Photobucket

Selasa, Desember 08, 2009

Sosial Budaya Sumatera Barat

Sosial Budaya Sumatera Barat

Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Suku ini awalnya berasal dari dua klan utama: Koto Piliang didirikan Datuak Katumanggungan dan Bodi Chaniago yang didirikan Datuak Parpatiah nan Sabatang, Suka Kato Piliang memakai sistem aristokrasi yang dikenal dengan istilah Titiak Dari Ateh (titik dari atas) ala istana Pagaruyung, sedangkan Bodi Chaniago lebih bersifat demokratis, yang dikenal dengan istilah Mambasuik Dari Bumi (muncul dari bumi)..

Sehari-hari, masyarakat berkomunikasi dengan Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pasisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Sementara itu, di daerah kepulauan Mentawai yang terletak beberapa puluh kilometer di lepas pantai Sumatera Barat, masyarakatnya menggunakan Bahasa Mentawai. Di Daerah Pasaman bahkan Bahasa Batak berdialek Mandailing digunakan, biasanya oleh suku Batak Mandailing.

Masyarakat Sumatera Barat, sangat manghargai nilai-nilai adat dan budaya tradisional serta terbuka terhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar. Kondisi ini membawa kepada komunitas yang sangat kondusif bagi pembangunan nasional dan cita-cita reformasi. Meskipun suku Minangkabau mendominasi masyarakat Sumatera Barat secara keseluruhan, kehidupan mereka relatif rukun dan damai dengan warga pendatang lainnya yang terdiri atas berbagai etnis minoritas, seperti suku Mentawai di Kepulauan Mentawai, suku Mandailing di Pasaman, transmigran asal Jawa di Pasaman dan Sijunjung, kelompok etnis Cina, dan berbagai suku pendatang lainnya yang berdiam di kota-kota di Sumatera Barat.

Di antara sesama mereka terdapat hubungan dan interaksi sosial yang positif dan jarang terdapat jurang dan kecemburuan sosial yang besar antara berbagai kelompok dan golongan. Hal ini merupakan landasan yang solid bagi persatuan bangsa yang perlu dipelihara dan dikembangkan serta ditingkatkan.Rujukan

Transportasi
Transportasi udara dari dan ke Sumatera Barat saat ini melalui Bandar Udara Internasional Minangkabau (BIM). Bandar Udara kebanggaan masyarakat Sumatera Barat ini berada di kabupaten Padang Pariaman, lebih kurang 20 km dari pusat kota Padang. Bandar Udara ini mulai aktif beroperasi pada akhir tahun 2005 menggantikan Bandar Udara Tabing.

Transportasi darat untuk angkutan umum dari dan ke Sumatera Barat berpusat di Terminal Regional Air Pacah, Padang. Terminal ini melayani kendaraan umum antar kota antar provinsi (AKAP) dan antar kota dalam provinsi (AKDP). Distribusi jalur antar kota dalam provinsi dari Terminal Regional Air Pacah akan berakhir di wilayah tingkat II yaitu terminal angkutan umum tiap kotamadya atau kabupaten di Sumatera Barat.

Transportasi laut dari dan ke Sumatera Barat berpusat di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang.

Transportasi sungai dari dan ke Sumatera Barat berpusat di Pelabuhan Muara, Padang. Pelabuhan Muara antara lain melayani transportasi menuju Kepulauan Mentawai menggunakan kapal cepat (feri atau speed boat). Pelabuhan ini juga menjadi tempat bersandar kapal-kapal pesiar (yacht).

Suku Bangsa
Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai.

Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pesisir Selatan dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman yang berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dialek Mandailing, yang biasanya digunakan suku Batak Mandailing. Sementara itu di daerah Mentawai yang berupa kepulauan dan terletak beberapa puluh kilometer lepas pantai Sumatera Barat, bahasa yang digunakan adalah Bahasa Mentawai.

Agama
Mayoritas penduduk Sumatera Barat beragama Islam. Selain itu ada juga yang beragama Kristen di Kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Buddha yang pada umumnya adalah para pendatang.

Pendidikan
Perguruan Tinggi di Sumatera Barat:
* Universitas Negeri Padang
* Universitas Andalas
* Universitas Bung Hatta
* Universitas Baiturrahmah
* Universitas Putra Indonesia
* Universitas Ekasakti
* Universitas Muhammadiyyah Sumatera Barat
* Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol
* STAIN Bukittinggi
* STAIN Batusangkar
* Institut Teknologi Padang
* STSI Padang Panjang
* STMIK Indonesia
* STMIK Jayanusa
* STBA Prayoga
* STIE"KBP" Padang
* STIE Dharma Andalas
* AKBP Padang
* ABA Alaska
* Akademi Teknologi Industri Padang
* STIFI Yayasan Perintis Padang

Tarian
Tari tradisi bersifat klasik yang berasal dari Sumatera Barat yang ditarikan oleh kaum pria dan wanita umumnya memiliki gerakan aktif dinamis namun tetap berada dalam alur dan tatanan yang khas. Kekhasan ini terletak pada prinsip tari Minangkabau yang belajar kepada alam, oleh karena itu dinamisme gerakan tari-tari tradisi Minang selalu merupakan perlambang dari unsur alam. Pengaruh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi Minangkabau.

Macam-macam tari tradisional dari Sumatera Barat meliputi:
1. Tari Piring
2. Tari Payung
3. Tari Randai
4. Tari Pasambahan
5. Tari Indang
Seni tari tradisional Pencak Silat dari Minangkabau merupakan penggabungan dari gerakan tari dan seni beladiri khas Minang. Pencak Silat di Minangkabau memiliki beberapa aliran, diantara nya aliran Harimau Kumango.Tarian ini biasanya sudah diajarkan kepada kaum pria di Minangkabau semenjak kecil hingga menginjak usia akil baligh (periode usia 6 hingga 12 tahun) untuk dijadikan bekal merantau. Saat ini seni tari pencak silat sudah mendunia dengan terbentuknya federasi pencak silat sedunia IPSF (International Pencak Silat Federation).

Rumah Adat
Rumah adat Sumatera Barat disebut Rumah Gadang. Rumah adat asli setiap tiangnya tidaklah tegak lurus atau horizontal tapi mempunyai kemiringan. Ini disebabkan oleh orang dahulu yang datang dari laut hanya tahu bagai mana membuat kapal. Rancangan kapal inilah yang ditiru dalam membuat rumah. Rumah adat jugat tidak memakai paku tapi memakai pasak kayu. Ini disebabkan daerah Sumatera Barat rawan terhadap gempa, baik vulkanik maupun tektonik. Jika dipasak dengan kayu setiap ada gempa akan semakin kuat mengikatnya.

Senjata Tradisional
Senjata tradisional Sumatera Barat adalah Keris. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, saat sekarang hanya dipakai bagi mempelai pria. Berbagai jenis tombak, pedang panjang, sumpit juga dipakai oleh raja-raja Minangkabau dalam menjaga diri mereka.

Makanan
Dalam dunia kuliner, Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang. Masakan Padang yang terkenal dengan citarasa yang pedas dapat ditemukan hampir di seluruh penjuru Nusantara, dan dapat ditemukan juga di luar negeri.

Beberapa contoh makanan dari Sumatera Barat yang sangat populer adalah Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Ayam Pop, Soto Padang, dan Bubur Kampiun.

Selain itu, Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti Galamai, Wajik, Kipang Kacang, Bareh Randang, Dakak-dakak, Rakik Maco, Karupuak Balado dan Karupuak Sanjai. Makanan ciri khas masing-masing kota dan kabupaten di Sumatera Barat untuk dijadikan buah tangan (oleh-oleh) adalah: Kota Padang terkenal dengan bengkuang dan karupuak balado, Kota Padang Panjang terkenal dengan satenya, Kota Bukittinggi dengan karupuak sanjai, Kota Payakumbuh dengan galamai dan bareh rendang, Kabupaten Agam terkenal dengan palai rinuak dan pensi, Kabupaten Pesisir Selatan dengan rakik maco, Kabupaten Tanah Datar dengan lamang Limo Kaum dan dakak-dakak simabua-nya.

Literatur
Literatur sejarah mengenai Sumatera Barat dan kebudayaan Minangkabau secara umum dapat dijumpai antara lain di Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), yang terletak di tengah-tengah objek wisata Perkampungan Minangkabau (Minangkabau Village), kota Padang Panjang, Sumatera Barat.

Di PDIKM banyak tersimpan informasi sejarah masyarakat Minangkabau khususnya semenjak abad 18 (periode penjajahan Belanda) hingga era 1980'an berupa dokumentasi foto mikrograf surat kabar, pakaian tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-surat kepemerintahan dan alur sejarah masyarakat Minangkabau secara terperinci.

Literatur mengenai Sumatera Barat dan Minangkabau juga akan banyak didapatkan di Perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) dan di Perpustakaan Universitas Leiden, dua-duanya di Leiden, Belanda.

Sejarah Sumatera Barat (Minangkabau)
Sumatera Barat pada masa lalu merupakan inti dari Kerajaan Pagaruyung. Dalam adminisitrasi kolonial Hindia Belanda, daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust yang juga mencakup daerah Tapanuli. Sejak 1906 wilayah Tapanuli dipisahkan menjadi Residentie Tapanuli. Sedangkan wilayah Kerinci kemudian digabungkan ke dalam Sumatra's Westkust.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi Sumatera yang berpusat di Medan. Provinsi Sumatera kemudian dipecah menjadi tiga, yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Sumatera Barat merupakan residensi didalam provinsi Sumatera Tengah beserta residensi Riau dan Jambi.

Berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 tahun 1957, Sumatera Tengah kemudian dipecah lagi menjadi Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci, residensi Sumatera Barat, digabungkan dalam provinsi Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Pada awalnya ibukota provinsi baru ini adalah Bukittinggi, namun kemudian dipindahkan ke Padang.Rujukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar