Pariwisata di daerah Sumatra Selatan cukup potensial untuk dikembangkan. Daerah ini memiliki obyek wisata yang beraneka ragam, baik wisata alam, sejarah maupun budaya.
Sumsel memiliki obyek wisata berupa gunung-gunung dengan flora dan fauna yang beragam, seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS); sungai, danau, garis pantai yang sangat panjang, dan aneka ragam tradisi serta budaya yang unik dan menarik.
Wisata alamnya adalah Danau Ranau Kabupaten Ogan Komering Ulu, Musi Rawas, dan Musi Banyuasin. Panorama pantainya antara lain pantai Parai Tenggini, pantai Matras di Pulau Bangka, dan pantai Pasir Padi di Pulau Belitung. Panorama air terjun terdapat di Kabupaten Muara Enim dan Lahat. Wisata budayanya meliputi Bukit Serelo, Gunung Dempo, Rumah Limas, pemukiman suku terasing Anak Dalam dan Kubu. Wisata sejarahnya antara lain situs Sri Wijaya berupa batu purbakala, patung kuno, dan museum di Palembang, kompleks Pemakaman di Bukit Siguntang serta Benteng Kuto Besak.Rujukan
Objek Wisata
Masjid Agung
Mesjid Agung Palembang yang terletak di pusat kota juga merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Palembang. Mesjid ini didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I atau Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo mulai tahun 1738 sampai 1748.
Ukuran bangunan mesjid waktu pertama dibangun semula seluas 1080 meter persegi dengan daya tampung 1200 jemaah.Perluasan pertama dilakukan dengan wakaf Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab yang dilaksanakan pada tahun 1897 dibawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin.
Perluasan kedua kali pada tahun 1930. tahun 1952 dilakukan lagi perluasan oleh Yayasan Mesjid Agung yang pada tahun 1966-1969 membangun tambahan lantai kedua sehingga lus mesjid sampai sekarang 5520 meter persegi dengan daya tampung 7.750.Rujukan
Sungai Musi
Sungai Musi terletak ditengah kota Palembang dan hal ini menarik para wisatawan, disuatu tempat didekat sungai tersebut terdapat rumah rakit. Dan kita juga bisa melihat aktivitas dari para nelayan menggali produksi sungai tersebut.
Menyaksikan matahari terbenam dari Ampera Jembatan adalah suatu hal yang sungguh menyenangkan selagi menyaksikan matahari terbenam kita dapat melihat seluruh permukaan kota.
Sungai Musi juga sering dijadikan arena festival air, seperti perlombaan perahu (bidar), kontes menghias perahu, perlombaan berenang menyeberangi sungai dan lain – lain.Rujukan
Senin, Juni 07, 2010
Pariwisata Sumatera Selatan
Sabtu, Maret 06, 2010
Perkebunan Sumatera Selatan
Potensi perkebunan andalannya adalah karet, kelapa, kopi, lada, cengkeh, coklat, kapuk, tembakau, kemiri, tebu, kayu manis dan kelapa sawit yang banyak terdapat di daerah Kabupaten Muara Enim, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Lahat, dan Musi Rawas. Data Proyeksi Luas Areal Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan No Jenis Komoditi Luas Areal (Ha) 2009 2010 2011 2012 2013 1 Karet 1,015,771 1,036,087 1,056,809 1,077,945 1,099,504 2 Kelapa Sawit 774,614 821,091 870,356 922,577 977,932 3 Kelapa 59,521 60,414 61,320 62,240 63,174 4 Kopi 276,864 276,864 276,864 276,864 276,864 5 Tebu 30,088 37,609 47,012 56,414 67,697 6 Lada 13,699 13,712 13,726 13,740 13,754 7 Kakao 5,222 5,327 5,433 5,542 5,653 8 Teh 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 9 Kayu Manis 1,708 1,708 1,708 1,708 1,708 10 Lain-lain 9,130 9,130 9,130 9,130 9,130 Total 2,188,117 2,263,442 2,343,858 2,427,660 2,516,914 * Angka Estimasi Data Proyeksi Produksi Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan No Jenis Komoditi Produksi (Ton) 2009 2010 2011 2012 2013 1 Karet 881.989 928,476 974,935 1.024,733 1.040,922 2 Kelapa Sawit 1,891,839 1,929,676 1,968,269 2,007,635 2,047,787 3 Kelapa 76,725 78,260 79,825 81,422 83,050 4 Kopi 156,426 157,514 160,665 163,878 167,156 5 Tebu 59,475 74,344 92,930 111,516 133,819 6 Lada 3,356 4,195 5,243 6,292 7,551 7 Kakao 1,095 1,369 1,712 2,054 2,465 8 Teh 9,546 9,689 9,835 9,982 10,132 9 Kayu Manis 1,102 1,377 1,721 2,066 2,479 10 Lain-lain 34,356 35,043 35,744 36,458 37,188 Total 3,236,224 3,327,944 3,425,879 3,526,035 3,632,548 * Angka Estimasi
Perkebunan rakyat selama tahun 2005, kelapa sawit, karet dan kopi merupakan komoditas yang berproduksi secara signifikan dibandingkan komoditas perkebunan lainnya. Produksi kelapa sawit ini mencapai 207.505 ton. Sementara karet dan kopi memiliki produksi sebesar 603.154 ton dan 132.163 ton.
Dalam tahun 2005, jumlah perkebunan besar di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari tahun 2004. Total jumlah perkebunan tahun 2004 adalah 115 perusahaan, sedangkan tahun 2005 menjadi 171 perusahaan. Diantara perusahaanperusahaan perkebunan tersebut, 132 diantaranya adalah perkebunan kelapa sawit, 34 perkebunan karet, 3 perkebunan kelapa, 1 perkebunan teh dan 1 perkebunan tebu.
Produksi kelapa sawit dan karet cukup mendominasi seluruh produksi. Besarnya produksi dari perkebunan kelapa sawit sebanyak 5.080.363 ton dan karet sebanyak 83.865 ton. Produksi tanaman perkebunan besar lainnya dianggap tidak terlalu signifikan. Daerah Sumatra Selatan sangat potensial untuk pengembangan daerah perkebunan .Rujukan
Bidang Produksi Perkebunan
Pada tahun 2007,luas areal perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan tercatat seluas 2.037.565 Ha dan 84,5 % di antaranya diusahakan dalam bentuk Perkebunan Rakyat. Komoditas utama terdiri dari karet 978.122 Ha, kelapa sawit 682.730 ha, kopi 276.864. ha dan kelapa 58.354 Ha, serta aneka komoditi perkebunan lainnya seperti lada, tebu, teh, kayu manis, kemiri, cengkeh, nilam, gambir. Produksi perkebunan tahun 2007 mencapai 2.731.141. ton terdiri dari karet 722.372 ton, kelapa sawit 1.719.416. ton (CPO dan Inti Sawit), kopi 150.781. ton, kelapa 72.780. ton, dan komoditi lainnya 65.792. ton.
Berdasarkan data pada tahun 2005 kontribusi sub sektor perkebunan sebesar 45,02 % terhadap PDRB sektor pertanian, kelautan dan perikanan serta kehutanan atau 11,60 % dari PDRB Sumatera Selatan.
Data ekspor komoditi perkebunan tahun 2007 menunjukan bahwa volume ekspor mencapai 1.251.383,82 ton dengan nilai US$ 1.695.664, 520, Peranan ekspor komoditi perkebunan terhadap ekspor non migas di Sumatera Selatan sebagai penghasil devisa dari ekspor tersebut masih di dominasi oleh karet 49,06 %, kelapa sawit 50,35 % dan kopi 0,58 %.
Masalah yang dihadapi dalam pembangunan perkebunan adalah masih rendahnya tingkat produktivitas dan mutu hasil, Hal ini disebabkan karena belum maksimalnya pengelolaan usaha tani perkebunan dalam penerapan teknologi maju terutama penggunaan benih unggul yang bermutu, pupuk, pengendalian hama, penyakit dan gulma, serta penanganan panen dan pasca panen. Di samping masih rendahnya tingkat kemampuan SDM dan lemahnya kelembagaan petani yang ada, lemahnya posisi rebut tawar (bargaining position), sehingga petani pekebun belum dapat menikmati nilai tambah yang memadai baik dari kegiatan produksi atau “on farm” maupun kegiatan pasca produksi atau “off farm”.
Pembangunan perkebunan kedepan lebih ditekankan kepada upaya peningkatan produktivitas dan mutu hasil pada areal perkebunan yang ada, pengembangan agribisnis dan agroindustri akan lebih didorong kearah ekspor dalam bentuk hasil olahan (down strime).
Untuk lebih efektif dan efisien, pembinaan dan pengawasan dilakukan dengan pendekatan Kawasan Industri Masyarakat Perekebunan (KIMBUN) atau Corporate Farming ataupun Kawasan Utama Produksi Perkebunan (KUPP) pada sentra-sentra produksi / pengembangan yang berbasis pada agribisnis secara utuh dan berazaskan kebersamaan ekonomi antar pelaku agribisnis agar usaha perkebunan dapat efisien dan berkelanjutan dalam KIMBUN dapat dipadukan antara kegiatan “on farm” dan “off farm” dan adanya kawasan-kawasan KIMBUN/KUPP tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing produksi hasil perkebunan di Sumatera Selatan.
Kamis, Februari 18, 2010
Musi Rawas Lumbung Daging Sumatera Selatan
Sebutan lumbung daging, bakal segera melekat pada Kabupten Musi Rawas, yang selama ini sudah menyandang berbagai sebutan lain seperti lumbung beras dan gerbang investasi.
Musi Rawas Lumbung Daging Sumatera Selatan
Kabupaten Musi Rawas (Mura), berperan penting dalam upaya mewujudkan Sumatera Selatan (Sumsel) sebagai lumbung pangan nasional. Setelah berkontribusi dengan produksi pangan berupa beras yang terus meningkat,kini Mura sudah bersiap untuk melengkapinya dengan limpahan produksi pangan lain berupa daging.
Duet Bupati H. Ridwan Mukti dan Wakil Bupati Hj. Ratnawati Ibnu Amin, saat ini memang sedang melancarkan program untuk menggenjot produksi daging, agar bisa memenuhi kebutuhan daging Sumsel bahkan nasional.
Upaya ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur Sumsel H Alex Noerdin.
Ternak yang dikembangkan di Mura, terdiri dari ternak besar (sapi perah, sapi potong, kuda, kerbau),ternak kecil (kambing, domba, babi) dan unggas (ayam ras petelur, ayam ras pedaging, ayam buras,itik/itik manila). Ternak-ternak yang disebarkan pemerintah ke masyarakat dengan sistem gaduhan dan bergulir pada 2008, yaitu sapi potong, dan itik dengan sumber dana dari APBD. ”Saat ini, rata-rata
kepemilikan ternak masyarakat masih dibawah standar agribisnis, yaitu ternak besar minimal 5 ekor,ternak kecil 10 ekor, unggas 30 ekor. Ke depan diharapkan kepemilikan ternak mencapai taraf agribisnis dengan usaha intensifikasi ternak,”ujar Kadis Peternakan dan Perikanan Kabupaten Musi Rawas Ir Heriyanto.
Namun begitu, populasi ternak di Mura mengalami kecenderungan terus meningkat. Populasi ternak dan produksi hasil ternak Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 tercatat untuk ternak sapi perah sebanyak 12 ekor,sapi potong 35.402 ekor dengan produksi daging mencapai 431.927 kg dan 2.788 lembar kulit, kerbau 22.277 ekor dengan produksi daging 200.227 kg dan 1.178 lembar kulit dan 1 ekor ternak jenis kuda.
Sedangkan ternak berukuran kecil seperti kambing, berdasarkan data yang ada di Dinas Peternakan dan Perikanan, tercatat sebanyak 88.875 ekor kambing dengan produksi 131.146 kg daging dan 10.492 lembar kulit kambing. Kemudian, populasi domba sebanyak 6.833 ekor, menghasilkan 9.872 kg daging dan 790 lembar kulit serta babi sebanyak 5.154 ekor dengan jumlah produksi daging mencapai 5.290 kg.
Untuk ternak unggas, pupulasi ayam buras pada 2008 lalu mencapai 1.083.780 ekor dengan produksi daging 1.437.929 kg dan 409.582 kg telur. Disusul dengan ayam ras pedaging dengan populasi mencapai 351.300 ekor dan produksi daging mencapai 433.660 kg. Adapun populasi itik/entok 128.900 ekor, dengan produksi daging 24.311 kg dan 466.025 kg telur.
Upaya menggenjot produksi ternak, juga dilakukan melalui pengadaan bibit ternak dengan genetik yang berkualitas tinggi, termasuk melalui program inseminasi buatan (IB) terutama pada ternak sapi potong.Program ini juga mendapat dukungan Pemprov Sumsel, dengan alokasi APBD Propinsi dan Kabupaten Musi Rawas dalam bentuk bantuan N2 cair dan straw. Juga telah diupayakan peningkatan keswadayaan masyarakat agar
dapat ikut berperan aktif dalam pelaksanaan IB.
Hasilnya tahun 2008 lalu, realisasi IB sebesar 7244 dosis atau 90,55 % dari target, sedang realisasi akseptor adalah 5342 ekor atau 93,52 % dari target 5712 akseptor. Realisasi PKB 3.070 akseptor, reali sasi ATR 736 akseptor, jumlah yang bunting 2.778 akseptor, jumlah kelahiran 2.778 ekor. Service per Conception (S/C)/Rataan Pelayanan IB per Kebuntingan: 1,54 %.
Usaha pengembangan ternak di Kabupaten Musi Rawas ini juga didukung oleh ketersediaan infrastruktur pendukung berupa sarana dan prasarana pelayanan teknis peternakan, dan beberapa diantaranya telah aktif memberikan pelayanan.
Selain peternakan, sektor perikanan juga mendapat perhatian serius. Pada 2008, Mura memiliki areal ikan budi daya seluas 2.937,54 ha dengan produksi ikan mencapai 10.080,19 ton. Luasan areal budi daya ikan ini terdiri dari kolam air deras sebanyak 520 unit atau dengan luas keseluruhan mencapai 2,08 ha dengan produksi 5.576,42 ton, Kolam air tenang seluas 757,69 ha dengan produksi 2.746,62 ton, sawah 2.177,65 ha
menghasilkan produksi ikan 1.627,79 ton, keramba 81 unit yang memproduksi 60,74 ton dan jaring apung dan menghasilkan 68,62 ton ikan.
Sedangkan produksi perikanan dari hasil tangkapan di sungai dan anak sungai dengan luas wilayah tangkapan 5.593,73 ha, menghasilkan 998,48 ton ikan. Kemudian, untuk danau dan waduk yang luas wilayah tangkapannya 2.542,35 ha, menghasilkan produksi ikan sebanyak 528,91 ton. Total jumlah produksi ikan dari budi daya dan tangkapan sebanyak 11.607,58 ton ikan segar pertahun.
Dinas Peternakan dan Perikanan Mura tidak hanya fokus dalam pengembangbiakan ikan, namun juga memproduksi benih ikan. Alhasil tahun 2008 lalu daerah ini telah memproduksi 153.892.997 ekor ikan melalui unit pembenihan ikan rakyat (UPR) dengan luas wilayah 118,40 ha dengan produksi 153.892.997 ekor dan Balai Benih Ikan (BBI) dengan luas 7,80 ha dapat memproduksi 3.733.500 ekor. Benih yang dihasilkan
oleh BBI dan UPR adalah benih ikan mas, nila, lele, gurami, patin, tawes, tambakan dan betutu.
Pengembangan dan peningkatan produksi ikan di Mura pada 2008 dilakukan juga melalui optimalisasi fungsi BBI dan pembinaan terus menerus pada usaha pembenihan ikan rakyat (UPR).
”Saat ini di Mura terdapat dua unit BBI yang di kelola pemerintah, yaitu BBI Sentral Air Satan di Kecamatan Muara Beliti dan Purwodadi (UPTD Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Selatan) dan BBI Lokal Ekamulya di Kecamatan Tugumulyo yang dikelola oleh UPTD Disnakan Mura,” jelas Ir Heriyanto.
Pada tahun 2008, juga telah di operasionalkan 1 unit BBI baru seluas 2 ha di desa Pagar Sari Kecamatan Purwodadi, yang merupakan instalasi dan perluasan UPTD BBI Ekamulya Kecamatan Tugumulyo, yang diharapkan semakin mendekatkan pelayanan penyediaan benih ikan di wilayah Purwodadi, Sumberharta dan Megang Sakti.
Operaional BBI ini diresmikan Gubernur Sumsel H Alex Nordin pada Januari 2009 lalu.
Untuk menjaga kelestarian sumber hayati di perairan umum, Dinaskan melaksanakan kegiatan penyuluhan dan penguatan kelembagaan masyarakat, termasuk dengan mengadakan percontohan budidaya keramba, jaring apung dan sistem di perairan umum di 6 kecamatan, yang memiliki sungai. Upaya ini juga sekaligus mencegah penangkapan ikan secara iligel (illegal fishing).
Upaya lainnya juga dengan penguatan kelembagaan masyarakat dilaksanakan dengan mendorong masyarakat untuk mendirikan Kelompok Pengawasan Masyarakat (POKWASMAS) di sekitar daerah aliran sungai maupun sumber daya perairan lainnya, disertai sosialisasi Perundang-undangan yang menyangkut pelestarian wilayah perairan umum.
Dukungan Modal
Upaya meningkatkan produksi daging dan ikan, tentu saja tidak lepas dari dukungen permodalam. Dalam hal ini, Pemkab Mura memfasilitasi menyediakan paket kredit program yang diarahkan untuk membantu kesulitan permodalan bidang peternakan dan perikanan. Pada 2008 pemerintah menyediakan paket kredit program KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) diperuntukkan bagi pengembangan sapi potong.
Sumber modal usaha bagi pelaku usaha di bidang peternakan dan perikanan diperoleh dari lembaga keuangan melalui paket pembiayaan antara lain dari Bank Sumsel Cabang Lubuklinggau dan Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Linggau. Sampai tahun 2008 terdapat 23 (dua puluh tiga) kelompok penggemukan sapi potong,ayam buras dan pembudidaya ikan yang mendapat dukungan modal dari perbankan.
Disamping itu, melalui kebijakan Departemen Kelautan Perikanan RI, para pembudidaya ikan air tawar di Mura juga memperoleh bantuan sosial penguatan modal usaha budidaya ikan dalam paket kebijakan Bantuan Sosial Peningkatan Usaha Kecil Perikanan Budidaya (BS-PUKPB) dengan distribusi penyebaran bantuan di 25 kelompok tani dengan total jumlah Rp 500 juta.Rujukan
Dinas Peternakan Sumsel Waspadai Daging Oplosan
25 Agust 2009
Jakarta, Selama bulan ramadhan dan menjelang lebaran, Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan mengintensifkan pengawasan terhadap daging sapi oplosan yang disinyalir sering beredar di pasaran.
Tingginya permintaan dan meningkatnya harga daging selama ramadhan dan menjelang lebaran seringkali dimanfaatkan oleh para pedagang yang ingin mengambil keuntungan melalui jalan pintas dengan mencampur daging sapi dengan daging celeng/ atau babi hutan.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan Asrillazi kepada reporter RRI Rian Apridhani mengatakan, Tim Disnak yang terdiri dari masyarakat veteriner dan kesehatan hewan/ akan terjun ke pasar untuk memantau langsung para pedagang sapi eceran/ yang diniliai kemungkinan besar melakukan praktek pengoplosan.
Lebih lanjut Asrillazi menjelaskan, peluang untuk melakukan pengoplosan daging lebih besar dilakukan pada tingkat pengecer, karena pada pedagang besar ditingkat RPH diawasi oleh petugas Disnak, sementara pedagang daging eceran yang selalu membeli daging dalam skala kecil dinilai memudahkan praktek pengoplosan.
Kasus beredarnya daging oplosan sempat menghebohkan masyarakat kota Palembang beberapa bulan lalu. Tidak hanya pengawasan terhadap daging oplosan, tim pemantau juga mewaspadai munculnya daging glonggongan. Meskipun belum pernah ditemukan, namun pemantauan secara rutin tetap dilakukan sebagai tindak pencegahan.Rujukan
Sumsel Pacu Ternak Kambing
15 Jan 2009
BISNIS INDONESIA
PALEMBANG, Pemprov Sumatra Selatan menyediakan lahan seluas 600.000 hektare untuk program integrasi ternak kambing dan tanaman kopi pada tahun ini. menyusul keberhasilan integrasi sapi dan kelapa sawit pada 2009.
"Kami telah melakukan percobaan program inte-gasi kambing - kopi pada tahun lalu dengan menyediakan 100 ekor kambing jenis etawa. Hasilnya cocok sehingga pada tahun ini layak dikembangkan di Sumsel, terutama di daerah dingin," ujar Kepala Dinas Peternakan Sumsel Asrillazi baru-baru ini.
Dia menjelaskan program kambing-kopi sudah dijalankan di Kabupaten Lahat. Kota Pagaralam dan Kabupaten Empat Lawang. Selain mengembangkan pembibitan kambing, program itu juga dapat menghasilkan susu yang lebih baik.
Dia menyebutkan bibit kambing akan didatangkan dari pusat pembibitan kambing etawa di Yogyakarta. Pada 2009 sambungnya, telah didatangkan sekitar 100 ekor dan pada tahun ini didatangkan lagi 100 ekor. Asrillazi menjelaskan program kambing-kopi itu dianggarkan dana Rp1OO juta untuk 100 ekor kambing dan diberikan langsung kepada petani. Ternak kambing memakan limbah kopi yang sudah diolah. Kulit kopi hasil penggilingan dapat diberikan untuk makanan kambing ditambah dedak atau lainnya sebagai pakan pendukung.
"Kami berharap dapat membantu perekonomian petani dengan hasil susu. Lahan yang ada tidak hanya menghasilkan satu jenis produk, tetapi dapat berguna untuk lainnya. seperti program integrasi sapi-sawit dan kambing-kopi", ungkapnya.
Gubernur Sumsel Alex Noerdin menambahkan selain program integrasi kambing kopi akan dijalankan pada tahun ini. program integrasi sapi-sawit sudah kenalan. Program itu sudah dijalankan dengan baik di Sumsel, seperti di daerah OKI, Banyuasin, Musi Banyuasin, Muaraenim, Ogan Ilir. Tidak menutup kemungkinan program akan terus dikembangkan di daerah lain. Untuk 1 ha lahan sawit disediakan dua ekor sapi dan 20-25 ekor kambing." tegasnya (k*w)Rujukan
Selasa, Februari 16, 2010
Peternakan Sumatera Selatan
Hewan ternak dibagi dalam kelompok ternak besar dan ternak kecil dan unggas. Ternak yang masuk kategori ternak besar adalah sapi perah, sapi, kerbau dan kuda. Sedangkan kambing, domba, babi, ayam dan itik digolongkan pada ternak kecil dan unggas. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VI 1998. Daging 10,3 Kg/Kap/Tahun
Telur 6,5 Kg/Kap/Tahun
Secara umum, populasi ternak di Sumatera Selatan pada tahun 2005 mengalami peningkatan dibandingkan 2004. Kenaikan
tersebut masing-masing adalah: sapi perah 4,8 persen, sapi 2,47 persen, kerbau 4,36 persen, kuda 1,96 persen, kambing 6,20 persen, domba 3,24 persen, babi 4,48 persen, dan ayam kampung 145,70 persen. Sebaliknya, populasi itik menurun 3,43 persen.Rujukan
Sektor Peternakan
Peternakan merupakan salah satu bidang unggulan dalam pembangunan daerah Sumatera Selatan. Peranan Peternakan dalam perekonomian daerah cukup signifikan terutama dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB, penambahan income per kapita dan pelestarian plasma nuftah.
Untuk mempercepat upaya pemerintah daerah dalam mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran danincome perkapita masyarakat, maka pemerintah daerah memberikan prioritas pembangunan di bidang pertanian melalui program Sumatera Selatan Lumbung Pangan termasuk peternakan. Yang diyakini dapat membantu mempercepat mengatasi ketiga masalah tersebut yang tidak hanya merupakan masalah daerah tetapi juga masalah nasional.
Komoditas unggulan di bidang peternakan yang perlu mendapat akselerasi pembangunan dalam lima tahun ke depan adalah ternak sapi dengan populasi 438.666 ekor, produksi daging 44.000 ton tahun 2004. Untuk memacu peningkatan populasi sapi ini ditetakan program inseminasi buatan sebanyak 100.000 ekor sapi rakyat yang akan dilaksanakan lima tahun ke depan.
Hal ini dilakukan dengan alasan sebagai berikut. Pertama untuk meningkatkan mutu genetik sapi rakyat, kedua meningkatkan angka kebuntingan sapi, sekaligus meningkatkan jumlah kelahiran anak sapi. Selain sapi potong, komoditas unggulan bidang peternakan diperluas termasuk unggas (ayam pedaging, petelur dan ayam buras) serta kambing domba.
Tujuan Lumbung Pangan Sektor Paternakan
Tujuan Strategis
Pemberdayaan masyarakat peternak sapi potong dengan memanfaatkan teknologi kawin suntik (inseminasi buatan) serta agribisnis ayam dan kambing/domba.
Tujuan Ekonomi
Sasaran Lumbung Pangan Sektor Peternakan 2009
Ternak Sasaran Pengembangan Populasi(Ekor) Sasaran Produksi Daging & Telur (Ton) Sapi Potong 623.485 14.724 Kambing 632.859 1.1796 Domba 73.930 146 Ayam Broiler 22 juta 1.576 Ayam Petelur 8.207.000 680 Ayam Buras 28.105.000 26.327 Itik
1.080
Sasaran Konsumsi 2005-2009
RujukanKETERANGAN
Sumsel Harus Galakkan Peternakan
Selasa,14 Juli 2009 - 09.00 Wib
PALEMBANG, KOMPAS.com - Wakil Gubernur (Wagub) Sumatra Selatan (Sumsel), H Eddy Yusuf menyatakan, sektor peternakan harus digalakkan, mengingat potensi pembiakan ternak dan kondisi daerahnya sangat mendukung pengembangan ternak untuk kesejahteraan masyarakat setempat.
"Pasti bisa menopang peningkatan pendapatan masyarakat," kata Wagub, pada acara Harmonisasi dan Sosialisasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, di Hotel Swarna Dwipa Palembang, Senin (13/7) malam.
Menurut Eddy, tujuan penerbitan UU Peternakan dan Kesehatan Hewan itu secara khusus itu agar dapat memberdayakan dan menciptakan masyarakat daerahnya yang menjadi mandiri. Eddy menambahkan untuk menjamin kepastian terselenggaranya usaha peternakan dan kesehatan hewan yang baik, diperlukan penyediaan lahan yang memenuhi persyaratan teknis untuk budidaya ternak dan kesehatan hewan tersebut.
Diharapkan dengan cara itu, potensi pembiakan ternak yang besar dan kondisi daerahnya yang mendukung peternakan, bisa benar-benar dikembangkan secara optimal, kata Wagub pula.
Menurut Plt. Kepala Dinas Peternakan Sumsel, Asrillazi, walaupun secara umum tingkat perkembangan ternak di daerahnya relatif masih rendah namun potensi pembiakan untuk ternak besar, seperti sapi, masih sangat besar.
Potensi itu, menurut dia, ditopang pula adanya perkebunan sawit dan perkebunan lain umumnya di Sumsel yang sangat luas serta sumber daya alam yang mempunyai daya tampung sangat besar bagi populasi ternak itu. Acara harmonisasi dan sosialisasi UU Peternakan itu, dihadiri utusan dari seluruh kabupaten dan kota di Sumsel.Rujukan
Senin, Februari 15, 2010
Perikanan Sumatera Selatan
Potensi perikanan darat dan laut dengan komoditas ikan dan udang banyak terdapat di Kabupaten Muara Enim, Bangka, Belitung, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan pantai Timur daerah Sumatra Selatan dengan pemanfaatan kawasan Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE). Sedangkan pada perikanan darat, jenis ikannya antara lain ikan mas, nila, tawes, mujair.
Produksi perikanan menunjukkan peningkatan seperti selama kurun waktu 2001-2005. Peningkatan produksi ikan 2005 adalah sebesar 10,25 persen dibanding 2004 yaitu sebesar 159.844,8 ton termasuk hasil tangkapan di alam dan hasil budidaya. Produksi ikan tersebut terdiri dari perikanan laut 27 831,0 ton dan perikanan darat 43 059,3 ton. Dibandingkan dengan potensi yang ada, hasil perikanan itu relatif masih kecil.
Produksi Perikanan Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Selatan, 2007 (Ton)
Quantity of Fish Production by Regency/Municipality
in Sumatera Selatan, 2007 (Ton)
Budidaya
Kabupaten/Kota Perikanan/ Perairan/ Kolam Air Kolam Sawah/
Regency/Municipality laut Umum Tawar Air Paddy
Marine Open Fresh Deras / Field
Fisheries Water Water Pond
Pond
(1)
(2) (3) (4) (5) (6) 01 Ogan Komering Ulu - 3 894,4 8 207,7 - 3 159,1 02 Ogan Komering Ilir 6 246,8 9 996,8 235,2 - 150,4 03 Muara Enim - 4 304,9 2 124,9 - 504,4 04 Lahat
- - 3 702,3 1 519,2 1 541,0 05 Musi Rawas - 1 640,9 3 803,7 4 558,9 1 906,5 06 Musi Banyuasin - 7 373,5 835,3 - - 07 Banyuasin 31 543,2 7 538,0 1 167,9 - - 08 OKU Selatan - 1 125,3 3 734,7 - 659,5 09 OKU Timur - 1 308,2 6 148,2 913,0 922,4 10 Ogan Ilir
- 3 828,3 166,1 - 116,2 11 Palembang - 1 383,3 3 905,1 - - 12 Prabumulih - 429,7 1 038,1 - - 13 Pagar Alam - - 2 648,1 1 215,0 - 14 Lubuk Linggau - 221,2 2 834,7 2 396,2 -
2007 37 790,0 43 044,5 40 551,9 10 602,3 8 959,5
2006 35 484,4 42 534,0 35 262,5 8 669,1 8 598,4
Jumlah / 2005 27 831,0 43 059,3 32 500,0 7 880,0 7 924,8
Total 2004 54 041,7 42 370,5 18 845,9 6 750,0 4 594,6
2003 53 304,4 42 648,8 17 404,9 - 5 053,7
2002 49 724,2 42 268,4 11 368,9 - 4 188,5
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan
Source : Marine and Fishery Office of Sumatera Selatan
Rujukan
Budidaya
Kabupaten/Kota Keramba/ Keramba
Tambak/
Regency/Municipality Cage
Jaring Pen
Brackish
Jumlah/
Apung System
Water
Field
Pond
(1)
(2) (3) (4) (5) (6) 01 Ogan Komering Ulu 5 261,3 - - - 20 522,5 02 Ogan Komering Ilir 2 425,9 - 1 948,2
30 687,6
51 690,9
03 Muara Enim 712,9 - - - 7 647,1
04 Lahat
376,3 - - - 7 138,8
05 Musi Rawas 243,7 146,5 - - 12 300,2
06 Musi Banyuasin 138,2 - 445,2 121,2 8 913,4
07 Banyuasin 227,3
272,0 389,8 2 384,9
43 523,1
08 OKU Selatan 2 242,4 - 1 113,4
- 8 875,3
09 OKU Timur 3 066,5 - - - 12 358,3
10 Ogan Ilir
1 327,7 - 1 670,0
- 7 108,3
11 Palembang 1 118,4 - - - 6 406,8
12 Prabumulih 681,9 - - - 2 149,7
13 Pagar Alam 249,0 - - - 4 112,0
14 Lubuk Linggau 240,6 - - - 5 692,7
2007 18 312,1 418,5 5 566,6 33 193,7 198 439,1
2006 15 840,9 356,2 4 551,6 27 387,5 178 684,6
Jumlah / 2005 14 500,0 328,3 4 195,0 21 516,4 159 844,8
Total 2004 5 928,3 312,6 3 920,0 19 202,7 144 983,7
2003 8 328,0 - - 60 164,4 186 904,2
2002 5 769,4 - - 14 377,1 127 696,5
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan
Source : Marine and Fishery Office of Sumatera Selatan
2010, Bikin 100 Tambak Ikan
26-10-2009PALEMBANG, Sumeks - Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), berencana membantu pembuatan 100 unit tambak ikan di 15 kabupaten/kota pada 2010. Hal ini bertujuan, untuk meningkatkan pengelolaan sektor perikanan di Sumsel. Demikian dikatakan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumsel, Ir H Lukmanul Hakim melalui Sekretaris Ir Muslim SE. Menurutnya, bantuan 100 unit kolam ikan itu akan direalisasikan mulai awal 2010, dengan bantuan dana Rp1miliar. Kolam ikan tersebut, akan diberikan kepada masyarakat, koperasi dan usaha mandiri dari masyarakat yang membutuhkan pengembangan usaha, atau yang akan membuka usaha peternakan perikanan.
“Dengan program ini, diharapkan ke depan nantinya masyarakat yang mengembangkan usaha peternakan ikan dapat dibantu dengan dibangunkan satu unit kolam ikan,”kata Muslim.
Menurutnya, hingga kini pemerintah terus mengembangkan berbagai varietas ikan yang tengah dikembangkan di Sumsel. Beberapa jenis ikan air tawar yang dikembangkanbiakkan, seperti baung, nila, ikan hias, lobster dan patin terus dikembangkan.
Seperti ikan patin dikelola di Kabupaten OI dan OKI, ikan nila gesit dikembangkan di OKU Timur, OKU Selatan, Lahat, Pagaralam dan Musi Rawas; ikan baung dikembangkan di Muba, Palembang, OI dan OKI; ikan gabus di Mura, Muba, dan OI; sidat atau belut di Pagaralam; ikan hias di Muba dan Palembang. Sementara lobster dibudidayakan di OKU, Mura, Muba, dan Palembang. “Nah, lewat bantuan 100 unit kolam ikan ini, diharapkan warga dapat terus mengembangkan dan membudidayakan ikan di kabupaten/kota masing-masing,” ujarnya.
Tahun ini, jelas Muslim, jumlah penghasilan ikan di Sumsel ditargetkan akan mencapai 238,643 juta ton. Sementara 2010 ditargetkan akan terjadi peningkatan produksi ikan Sumsel hingga mencapai 259.868 juta ton per tahun. “Tahun 2009 ini, sudah tercapai produksi ikan di Sumsel sebanyak 70 persen. Diharapkan akhir tahun produksinya akan mencapai target,” kata dia.
Secara umum, masyarakat Sumsel masih cukup banyak mengkonsumsi ikan. Hal itu terlihat dari jumlah konsumsi masyarakat sebanyak 25,4 juta kilogram per kapita per tahun.
“Konsumsi ikan di masyarakat lokal masih cukup signifikan. Karena itu, tahun 2010 target akan terus ditingkatkan,” ungkap dia. Untuk nilai ekspor 2009, ditargetkan sebesar 26.823.759,43 ton, dan tahun 2010 diharapkan dapat meningkat sebesar 31,829,070,56 ton.(mg 26)(http://www.sumselprov.go.id/index.php?module=newsdetail&id=2805&PHPSESSID=d9d6ecee68d1c4c01bb25ccfe4d9127a)Rujukan
Selasa, Februari 02, 2010
Kehutanan Sumsel
Potensi hasil hutan di daerah Sumsel sebagian besar berada di Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Musi Rawas, dan Ogan Komering Ulu dengan komoditas utama berupa rotan, damar, kayu bakar, kayu gergajian, dan kayu bulat/kayu gelondongan.
Komoditas hasil hutan pada tahun 2005 di Sumatera Selatan adalah kayu bulat, kayu tiang, arang, rotan dan damar. Jumlah produksi kayu bulat sebesar 2.341.695,87 meter kubik, kayu tiang sebesar 111.518,42 meter kubik, arang 6.814 ton, rotan manau 373.111 batang, rotan sega 609,20 ton, dan damar 1.164 ton..Rujukan
SIARAN PERS
No. S. 252/II/PIK-1/2006
Sumatera Selatan di Era Revitalisasi Industri Kehutanan
Guna mendukung program pelestarian hutan dengan cara tidak menggunakan kayu yang berasal dari hutan alam sebagai bahan baku industri kayu, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah melakukan beberapa upaya diantaranya revitalisasi industri kehutanan. Program revitalisasi industri kehutanan yang telah dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan berupa: Perbaikan perizinan industri primer hasil hutan kayu (IPHHK) dari bahan baku kayu bulat yang berasal dari hutan alam menjadi bahan baku kayu yang berasal dari hutan tanaman ataupun hutan rakyat; Mempermudah proses dan prosedur perizinan untuk industri yang menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari hutan tanaman; Pengetatan pemberian Izin Usaha-IPHHK.
Saat ini pemerintah tidak lagi mengeluarkan izin kepada industri primer untuk memanfaatkan kayu yang berasal dari hutan alam di Sumatera Selatan. Setelah dilakukan revitalisasi dan pengetatan perizinan, kini industri yang aktif di Sumatera Selatan tinggal 72 industri dengan kapasitas untuk kayu gergajian 487.100 m3, plywood 276.000 m3, MDF (medium density fiberboard) 220.000 m3, Veneer 12.000 m3, serta Pulp 2.250.000 m3 per tahun. Jumlah ini jauh menurun dari jumlah semula yang mencapai 234 industri kayu tahun 1990-an. Di samping itu, empat industri kayu telah menggunakan mesin rotary baru dengan diameter sisa log core mencapai 3-8 cm dengan kapasitas total 152.000 m3/tahun.
Sesuai Peraturan Pemerintah No.34/2002, kapasitas izin industri primer hasil hutan tidak boleh melebihi daya dukung hutan secara lestari dan sumber bahan baku industri primer hasil hutan selain dari hutan alam, dapat pula berasal dari hutan tanaman, hutan hak dan hasil dari perkebunan berupa kayu. Untuk itu Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menggalakkan penggunaan bahan baku kayu non hutan alam dan penggantian mesin rotary dengan diameter sisa log core kecil bagi industri perkayuan.
Secara nasional, saat ini sebagian besar industri kehutanan masih bertumpu pada bahan baku kayu dari hutan alam, sedangkan kemampuan produksi kayu dari hutan alam menurun sehingga terjadi kesenjangan kemampuan pasokan bahan baku kayu dengan kebutuhan industri.
Kayu bulat yang bukan berasal dari hutan alam pada umumnya berdiameter kecil sehingga tidak efisien jika diproses dengan mesin rotary lama yang pada umumnya hanya mampu mengolah/mengupas sampai sisa log core berdiameter 20-25 cm. Namun dengan mesin rotary yang menggunakan teknologi baru, kayu bulat dengan diameter kecil mampu diolah hingga sisa log core berdiameter 3-8 cm, tergantung jenis kayu dan mesin yang digunakan.
Dengan demikian, sejalan dengan upaya revitalisasi industri kehutanan maka industri primer hasil hutan kayu ke depan diarahkan untuk dapat memanfaatkan kayu bulat non hutan alam sebagai bahan baku andalan. Revitalisasi industri kehutanan juga diarahkan untuk menggunakan mesin rotary berteknologi baru sehingga lebih efisien dalam penggunaan bahan baku, hemat energi serta ramah lingkungan.
Program revitalisasi industri kehutanan diarahkan agar industri kehutanan bertumpu pada bahan baku andalan dari kayu hutan tanaman, termasuk memanfaatkan bahan baku dari hutan tanaman rakyat dan kayu perkebunan berupa kayu hasil tebangan dalam rangka peremajaan perkebunan karet, sawit, dll. Sedangkan bahan baku kayu dari hutan alam dimanfaatkan untuk produk khusus yang bernilai tinggi. Diharapkan pula semua industri perkayuan melakukan kerjasama kemitraan dengan masyarakat dalam pembangunan hutan rakyat atau perkebunan rakyat dalam pemenuhan pasokan bahan baku.
Lima tahun terakhir ini terdapat beberapa industri yang mulai memanfaatkan kayu HTI, hutan rakyat dan kayu tebangan perkebunan sebagai bahan baku industri primer hasil hutan kayu. Disamping itu beberapa perusahaan juga telah melakukan kerjasama kemitraan dengan masyarakat sekitar dengan memberikan bantuan bibit untuk penanaman hutan rakyat sebagai pasokan bahan baku industri untuk waktu mendatang.
Terdapat beberapa pola yang digunakan perusahaan untuk memberikan kompensasi kepada masyarakat. Pola yang digunakan tergantung kebutuhan dan keinginan masyarakat. Ada masyarakat yang menginginkan diberi kompensasi berupa bibit, pupuk dan sejumlah uang. Kelompok masyarakat lainnya hanya membutuhkan bibit dan uang, atau pupuk dan uang. Ada pula kelompok yang hanya membutuhkan uang saja, karena bibit dan pupuk sudah dimiliki oleh mereka.
Rujukan
Pertambangan Sumatera Selatan
Potensi hasil tambang di Sumatra Selatan yang berupa minyak dan gas bumi banyak terdapat di Kabupaten Muara Enim, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Lahat dan daerah lepas pantai. Hasil tambang batu bara tersebar di Kabupaten Muara Enim, Musi Banyuasin, Musi Rawas, Ogan Kumering Ulu, Ogan Kumering Ilir, dan Lahat. Hasil galian batu gamping banyak terdapat di Kabupaten Ogan Kumering Ulu, daerah Karang Agung, Muara Dua, Tanjung Langkayaap, dan Banding Agung.
Sementara bahan semen dan kapur banyak terdapat di Ogan Kumering Ulu. Tambang marmer terdapat di Lahat, emas di Kabupaten Ogan Kumering Ulu, sementara batu granit, bentonit, andesit, batu apung dan zeolith tersebar di beberapa daerah Sumatra Selatan. Produk hasil tambang yang vital dan strategis di Sumsel tahun 2005 adalah minyak mentah 29.523.31 barrel, gas alam 286.462,59 mcf, dan batubara 9.119.457 ton.(05-03-2007)Rujukan
Eksposisi Potensi Sektor Pertambangan Sumatera Selatan
Lanjutan pegunungan Bukit Barisan yang dimulai dari Aceh sampai dengan sepanjang Lampung, mengakibatkan daratan Sumatera kaya akan sumberdaya batuan pertambangan dan energi. Lempeng pegunungan Bukit Barisan yang tergolong dalam jenis lempeng tektonik, mengakibatkan daerah yang dilalui kaya akan sumber mineral. Rata-rata pertumbuhan nilai produksi sektor pertambangan di Sumatera Selatan menguat dari tahun ke tahun dengan besar rata-rata nilai pertumbuhan produksi sebesar 21.6%., namun disertai dengan laju inflasi PDRB sektor pertambangan yang lebih tidak stabil, mampu mencapai 44% pada tahun 2005.
Berdasarkan data PDRB, maka rata-rata selisih antara PDRB MIGAS dan NON-MIGAS mencapai 22 triliyun Rupiah, dimana rata-rata hasil produksi pertambangan adalah sebesar 17.8 trilyun, maka hasil pertambangan sejak tahun 2002, didominasi oleh harga minyak dan gas bumi yang melonjak sampai dengan saat ini. Namun, berdasarkan kuantitas, dominasi hasil pertambangan dihasilkan oleh batubara. Rata-rata hasil batubara tahunannya yaitu mencapai nilai 9 juta ton, sedangkan nilai dari minyak bumi hanya mencapai 200-300ribu ton, sedangkan gas bumi berkisar pada 29ribu ton. Namun, harga energi dunia terutama minyak bumi dunia mengalami reli dari tahun ke tahun, oleh karena itu nilai produksi didominasi oleh kenaikan harga minyak, tidak dari peningkatan potensi hasil minyak bumi Sumatera Selatan.
Menteri Negara Sumber daya Energi dan Mineral, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan bahwa Palembang, Sumatera Selatan memiliki potensi besar sebagai lumbung sumber energi. Oleh karena itu masih besar potensi energi listrik yang dapat dihasilkan oleh Sumatera Selatan baik melalui sumber batubara, ataupun pembangkit tenaga air. Sumber energi yang menjadi fokus negara dan asing sampai pada saat ini yaitu Cekungan Sumatera Selatan yang diprediksi mengandung minyak dan gas nbumi, serta panas bumi, yang diindikasikan oleh kandungan gas metan. Oleh karena itu, Sumatera Selatan sampai saat ini sedang dalam fokus negara dan pihak asing.(KP-29 April 2008).Rujukan
Alex Noerdin Usulkan Tim Terpadu Dinas Pertambangan
Jakarta – TAMBANG. Sebagai provinsi tambang, Sumatera Selatan (Sumsel) didera banyak permasalahan seputar pengelolaan pertambangan. Diantaranya tumpang tindih lahan pertambangan dengan perkebunan dan kehutanan, juga perizinan. Untuk itu, Gubernur yang baru, H. Alex Noerdin mengusulkan agar dibentuk Tim Koordinasi Terpadu antar Dinas Pertambangan.
Usulan itu disampaikan Alex Noerdin saat menghadiri Rakornas Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, di Jakarta, awal pekan lalu. Saat ini di provinsi yang dipimpinnya terdapat 230 Kuasa Pertambangan (KP), sebelas perusahaan PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara), satu perusahaan kontrak karya (KK), dan satu perusahaan SIPP (surat izin pengelolaan pertambangan) yang sedang dalam proses menjadi KK.
Hngga saat ini persoalan tumpang tindih izin pertambangan masih menjadi momok Sumsel. Diantaranya kasus tumpang tindih izin KP antara perusahaan swasta dengan PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), di Kabupaten Lahat. Selain itu, kata Alex, banyak juga terjadi tumpang tindih lahan pertambangan dengan perkebunan, kelapa sawit, dan karet.
Pada masa-masa awal menjabat saat ini, Alex pun berusaha mengidentifikasi akar permasalahan tersebut. Dari identifikasi itu disimpulkan bahwa inti persoalan adalah lemahnya koordinasi antar instansi dan antar pemerintah daerah di Sumsel. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran batas-batas kawasan, dan pemberian izin pada lahan tertentu tidak tercatat sebagaimana mestinya.
Sebagai solusi, politisi asal Partai Golkar ini mengusulkan pembentukan Tim Koordinasi Terpadu antar Dinas Pertambangan se-Sumsel. Sehingga terjalin koordinasi yang baik dalam pengukuran dan penentuan batas kawasan, serta pengawasannya antara kabupaten/kota dan provinsi.
“Bila dari kajian kami memang sangat mendesak, dalam waktu dekat saya akan mengeluarkan SK Gubernur untuk pembentukan Tim Koordinasi Terpadu antar Dinas Pertambangan,” ujarnya. Selain itu, akan dibentuk pula Tim Koordinasi Terpadu antar Dinas Pertambangan dan Kehutanan serta Perkebunan, juga Tim Koordinasi Terpadu antar Dinas Pertambangan dan BPN (Badan Pertanahan Nasional) tingkat provinsi/kabupaten.
Cadangan Batu Bara Meningkat 107,49%
PALEMBANG, Sumeks – Hasil penelitian terakhir yang dilakukan Departemen Pertambangan dan Energi menyebutkan, cadangan batu bara di Sumsel mencapai 47,1 miliar ton. Angka tersebut mengalami peningkatan 107,49 persen dibanding dengan data cadangan batu bara Sumsel yang ada selama ini.
Hasil penelitian itu diungkapkan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Sumsel, Ir H Akhmad Bakhtiar Amin MSc MSi, kemarin. “Sebelumnya, cadangan batu bara Sumsel yang kita ketahui 22,7 miliar ton. Nah, hasil penelitian terakhir dari pusat menyebutkan kalau cadangan kita mencapai 47,1 miliar ton,” katanya.
Meski meningkat, namun tidak semua cadangan yang ada dapat dimanfaatkan. Pasalnya, kualitas batu bara di tiap daerah tidaklah sama.
Dikatakan, untuk memanfaatkan cadangan itu, saat ini terdata 270 kuasa pertambangan (KP) yang tersebar di 15 kabupaten/kota di Sumsel. Dari jumlah tersebut, sekitar 10 KP masuk pada tahap eksploitasi, terbanyak di tahap eksplorasi dan sisanya tahap penyelidikan umum.
Masa penyelidikan umum selama 1 tahun dan bisa diperpanjang 1 tahun. Tahap eksplorasi selama 3 tahun dapat diperpanjang 3 tahun. Sedang eksploitasi tergantung jumlah cadangan batu bara yang ditambang dibagi dengan jumlah produksi. “Dari jumlah itu, yang sudah produksi ada satu KP swasta dan 1 KP BUMN. Lima KP bersiap untuk produksi.”
Menurut Bakhtiar, saat ini telah terbit UU baru No 1 Tahun 2009 yang mengatur masalah pertambangan dan energi di Indonesia. UU tersebut belum diterapkan, karena masih menunggu terbit peraturan pemerintahnya (PP). Dalam UU itu, KP akan diganti menjadi izin usaha pertambangan (IUP). Termasuk PK2B pun akan diganti menjadi IUP. “Tidak ada lagi beda antara KP dan PK2B,” jelasnya.
Terkait itulah, lanjut dia, akan dilakukan evaluasi KP-KP yang ada di Sumsel. Evaluasi dititikberatkan pada izin waktu yang diberikan disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Hal ini, kata Bakhtiar, harus diatur kembali. Bagi KP yang melanggar bisa saja dikenakan sanksi mulai dari pemberian teguran hingga pencabutan izin. “Semua kewenangan itu dikembalikan kepada bupati atau wali kota,” bebernya.
Ke depan, dengan adanya UU No 1 Tahun 2009, kepala daerah setempat tidak bisa lagi mengeluarkan izin tanpa sepengetahuan pemerintah provinsi. Artinya, gubernur harus mengetahui pengajuan izin KP yang diajukan melalui pemerintah kabupaten/kota. Jalur semacam ini disebut koordinasi sesuai dengan wilayah pencadangan potensi batu bara. Pengajuan izin di luar wilayah pencadangan tidak diperbolehkan.
Kondisi terakhir produksi batu bara Sumsel, yang keluar dari Lampung sebanyak 9,8 juta ton per tahun. Sebanyak 7,8 juta ton untuk memenuhi kebutuhan lokal dan 2 juta ton untuk ekspor. Ekspor melalui pelabuhan Boom Baru yang telah berjalan selama dua tahun terakhir mencapai 600 ribu ton per tahunnya. “Nah, ekspor dari Pelabuhan TAA nantinya diprediksi bisa 50 juta ton per tahun atau lebih,” tukas Bakhtiar. (46) (
Senin, Februari 01, 2010
Sumber Daya Alam Sumatera Selatan Yang Lainnya
Potensi pertanian tersebar untuk daerah Sumsel adalah di Kabupaten Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, dan Musi Rawas yang merupakan lumbung bagi komoditas padi dan palawija. Tanaman palawija terdiri dari tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang kedelai.
Pertanian
Di Sumatera Selatan, padi ditanam di lahan sawah dan ladang. Hampir seluruh daerah kabupaten/kota di Sumatera Selatan memproduksi padi sawah maupun ladang kecuali kota Palembang. Berdasarkan data, kota Palembang mempunyai 3.508 hektar luas panen padi sawah dan tidak memiliki padi ladang sama sekali. Kabupaten Banyuasin menjadi produsen terbesar padi sawah dan padi ladang dengan total produksi padi sawah dan ladang tahun 2005 sebesar 566.377 ton. Secara umum nilai rata-rata produksi per hektar padi sawah lebih besar dibandingkan padi ladang. Hal ini disebabkan padi sawah mendapatkan pengairan yang lebih baik dan teratur dibandingkan padi ladang.
Sebagai gambaran rinci, rata-rata produksi per hektar padi sawah adalah 38,82 kuintal, sementara rata-rata produksi padi ladang hanya mencapai 23,39 kuintal per hektar pada tahun 2005. Lebih jauh lagi, produksi padi sawah juga jauh lebih banyak dibandingkan padi ladang. Produksi padi ladang hanya mencapai 171.928 ton sementara padi sawah 2.148.182 ton atau dua belas kali lipat. Jika dilihat dari luas areal panen, padi sawah dipanen dari areal seluas 553.345 hektar sedangkan padi ladang seluas 73.504 hektar.
Pada tahun 2005, beberapa komoditas palawija tersebut umumnya mengalami kenaikan jumlah produksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kecuali produksi ketela pohon yang disebabkan oleh berkurangnya luas panen. Pada tahun 2005 ini kacang hijau merupakan komoditas yang baru dicatat produksinya.
Produksi jagung mencapai 75.566 ton atau naik sebesar 15,84 persen dari tahun 2004. Meningkatnya produksi dapat disebabkan oleh meningkatnya luas panen jagung yaitu dari 23.859 hektar tahun 2004 menjadi 26.884 hektar tahun berikutnya. Komoditas lainnya seperti ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedelai mengalami kenaikan produksi masing-masing sebesar 8,4 persen, 35,7 persen, 10,6 persen. Sementara itu produksi ketela pohon turun sebesar 27,7 persen dibandingkan tahun 2004.
Sumatera Selatan memiliki keragaman produksi tanaman hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan. Pada tahun 2005, terdapat 23 jenis komoditas sayuran yang ditanam di berbagai daerah kabupaten/kota. Sedangkan daerah yang menjadi sentra produksi sayuran adalah kota Palembang, Banyuasin serta Pagaralam.
Total luas panen tanaman sayuran adalah 27.215 hektar dengan jumlah produksi sayuran sebanyak 865.103 ton. Dari aneka sayuran tersebut diantaranya menunjukkan jumlah produksi yang cukup menonjol, seperti halnya timun, cabe besar dan terung dimana produksinya masing-masing mencapai 141.204 ton, 99.706 ton serta 90.227 ton.
Berbeda dengan sayuran, tiga daerah utama penghasil buah-buahan adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Ilir dan kota Prabumulih. Secara keseluruhan, produksi buah-buahan di Sumatera Selatan tahun 2005 adalah sebanyak 1.571.089 ton. Dari jumlah tersebut, 32,71 persen adalah produksi nenas, 30,22 persen produksi pisang, dan 16,95 persen Jeruk Siam.Rujukan
Eksposisi Potensi Sektor Pertanian Sumatera Selatan
Berdasarkan data laporan Badan Statistik Daerah tingkat 1 Sumatera Selatan, luas area lahan pertanian mencapai 70% dari seluruh daratan di propinsi tersebut, dengan estimasi perkiraan luas yaitu 5.5 juta Ha, area ini mencakup lahan persawahan dan ladang, sedangkan untuk lahan perkebunan, areal yang diusahakan seluas 1.8 juta Ha. Jenis tanaman pertanian yang diutamakan adalah tanaman padi sebagai kebutuhan pangan pokok domestik. Kondisi geografi Sumatera Selatan yang dilalui 9 sungai besar, memudahkan pengairan, sehingga mempengaruhi besar produksi dari tahun ke tahun. Rata-rata pertumbungan produksi padi pertahunnya sebesar 6.8%, dengan rata-rata perluasan wilayah pertanian pertahunnya sebesar 3.45%, sejak tahun 2002 sampai dengan 2006.
Rasio angka tersebut menjelaskan bahwa setiap ekpansi areal lahan persawahan sebesar 1%, maka akan terjadi pertumbuhan hasil pertanian padi mendekati 2%. Namun rata-rata kapasitas aktual produksi sebesar 2.6%, angka ini lebih besar dari rasio yang ada, artinya ada beberapa daerah di Sumatera Selatan yang memiliki kapasitas besar dalam berproduksi, sedangkan di daerah lain masih belum mencapai nilai potensinya. Daerah yang paling besar hasil produksinya adalah banyuasin, namun kapasitas produksi terbesar adalah Oku Timur.Rujukan
Sumsel Lumbung Pangan
Sumatera Selatan sebagai salah satu Provinsi Lumbung Pangan, tidak terlepas dari tersedianya potensi sumber daya lahan yang cukup variatif, mulai dari lahan sawah irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut, lebak dan lahan kering. Selain juga memiliki komoditas unggulan lain seperti jagung, kacang tanah, ubu kayu, ubi jalar, komoditas sayuran dan buah - buahan.
Dari total produksi padi Sumatera Selatan tahun 2005 sebesar 2.320.110 ton gabah kering giling (GKG)1.466.310 ton, kontribusi terbesar diperoleh dari lahan sawah yaitu 2.148.182 ton GKG (92,6%). Dengan jumlah penduduk 6.755.900 jiwa dan konsumsi beras per kapita/tahun sebesar 124 kg, serta kebutuhan lainnya, maka pada tahun 2005 Sumatera Selatan surplus beras sebanyak 484.088 ton.
Dengan optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya lahan yang tersedia secara keseluruhan melalui upaya peningkatan pelayanan jaringan irigasi dan rawa, penggunaan agroinput, peningkatan kemampuan petani mengakses modal perbankan dan pengembangan penggunaan alat mesin pertanian, maka kedepan Sumatera Selatan mampu meningkatkan produksi padi hingga 5 juta ton GKG atau setara beras 3 juta ton. Hal ini sangat tergantung kepada modal petani, investasi serta perbaikan infrastruktur jaringan irigasi dan drainase. Kesemuanya itu memerlukan dukungan dana yang cukup besar mencapai Rp. 3,3 Trilyun. Pertambahan produksi ini akan membuka kesempatan berusaha baru dan menambah pendapatan petani. Kegiatan ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.
Diharapkan melalui program akselarasi pembangunan pertanian dengan Program Sumatera Selatan Lumbung Pangan akan dapat mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Selatan.
Luas lahan sawah yang perlu dikembangkan dan dipertahankan di Sumatera Selatan untuk mendukung Program Sumatera Selatan Lumbung Pangan seluas 752.150 Ha. Lahan seluas 238.974 Ha merupakan lahan yang sementara ini tidak diusahakan dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi sawah baru. Sedangkan pada lahan yang baru satu kali tanam (IP 100) seluas 399.521 Ha, yang dapat dikembangkan menjadi dua kali tanam (IP 200) seluas 155.322 ha dengan dukungan kegiatan :
Ketersediaan Lahan Kering di Sumatera Selatan
Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyuasin Banyuasin Ogan Ilir Palembang OKU Selatan OKU Timur Lubuk Linggau Pagaralam Prabumulih Jumlah
Capaian Produksi 2005 dan Sasaran Produksi 2009
Beras Jagung Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar Cabe Kubis Kentang Duku Nenas Jeruk Durian Manggis Salak Alpukat
Permasalahan dalam upaya pencapaian produksi tanaman terutama padi :
1. Prasanara Transportasi
2. Kredit Pertanian
3. Penyuluhan Pertanian (BPP, PPL, Dana Operasi)
4. Kelembagaan Petani & Perdesaan
5. Pupuk Bersubsidi
6. Irigasi & Rawa (jaringan, Tata Air Mikro), O & P
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tanaman jagung meliputi belum cukup tersedianya pabrik pakan, jaminan pasar dengan harga layak dan terbatasnya alat penanganan pascapanen terutama dryer. Sedangkan untuk komoditi ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah permasalahan yang dihadapi terutama dalam hal pemasaran dan pengolahan pascapanen serta sulit untuk mendapatkan benih yang bermutu.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan komoditi sayuran :
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan komoditi buah-buahan :
Upaya Pemecahan Masalah:
Rujukan