Photobucket

Kamis, Februari 18, 2010

Musi Rawas Lumbung Daging Sumatera Selatan

Sebutan lumbung daging, bakal segera melekat pada Kabupten Musi Rawas, yang selama ini sudah menyandang berbagai sebutan lain seperti lumbung beras dan gerbang investasi.
Musi Rawas Lumbung Daging Sumatera Selatan
Kabupaten Musi Rawas (Mura), berperan penting dalam upaya me­wujudkan Sumatera Selatan (Sumsel) sebagai lumbung pangan nasional. Setelah berkontribusi dengan produksi pangan berupa beras yang terus meningkat,kini Mura sudah bersiap untuk melengkapinya dengan lim­pahan produksi pangan lain berupa daging.

Duet Bupati H. Ridwan Mukti dan Wakil Bupati Hj. Ratnawati Ibnu Amin, saat ini memang sedang melancarkan program untuk menggenjot produksi daging, agar bisa memenuhi kebutuh­an daging Sumsel bahkan nasional. Upaya ini men­dapat dukungan penuh dari Gubernur Sumsel H Alex Noerdin.

Ternak yang dikembangkan di Mura, terdiri dari ternak besar (sapi perah, sapi potong, kuda, kerbau),ternak kecil (kambing, domba, babi) dan unggas (ayam ras petelur, ayam ras pedaging, ayam buras,itik/itik manila). Ternak-ternak yang disebarkan pemerintah ke masyarakat de­ngan sistem gaduhan dan bergulir pada 2008, yaitu sapi potong, dan itik dengan sumber dana dari APBD. ”Saat ini, rata-rata kepemilik­an ternak masyarakat masih dibawah standar agribisnis, yaitu ternak besar minimal 5 ekor,ternak kecil 10 ekor, unggas 30 ekor. Ke depan diha­rapkan kepemilikan ternak mencapai taraf agribisnis dengan usaha intensifikasi ternak,”ujar Kadis Peternakan dan Perikanan Kabupaten Musi Rawas Ir Heriyanto.

Namun begitu, populasi ternak di Mura mengalami kecenderungan terus meningkat. Populasi ternak dan produksi hasil ternak Kabupa­ten Musi Rawas Tahun 2008 tercatat untuk ternak sapi perah sebanyak 12 ekor,sapi potong 35.402 ekor dengan produksi daging mencapai 431.927 kg dan 2.788 lembar kulit, kerbau 22.277 ekor dengan produksi daging 200.227 kg dan 1.178 lembar kulit dan 1 ekor ternak jenis kuda.

Sedangkan ternak berukuran kecil seperti kambing, berdasarkan data yang ada di Dinas Peternakan dan Perikanan, tercatat seba­nyak 88.875 ekor kambing dengan produksi 131.146 kg daging dan 10.492 lembar kulit kambing. Kemudian, populasi domba sebanyak 6.833 ekor, menghasilkan 9.872 kg daging dan 790 lembar kulit serta babi sebanyak 5.154 ekor de­ngan jumlah produksi daging mencapai 5.290 kg.

Untuk ternak unggas, pupulasi ayam buras pada 2008 lalu mencapai 1.083.780 ekor dengan produksi da­ging 1.437.929 kg dan 409.582 kg telur. Disusul dengan ayam ras pedaging dengan populasi mencapai 351.300 ekor dan produksi daging mencapai 433.660 kg. Adapun populasi itik/entok 128.900 ekor, dengan produksi daging 24.311 kg dan 466.025 kg telur.

Upaya menggenjot produksi ternak, juga dilakukan melalui penga­da­an bibit ternak dengan genetik yang berkualitas tinggi, termasuk me­lalui program inseminasi buat­an (IB) terutama pada ternak sapi potong.Program ini juga mendapat dukungan Pemprov Sumsel, dengan alokasi APBD Propinsi dan Kabupaten Musi Rawas dalam bentuk bantuan N2 cair dan straw. Juga telah di­upayakan peningkatan keswada­yaan masyarakat agar dapat ikut ber­peran aktif dalam pelaksanaan IB.

Hasilnya tahun 2008 lalu, reali­sasi IB sebesar 7244 dosis atau 90,55 % dari target, sedang realisasi akseptor adalah 5342 ekor atau 93,52 % dari target 5712 akseptor. Realisasi PKB 3.070 akseptor, reali­ sasi ATR 736 akseptor, jumlah yang bunting 2.778 akseptor, jumlah kelahiran 2.778 ekor. Service per Conception (S/C)/Rataan Pelayanan IB per Kebuntingan: 1,54 %.

Usaha pengembangan ternak di Kabupaten Musi Rawas ini juga didukung oleh ketersediaan infrastruktur pendukung berupa sarana dan pra­sarana pelayanan teknis peternakan, dan beberapa diantaranya telah aktif memberikan pelayanan.

Selain peternakan, sektor perikan­an juga mendapat perhatian serius. Pada 2008, Mura memiliki are­al ikan budi daya seluas 2.937,54 ha de­ngan produksi ikan mencapai 10.080,19 ton. Luasan areal budi daya ikan ini terdiri dari kolam air deras sebanyak 520 unit atau de­ngan luas keseluruhan mencapai 2,08 ha dengan produksi 5.576,42 ton, Kolam air te­nang seluas 757,69 ha dengan produksi 2.746,62 ton, sawah 2.177,65 ha menghasilkan produksi ikan 1.627,79 ton, keramba 81 unit yang memproduksi 60,74 ton dan jaring apung dan menghasilkan 68,62 ton ikan.

Sedangkan produksi perikanan dari hasil tangkapan di sungai dan anak sungai dengan luas wilayah tangkapan 5.593,73 ha, menghasilkan 998,48 ton ikan. Kemudian, un­tuk danau dan waduk yang luas wila­yah tangkapannya 2.542,35 ha, meng­ha­silkan produksi ikan seba­nyak 528,91 ton. Total jumlah pro­duksi ikan dari budi daya dan tangkapan sebanyak 11.607,58 ton ikan segar pertahun.

Dinas Peternakan dan Perikan­an Mura tidak hanya fokus dalam pengembangbiakan ikan, namun juga memproduksi benih ikan. Alhasil tahun 2008 lalu daerah ini telah memproduksi 153.892.997 ekor ikan melalui unit pembenihan ikan rakyat (UPR) dengan luas wilayah 118,40 ha dengan produksi 153.892.997 ekor dan Balai Benih Ikan (BBI) dengan luas 7,80 ha dapat memproduksi 3.733.500 ekor. Benih yang dihasilkan oleh BBI dan UPR adalah benih ikan mas, nila, lele, gurami, patin, tawes, tambakan dan betutu.

Pengembangan dan peningkatan produksi ikan di Mura pada 2008 dilakukan juga melalui optimalisasi fungsi BBI dan pembinaan terus menerus pada usaha pembenihan ikan rakyat (UPR).

”Saat ini di Mura terdapat dua unit BBI yang di kelola pemerintah, yaitu BBI Sentral Air Satan di Kecamatan Muara Beliti dan Purwodadi (UPTD Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Selatan) dan BBI Lokal Ekamulya di Kecamatan Tugumulyo yang dikelola oleh UPTD Disnakan Mura,” jelas Ir Heriyanto.

Pada tahun 2008, juga telah di operasionalkan 1 unit BBI baru seluas 2 ha di desa Pagar Sari Kecamatan Purwodadi, yang merupakan instalasi dan perluasan UPTD BBI Ekamulya Kecamatan Tugumulyo, yang diharapkan semakin mendekatkan pelayanan penyediaan benih ikan di wilayah Purwodadi, Sumberharta dan Megang Sakti. Operaional BBI ini diresmikan Gubernur Sumsel H Alex Nordin pada Januari 2009 lalu.

Untuk menjaga kelestarian sumber hayati di perairan umum, Dinaskan melaksanakan kegiatan penyu­luhan dan penguatan kelembagaan masyarakat, termasuk dengan menga­dakan percontohan budidaya keramba, jaring apung dan sistem di perairan umum di 6 kecamatan, yang memiliki sungai. Upaya ini juga sekaligus mencegah penangkapan ikan secara iligel (illegal fishing).

Upaya lainnya juga dengan pe­nguatan kelembagaan masyarakat di­laksanakan dengan mendorong ma­syarakat untuk mendirikan Kelompok Pengawasan Masyarakat (POKWASMAS) di sekitar daerah aliran sungai maupun sumber daya perairan lainnya, disertai sosialisasi Perundang-undangan yang menyangkut pelestari­an wilayah perairan umum.

Dukungan Modal
Upaya meningkatkan produksi daging dan ikan, tentu saja tidak lepas dari dukungen permodalam. Dalam hal ini, Pemkab Mura memfasilitasi menyediakan paket kredit program yang diarahkan untuk membantu ke­sulitan permodalan bidang peternakan dan perikanan. Pada 2008 pemerintah me­nyediakan paket kredit program KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) diperuntukkan bagi pengembangan sapi potong.

Sumber modal usaha bagi pelaku usaha di bidang peternakan dan perikanan diperoleh dari lembaga keuangan melalui paket pembiayaan antara lain dari Bank Sumsel Cabang Lubuklinggau dan Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Linggau. Sampai tahun 2008 terdapat 23 (dua puluh tiga) kelompok penggemukan sapi potong,ayam buras dan pembudidaya ikan yang mendapat dukungan modal dari perbankan.

Disamping itu, melalui kebijakan Departemen Kelautan Perikanan RI, para pembudidaya ikan air tawar di Mura juga memperoleh bantuan sosial penguatan modal usaha budidaya ikan dalam paket kebijakan Bantuan Sosial Peningkatan Usaha Kecil Perikanan Budidaya (BS-PUKPB) dengan distribusi penyebaran bantuan di 25 kelompok tani dengan total jumlah Rp 500 juta.Rujukan

Dinas Peternakan Sumsel Waspadai Daging Oplosan
25 Agust 2009

Jakarta, Selama bulan ramadhan dan menjelang lebaran, Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan mengintensifkan pengawasan terhadap daging sapi oplosan yang disinyalir sering beredar di pasaran.

Tingginya permintaan dan meningkatnya harga daging selama ramadhan dan menjelang lebaran seringkali dimanfaatkan oleh para pedagang yang ingin mengambil keuntungan melalui jalan pintas dengan mencampur daging sapi dengan daging celeng/ atau babi hutan.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan Asrillazi kepada reporter RRI Rian Apridhani mengatakan, Tim Disnak yang terdiri dari masyarakat veteriner dan kesehatan hewan/ akan terjun ke pasar untuk memantau langsung para pedagang sapi eceran/ yang diniliai kemungkinan besar melakukan praktek pengoplosan.

Lebih lanjut Asrillazi menjelaskan, peluang untuk melakukan pengoplosan daging lebih besar dilakukan pada tingkat pengecer, karena pada pedagang besar ditingkat RPH diawasi oleh petugas Disnak, sementara pedagang daging eceran yang selalu membeli daging dalam skala kecil dinilai memudahkan praktek pengoplosan.

Kasus beredarnya daging oplosan sempat menghebohkan masyarakat kota Palembang beberapa bulan lalu. Tidak hanya pengawasan terhadap daging oplosan, tim pemantau juga mewaspadai munculnya daging glonggongan. Meskipun belum pernah ditemukan, namun pemantauan secara rutin tetap dilakukan sebagai tindak pencegahan.Rujukan

Sumsel Pacu Ternak Kambing
15 Jan 2009

BISNIS INDONESIA PALEMBANG, Pemprov Sumatra Selatan menyediakan lahan seluas 600.000 hektare untuk program integrasi ternak kambing dan tanaman kopi pada tahun ini. menyusul keberhasilan integrasi sapi dan kelapa sawit pada 2009. "Kami telah melakukan percobaan program inte-gasi kambing - kopi pada tahun lalu dengan menyediakan 100 ekor kambing jenis etawa. Hasilnya cocok sehingga pada tahun ini layak dikembangkan di Sumsel, terutama di daerah dingin," ujar Kepala Dinas Peternakan Sumsel Asrillazi baru-baru ini.

Dia menjelaskan program kambing-kopi sudah dijalankan di Kabupaten Lahat. Kota Pagaralam dan Kabupaten Empat Lawang. Selain mengembangkan pembibitan kambing, program itu juga dapat menghasilkan susu yang lebih baik.

Dia menyebutkan bibit kambing akan didatangkan dari pusat pembibitan kambing etawa di Yogyakarta. Pada 2009 sambungnya, telah didatangkan sekitar 100 ekor dan pada tahun ini didatangkan lagi 100 ekor. Asrillazi menjelaskan program kambing-kopi itu dianggarkan dana Rp1OO juta untuk 100 ekor kambing dan diberikan langsung kepada petani. Ternak kambing memakan limbah kopi yang sudah diolah. Kulit kopi hasil penggilingan dapat diberikan untuk makanan kambing ditambah dedak atau lainnya sebagai pakan pendukung.

"Kami berharap dapat membantu perekonomian petani dengan hasil susu. Lahan yang ada tidak hanya menghasilkan satu jenis produk, tetapi dapat berguna untuk lainnya. seperti program integrasi sapi-sawit dan kambing-kopi", ungkapnya.

Gubernur Sumsel Alex Noerdin menambahkan selain program integrasi kambing kopi akan dijalankan pada tahun ini. program integrasi sapi-sawit sudah kenalan. Program itu sudah dijalankan dengan baik di Sumsel, seperti di daerah OKI, Banyuasin, Musi Banyuasin, Muaraenim, Ogan Ilir. Tidak menutup kemungkinan program akan terus dikembangkan di daerah lain. Untuk 1 ha lahan sawit disediakan dua ekor sapi dan 20-25 ekor kambing." tegasnya (k*w)Rujukan

2 komentar:

  1. Kami Pokdakan Argo Mino Arum. Yogyakarta. Bergerak dalam budidaya perikanan Unit Pembenihan Rakyat. Menawarkan bibit ikan air tawar. Bibit gurami, lele, bawal, nila, graskap, dan mas majalaya. Kami siap melayani untuk pengiriman jawa dan luar jawa baik dalam jumlah besar (pengadaan bibit ikan bantuan dan proyek)ataupun kecil.
    Hub: ARMAN
    081328263803
    argominoarum@gmail.com
    Yogyakarta.

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas kunjungannya......hanya saja disini saya sekedar menyajikan informasi dari berbagai sumber, hanya publikasi. Info anda tetap tampil disini, mudah2an bisa bermanfaat bagi orang lain. Thank's...

    BalasHapus