelaskannya, sampai saat ini pemerintah seolah-olah menganaktirikan wisata petualangan di Sumbar. “Padahal kalau mau dikelola, ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing maupun lokal,” ujarnya. Selain itu, kurangnya publikasi juga menyebabkan lokasi wisata petualangan tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Akibatnya, sampai saat ini hanya segelintir orang dari komunitas dan organisasi tertentu saja yang menikmati wisata petualangan di Ranah Minang ini.

Padahal, kalau potensi ini dikembangkan, tidak sedikit devisa yang akan didapat daerah ini. “Kita bisa bercermin kepada beberapa daerah yang menjadikan wisata petualangan sebagai wisata unggulan. Misalkan saja Jawa Barat, yang terkenal dengan Sungai Citarik dan Citarum sebagai lokasi berarung jeram. Di sana wisatawan rela untuk membayar Rp 200-500 ribu per-orang untuk sekali pengarungan yang hanya berlangsung 1-2 jam saja. Kalau satu perahu bisa memuat 6 orang, dan dalam satu hari bisa dilakukan ratusan kali pengarungan, bayangkan jumlah uang yang didapatkan,” jelasnya.

Begitu juga dalam hal wisata pendakian gunung. Di Sumbar banyak sekali gunung-gunung aktif maupun yang tidak aktif lagi seperti Marapi, Singgalang, Tandikek, Talang, Sago dsb. Salah satu yang paling sering didaki apalagi pada momen khusus seperti 17 Agustus dan tahun baru yaitu Gunung Marapi. Jumlah pendaki bisa mencapai ribuan orang dalam satu hari namun sampai saat ini belum ada pengelolaan yang profesional. “Bisa dilihat bahwa di Marapi saat ini kondisinya sangat parah akibat sampah yang berserakan. Belum lagi sering terjadinya pungutan liar (pungli) yang dilakukan oknum tertentu membuat kenyamanan pendaki jadi terganggu,” ujar Fauzan yang sehari-harinya kuliah di Fakultas Pertanian Unand ini.

Ditambahkan Fauzan, seharusnya pemerintah bisa menggandeng instansi yang memang konsisten pada aktifitas petualangan seperti halnya Mapala yang ada di setiap Kampus di kota ini. “Mapala atau organisasi lain yang sejenis bisa menjadi kaki tangan pemerintah yang langsung terjun ke lapangan. Tentunya dengan jiwa muda dan kreatifitasnya, pengembangan wisata petualangan akan bisa dilakukan dengan baik. Selain itu mereka pada umumnya lebih welcome menerima pendatang dan benar-benar memperlakukannya sebagai tamu,” jelasnya lagi.

Mapala Unand dan Aktifitas Pengembangan Wisata Petualangan Saat ditanyakan apa-apa saja yang telah dilakukan organisasi yang dipimpinnya saat ini terkait dengan pengembangan wisata petualangan di Sumbar, Fauzan mengatakan bahwa saat ini Mapala Unand sedang fokus pada pengembangan wisata arung jeram. “Kita ketahui, bahwa di Sumbar banyak sekali Sungai-sungai berarus deras yang sangat layak untuk berarung jeram. Karenanya kita terus menggalakkan kegiatan ini dan terus mengeksposenya,” jelasnya.

Saat ini, Mapala Unand telah memiliki perlengkapan arung jeram lengkap dan biasa berlatih di Batang Kuranji yang terletak didekat Kampus Unand Limau Manih. “Kita berharap dengan terus mengadakan pengarungan, masyarakat akan tahu bahwa arung jeram bisa dilakukan di sini. Selain di Batang Kuranji, kita juga sering berung jeram di Batang Tarusan Pesisir Selatan. Di sana debit airnya lebih stabil dan sangat layak untuk dikelola menjadi lokasi wisata arung jeram,” terangnya lagi.

Selain itu mereka juga terus mempublikasikan aktifitas ini terutama kepada kalangan penggiat alam bebas yang berada di daerah lain. Dampaknya sudah mulai terasa, beberapa Mapala sudah mengubungi dan datang untuk menjajal beberapa Sungai yang ada di Sumbar. “Bulan kemarin kita baru saja berarung jeram dengan teman-teman dari Universitas Riau di Batang Tarusan. Sementara teman-teman dari Universitas Negeri Yogyakarta juga telah menghubungi dan saat ini dalam tahap persiapan,” ujarnya. (Ahmad Medapri/ MU 160 Cps.)(http://mapalaunand.com/berita/potensi-wisata-petualangan-sumatera-barat-belum-dikelola/)

Potensi Pariwisata Sumbar Belum Dikembangkan Maksimal KabarIndonesia - Kendala dan masalah mendasar tentang kepariwisataan Sumatera Barat adalah potensi belum dikembangkan dan dipasarkan secara optimal. Di samping itu soal sarana dan prasarana yang ada saat ini belum memadai.

“Sementara wisata bahari masih berorientasi pada wisata pulau kecil, rekreasi pantai, memancing, surfing, dan diving. Sedangkan berlayar (yaching) dan pesiar (cruising) belum berkembang,” kata Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Sumatera Barat Prof. DR. Ir. H. James Hellyward, MS., pada acara Pembekalan Aparatur dan Jurnalistik Bidang Kebudayaan dan Pariwisata, Kamis (24/4) lalu, di Hotel Dymens Bukittinggi.

Persoalan lain yang sangat mendasar, jelas James Hellyward, adalah minimnya tenaga profesional dalam pengelolaan pariwisata di Sumatera Barat. Sementara potensi pariwisata Sumbar sangat besar dan dibutuhkan tenaga-tenaga terampil dalam mengelolanya.

Disebutkan James, potensi pengembangan pariwisata Sumbar diantaranya adalah sebagai gerbang pariwisata di pantai barat Sumatera, memiliki keanekaragaman flora dan fauna, memiliki taman laut dengan ekosistem terumbu karang, memiliki panorama pantai dan pulau-pulau kecil, akomodasi pariwisata, sarana transportasi dan aksesibilitas.

Untuk itu, strategi pengembangan pariwisata yang dilakukan Dinas Pariwisata Sumbar, menurut James diantaranya adalah pemulihan dan peningkatan citra pariwisata, pengembangan wisata minat khusus, peningkatan kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan, melaksanakan pariwisata bersih serta menciptakan suasana yang kondusif.

“Kita menargetkan kunjungan wisatawan pada 2010 nanti adalah 8.435.892 orang,” tambah James.Rujukan



Objek-objek Wisata Di Sumatera Barat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar