Photobucket

Kamis, Desember 24, 2009

Investasi Provinsi Riau

Investasi Provinsi Riau


Nilai ekspor Riau di tahun 2005 mencapai 7,910,506.74 ribu US $ dari CPO, kelapa sawit, pulp, kertas, kayu lapis, kayu olahan, getah karet, produk kelapa, sagu, perikanan tangkap, mi instant, bakau, charcoal, dan batubara.

Riau memiliki potensi berpeluang bagi investor dari sector pertanian, industri, perkebunan, pertambangan, dan perikanan. Komoditi unggulannya adalah batubara sebanyak 651,344.52 juta barel (2004), cengkeh sebanyak 58.00 ton (2003), gas alam sebanyak 426,123.00 ribu US $ (2005), industri minyak sayur sebanyak 2,545,308.00 ton (2005), pengolahan kelapa sawit sebanyak 85,505.00 ton (2005), karet sebanyak 303,676.00 ton (2004), kakao sebanyak 10,049.00 ton (2005), kelapa sawit sebanyak 3,832,228.00 ton (2004), kopi sebanyak 5,937.00 ton (2004), sapi sebanyak 4,495.00 ton (2005), budidaya ikan sebanyak 15,974.00 (2005), perikanan tangkap 134,207.00 ton (2005).

Komoditi nomor dua Riau antara lain alpukat sebanyak 3.46 ton (2005), ayam sebanyak 2,206,501.00 ekor (2005), babi sebanyak 2,357.00 ekor (2004), bayam sebanyak 1,147.00 ton (2003), bebek sebanyak 117,393.00 ekor (2003), star fruit sebanyak 47.37 ton (2005), fruit sebanyak 115.90 ton (2005), chickpea sebanyak 28.50 ton (2005), cabe sebanyak 1,184.00 ton (2003), cempedak sebanyak 347.45 ton (2005), langsat sebanyak 49,479.00 ton (2005), durian sebanyak 17.26 ton (2005), gambir sebanyak 1,607.00 ton (2003), granit sebanyak 120,000,000.00 meter kubik (2005), inudstri brik, industri granit, industri batubara, industri cat, industri kaca, industri kimia, industri logam, industri minyak sawit, industri pengolahan kelapa, industri pengolahan sagu, industri semen, industri tanah liat, bebek, jagung, jahe, jambu, jeruk, kacang, buncis, kedelai, kakao, kambing, bayam air, kaolin, kacang kedelai, kelapa, kelapap hibrida, walnut, kencur, kentang, kerbau, tapioka, singkong, dan mentimun.

Peluang komiditi lainnya adalah produk elektronik, handuk, batu resin, batu besi, pasir kuarsa, pengantaran, gula, getah papaya, dan kelapa. Untuk kebutuhan bisnis Anda, Riau menyediakan fasilitas transportasi, komunikasi, air, listrik, perbankan, keuangan, dan perhotelan. Bandara yang bisa dijumpai antara lain Sei Selari, Tarempa, Japura, SSK, Sultan Syarif Haroen Setia Negara, Pasir Pangarayan, Pinang Kampai, Sultan Syarif Qasim II. Pelabuhan yang bisa dijumpai adalah Bengkalis, Bandul, Batu Panjang, Kurau, Sei Apit, Sungai Pakning, Selat Panjang, Kuala Enok, Pulau Kijang, Sungai Guntung, Tembilahan, Rengat, Penyalai, Panipahan, Sinaboit, Dumai, Tanjung Medang, and Pekanbaru.
Rujukan

Kondisi Makro Perekonomian Provinsi Riau
Kontribusi minyak bumi dalam pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau memang besar. Implikasi dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut juga telah ikut meningkatkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) Riau yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. PDB tanpa migas menurut harga konstan tahun 2000 naik dari Rp. 30,88 triliyun tahun 2004 menjadi Rp. 33,52 triliyun tahun 2005; Rp. 36,42 triliyun tahun 2006 dan Rp. 39,35 triliyyun tahun 2007. PDB migas menurut harga konstan tahun 2000 naik dari Rp. 75,22 triliyun tahun 2004 menjadi Rp. 79,29 triliyun tahun 2005; Rp. 83,37 triliyun tahun 2006 dan Rp. 87,83 triliyun tahun 2007.

Selanjutnya PDB Riau tanpa migas menurut harga berlaku, naik dari Rp. 64,53 triliyun tahun 2004 menjadi Rp. 79,06 triliyun tahun 2005; Rp. 94,62 triliyun tahun 2006; dan Rp. 108,97 triliyun tahun 2007. Sedangkan PDB Riau dengan migas menurut harga berlaku lebih besar lagi, yaitu naik dari Rp. 114,25 triliyun tahun 2004 menjadi Rp. 139,02 triliyun tahun 2005; Rp. 167,07 triliyun tahun 2006 dan naik lagi menjadi Rp. 210 triliyun tahun 2007.

Untuk aktifitas ekspor dan impor di Provinsi Riau, saat ini tercatat untuk ekspor di Riau terjadi peningkatan yaitu 5,68 miliar US Dollar pada tahun 2004 menjadi 7,02 miliar US Dollar pada tahun 2005; 8,69 US Dollar pada tahun 2006 dan 11,08 miliar US Dollar pada tahun 2007. Produk-produk yang menjadi unggulan ekspor Riau antara lain minyak bumi, minyak nabati (terutama CPO), pulp dan kertas, kayu olahan, karet, kelapa, dan lain-lainnya. Sementara itu untuk impor juga mengalami kenaikan dari 245,53 juta US Dollar tahun 2004 menjadi 644,79 US Dollar tahun 2005; 757,78 juta US Dollar tahun 2006 dan 969,54 juta US Dollar tahun 2007.

Untuk tingkat inflasi di Provinsi Riau sedikit banyak dipengaruhi oleh tingkat inflasi secara nasional yang kondisinya relatif cukup tinggi. Pada tahun 2005 inflasi nasional yang cukup tinggi sebesar 17,11 persen membawa pengaruh terhadap angka inflasi Provinsi Riau. Angka inflasi Riau naik dari 8,92 persen tahun 2004 menjadi 17,10 persen pada tahun 2005. Tahun 2006 angka inflasi berhasil ditekan menjadi 6,32 persen, tetapi tahun 2007 kembali naik sedikit menjadi 7,53 persen dan hingga April 2008 ini tercatat angka inflasi kumulatif adalah sebesar 3,93 persen sedangkan untuk inflasi pertahunnya tercatat sebesar 8,78 persen.

Sebagai daerah yang memiliki potensi kekayaan alam yang sangat besar maka sangat potensial untuk mendukung proses industrialisasi di Provinsi Riau. Tercatat saat ini beberapa industri sudah beroperasi di Riau beberapa yang menonjol diantaranya adalah pengolahan kelapa sawit (CPO) dalam bentuk pabrik pengolahan CPO kelapa sawit yang berjumlah 113 unit salah satunya adalah pabrik pengolahan CPO yang ada di Dumai.

Kemudian terdapat industri yang menghasilkan pulp and paper dalam skala besar yang berada di Kabupaten Siak dan Pelalawan. Selain itu juga terdapat pabrik pengolahan karet alam (crumb rubber) yang berjumlah enam belas unit. Realisasi investasi di Provinsi Riau yang berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) secara kumulatif, investasi PMDN tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 secara berturut-turut adalah Rp. 860 miliyar, Rp. 11,09 triliyun, Rp. 13,59 triliyun, dan Rp. 16,68 triliyun. Sementara untuk investasi Penanaman Modal Asing (PMA) berturut-turut dari tahun 2004-2007 adalah 512 juta US Dollar, 1.308,6 juta US Dollar, 1,893,6 juta US Dollar, dan 2.617,6 juta US Dollar. Oleh karena itu, tidak mengherankan dengan nilai investasi sebesar itu Provinsi Riau menempati posisi ketiga untuk Indonesia setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Dari aspek pendekatan wilayah, potensi ekonomi dewasa ini sedang dikembangkan pada tiga pusat pengembangan yaitu kawasan Ekonomi Dumai, Buton, dan Kuala Enok di Indragiri Hilir.

Untuk kawasan ekonomi Dumai, dipersiapkan sebagai kawasan strategis nasional dengan mulai terbangunnya kawasan industri Lubuk Gaung dan Pelintung. Selain itu, juga telah didukung dengan tersedianya pelabuhan samudra bertaraf internasional. Saat ini sedang dibangun pula pelabuhan penyeberangan kapal RoRo dari Dumai – Malaka. Kota Dumai.

Pembangunan jembatan sungai Siak sebagai salah satu pemenuhan infrastruktur. Salah satu perbaikan infrastruktur jalan guna mempercepat pengentasan kemiskinan. Menjadi pusat pengolahan minyak bumi dan pelabuhan ekspor bagi berbagai komoditi dari wilayah Riau bagian utara dan sebagian produk Sumatera Utara.

Untuk itu Pemerintahan Provinsi Riau mendesak pemerintahan pusat agar Dumai dapat dijadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Sementara untuk kawasan Kuala Enok yang berada di wilayah Indragiri Hilir, sedang dibangun pelabuhan samudera.

Secara bersamaan juga sedang dalam tahap penyelesaian pembangunan jalan dan jembatan menuju pelabuhan Kuala Enok yang diharapkan selesai pada tahun 2008. pelabuhan ini akan menjadi akses penghubung agar potensi industri dan agro industri di wilayah selatan Provinsi Riau dan Provinsi Jambi dapat teroptimalkan.

Dengan pertumhuhan sebanyak itu, diharapkan Riau mampu membuka kesempatan kerja sebesar 6,135 persen pertahun. Dengan demikian dapat mengurangi angka penganguran sekaligus menarik masuknya investasi ke Provinsi ini.

Potensi Sumber Daya alam (SDA) di Riau meliputi pertambangan (minyak bumi, batu bara, dan gas alam), perkebunan, kehutanan, kelautan, serta Daerah Aliran Sungai (DAS). Di samping itu juga potensi sumber daya olahan seperti infrastruktur, industri, pariwisata dan lain-lain.

Dengan semakin pesatnya kegiatan pembangunan di Riau, eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam yang tidak terkendali, berdampak terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan. Ditambah dengan belum optimalnya penegakan supremasi hokum berpengaruh terhadap perkembangan investasi, sehingga menambah lengkap kendala dalam pemanfaatan SDA secara optimal.

Beritik tolak dari strategi wilayah dan potensi SDA yang mendukungnya, pembangunan Provinsi Riau dilakukan melalui pendekatan, yakni pendekatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan yang beorientasi investasi. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga program pokok, yaitu penanggulangan kemiskinan, peningkatan kualitas SDM dan pembangunan infrastruktur, tiga program pokok ini lebih popular dengan sebutan Program K2-I.

Kegiatan ini dilaksanakan melalui sharing program dan sharing budget bersama dengan kabupaten dan kotamadya di wilayah Provinsi Riau. Sedangkan pembangunan dibidang investasi dilakukan melalui pendekatan wilayah potensi ekonomi (kawasan ekonomi) serta perbaikan system dan manajemen investasi. Pemerintah Provinsi Riau sedang dan terus berupaya melaksanakan berbagai kinerja dan kegiatan dalam upaya pelaksana Program K2-I.

Di bidang infrastruktur yang dibenahi di Riau adalah infrastruktur pelayanan kepada publik, yaitu membangun kantor pelayanan terpadu (one stop service). Pola ini sudah dibangun dari tingkat provinsi hingga tingkat kabupaten dan dilaksanakan sejak 2005. Ada juga Badan Komplain, yang bertugas memfasilitasi semua keluhan dunia usaha, diantaranya mengenai pelayanan, kemudahan perizinan, dan keamanan.

Badan komplain beranggotakan Pemerintahan Provinsi Riau, kepolisian, Ditjen Bea Cukai, Ditjen Pajak, Ditjen Imigrasi, TNI angkatan laut, dunia usaha, dan lain-lain. Badan ini cukup efektif karena telah menyelesaikan banyak persoalan yang diadukan komunitas dunia usaha. Badan ini ditugaskan untuk merasionalisasi semua peraturan yang tidak mencerminkan semangat investasi. Di bidang infrastruktur, Riau tengah melakukan investasi pembangunan jalan. Program ini akan berjalan hingga tahun 2009 dengan anggaran 1,7 triliun rupiah.

Melalui berbagai terobosan itu, investasi di Riau menigkat signifikan. Berdasarkan pernyataan Ketua BKPM tahun 2005, Riau menduduki peringkat pertama untuk PMDN dengan total investasi 10,2 triliun rupiah. Sedangkan untuk PMA Riau masuk peringkat ketiga. Investasi tersebut menyerap sekitar 32 ribu tenaga kerja, hal itu membuat ekonomi Riau tumbuh sekitar 8,13 persen.

Data Bank Indonesia menunjukkan, penempatan dana pihak keitga tahun lalu sekitar 20 triliun rupiah pada 29 Bank yang ada di Riau, yang dikembalikan ke masyarakat dalam bentuk fasilitas kredit sekitar 17 triliun rupiah. Artinya, sektor riil berjalan. Hal ini berdampak terhadap PDB yang juga menigkat. Indikator yang paling sederhana adalah jumlah penerbangan perhari. Hal itu menunjukkan mobilitas yang tinggi dan adanya investasi di Riau.

Berbagai indikator makro yang diproyeksikan dicapai pada tahun 2006 tersebut menunjukkan sebagian besar adanya keberhasilan Pemerintah Provinsi Riau. Angka pertumbuhan ekonomi dan PDB per kapita yang ditargetkan sejak tahun 2004, yaitu 105,41 persen dari angka yang ditargetkan sebelumnya.

Analisis stuktur ekonomi menunjukkan, dominasi terbesar masih pada sub sector pertanian, dan subsektor industri, listrik dan kontruksi. Di masa mendatang diharapkan peran sector perdagangan dan jasa akan semakin ditingkatkan. Penguasaan asset produktif juga memperlihatkan kondisi ketidakseimbangan antara BUMN dan perusahaan besar swasta dengan koperasi, dan usaha kecil menengah.

Berdasar struktur ekonomi Riau tanpa migas, pada tahun 2005 sampai 2006, sektor pertanian yang didukung ketersediaan sumber daya alam, memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Riau. Selanjutnya sektor industri dan perdagangan sebagai penunjang sektor pertanian menjadi sangat dominant pembangunan Riau. Pasa than anggaran 2005, ketiga sektor tersebut menyumbang 20.128,92 milyar rupiah, tahun 2006 menyumbang 23.574,11 milyar rupiah, tahun 2007 menyumbang 27.417,11 milyar rupiah, dan tahun 2008 diperkirakan 31.752,01 milyar rupiah.

Terdapat sekitar 684.328 unit usaha koperasi usaha kecil menengah, dan sektor ini hanya menguasai aset produktif senilai 10,29 triliun rupiah atau 97,33 persen dari total jumlah unit usaha yang ada. Ironisnya, sektor usaha kecil dan menengah ini hanya menguasai aset produktif sebesar 36,62 persen. Sedangkan sebanyak 47.762 perusahaan besar yang berbentuk BUMN dan perusahaan swasta telah menguasai aset produktif sebanyak 17,72 triliun rupiah atau 6,27 persen unit usaha atau menguasai asset produktif sebesar 63,38 persen.

Penigkatan SDM tidak dapat ditawar-tawar lagi, namun, disadari pembangunan SDM sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan harus terus ditingkatkan. Perbaikan gizi, angka harapan hidup, penurunan angka kematian bayi dan ibu melahirkan harus diberantas pula. Salah satu upayanya, adalah dengan membudayakan kebiasaan masyarakat untuk tetap hidup sehat, bersih, dan peduli terhadap lingkungan tempat tinggal.

Program penyediaan air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah, maupun limbah rumah tangga juga dilakukan. Dari aspek pendidikan dapat digambarkan pendekatan konsep link and match.

Perubahan struktur jurusan pendidikan umum, harus mulai mengarah pada keseimbangan pendidikan keahlian/kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Untuk itu, pada tahun ke depan proporsi jumlah sekolah menengah atas umum dan kejuruan secara bertahap harus seimbang.

Sementara itu, dalam rangka mendorong penyelenggaraan pendidikan yaitu ditetapkan visi pembangunan pendidikan di Provinsi Riau “Terwujudnya Lembaga Pendidikan di Provinsi Riau yang mampu menghasilkan sumber daya manusia berkualitas, beriman, bertaqwa, dan berbudaya Melayu serta daya saing pada tahun 2020”.

E. Visi dan Misi Riau 2020
Visi pembangunan daerah Riau untuk jangka panjang hingga tahun 2020 merupakan kristalisasi komitmen seluruh lapisan masyarakat Riau. Visi Riau 2020 ini telah disepakati dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 36 Tahun 2001 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Provinsi Riau Tahun 2001-2005.

Visi tersebut dikukuhkan kembali dalam Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 5 Tahun 2004 dan dikukuhkan kembali dalam Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 1 Tahun 2006 tentang Rencana Strategis (Rensra) Provinsi Riau Tahun 2004-2008.

Visi Pembangunan Daerah Riau adalah :
“Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu Dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Batin, di Asia Tenggara Tahun 2020”

Namun, untuk memberikan gambaran secara nyata sebagai upaya penjabaran Visi Pembangunan Riau 2020, maka perlu adanya visi antara, yaitu: visi lima tahunan agar setiap tahap untuk periode pembangunan jangka menengah tersebut dapat dicapai, maka ditetapkan berdasarkan ukuran-ukuran kinerja pembangunan, yang dituangkan dalam Resntra.

Untuk tahun 2004 – 2008 dirumuskan visi antara sebagai berikut :
“Terwujudnya Pembangunan Ekonomi yang Mengentaskan Kemiskinan, Pembangunan Pendidikan yang Menjamin Kehidupan Masyarakat Agamis dan Kemudahan Aksesibilitas, dan Pembangunan Kebudayaan yang Menempatkan Kebudayaan Melayu secara Propesional dalam Kerangka Pemberdayaan”.

Visi Riau 2020 tidak akan mencapai sasarannya tanpa dukungan birokrasi yang cekatan dan ulet. Dengan kata lain, upaya mewujudkan masyarakat adil sejahtera tahun 2020 adalah pekerjaan gotong royong yang mengaitkan semua pihak. Pada master plan Riau 2020 jelas dinyatakan kerjasama antar kabupaten atau kota mutlak diperlukan. Upaya-upaya Provinsi Riau dalam mewujudkan good governance diantaranya dilakukan penerapan manajemen kinerja.

Penerapan manajemen kinerja ini dilaksanakan dalam bentuk, antara lain penyusunan Renstra 2004-2008, penerapan anggaran berbasis kinerja, penetapan kinerja 2005, dan penyiapan SDM manajemen kinerja. Penyelenggaraan good governance harus diawali dengan proses perencanaan yang baik. Dalam penyusunan RASK Tahun 2005 telah dilaksanakan sesuai Peraturan Pemerintahan Nomor 105 Tahun 2000 dan Keputusan Mendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang mensyaratkan adanya penyajian indikator kinerja sesuai Inpres Nomor 7 Tahun 1999.

Untuk memenuhi akuntabilitas keuangan, Provinsi Riau telah memiliki neraca daerah. Ini bukti komitmen Provinsi Riau dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Guna mewujudkan visi pembangunan Provinsi Riau, diperlukan misi Pembangunan Riau yang bertumpu pada komitmen mewujudkan kredibilitas pemerintahan daerah dengan kemampuan propesional, moral, serta keteladanan pemimpin, dan aparat (reinventing government).

Berdasarkan permasalahan mendasar Provinsi Riau tersebut, maka kebijakan pokok (grand policies) Provinsi Riau pada periode tahun 2004 – 2008 dilakukan untuk mengenjot pemulihan dan stabilitasasi kondisi penyelenggaraan pemerintahan-pemerintahan yang bersih, kuat, dan beribawa. Takkalah pentingnya mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan antar kelompok masyarakat (spread of development equilibrium between region and society).

Mewujudkan perekonomian berbasis potensi sumber daya daerah dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan (empowerment of society base economy). Secara berkesinambungan mengembangkan sarana dan prasarana untuk menciptakan kehidupan masyarakat agamis. Menciptakan pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel, pembangunan politik dan hokum yang semakin demokratis, aspiratif, dan responsive terhadap dinamika yang berkembang secara nasional, regional, dan global.

Selain itu juga dilakukan upaya-upaya untuk merekatkan kesatuan dan persatuan masyarakat dengan mempererat hubungan sosial di antara kelompok masyarakat antar kabupaten/kota dalam ikatan emosional Budaya Melayu. Hal yang tak kalah penting adalah melanjutkan upaya penyelamatan dan pemulihan bagi kelompok masyarakat yang masih termarjinalkan dalam proses pembangunan.

Pengentasan kemiskinan, terhadap kelompok masyarakat yang berada di pedesaan maupun di perkotaan dapat dilakukan dengan menumbuh kembangkan ekonomi daerah yang dapat menciptakan kesempatan kerja baru. Diharapkan akan bisa mempercepat munculnya kesempatan berusaha.

Disisi lain juga harus mendorong berkembangnya kreativitas, serta inovasi penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan di pedesaan. Hal itu dilakukan melalui pembangunan serta penguatan kapasitas (capacity building) kelembagaaan pemerintah desa dan kelembagaan masyarakat desa. Untuk mencoba itu, kebijakan yang akan ditempuh melalui perwujudan dan pelaksanaan otonomi desa yang nyata dengan segala konsekuensinya.
v Dengan demikian pada masa mendatang akan dapat diciptakan suasana yang kondusif bagi upaya pendinamisasian potensi dan kekuatan ekonomi pedesaan. Akhirnya akan dapat mendorong berkembangnya sentra-sentra produksi sebagai bentuk dari kegiatan ekonomi masyarakat dan dunia usaha di wilayah pedesaan.

Untuk mewujudkan hal itu semua diperlukan adanya rencana secara matang seperti yang terutang dalam Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Riau Tahun 2004 – 2008. Rencana strategis merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja instansi pemerintah. Hal itu juga merupakan integrasi antara keahlian SDM dan sumber daya lainnya.

Berdasarkan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, disebutkan perencanaan strategik merupakan proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul.

Renstra mengandung visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran) yang meliputi kebijakan, program, dan kegiatan realistik dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.

Upaya menanggulangi kerawanan pangan dengan menfokuskan pembangunan ekonomi berbasis pertanian.

Renstra Pemerintah Provinsi Riau tahun 2004-2008 telah disusun berdasarkan landasan ideologi Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, landasan operasional GBHN 1999, Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Perangkat Daerah, dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau. Rencana Strategis tersebut diformalisasikan dalam Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Riau Tahun 2004-2008.
Rujukan

Selanjutnya ..

Selasa, Desember 22, 2009

Sosial Budaya Riau

Sosial Budaya Provinsi Riau


Suku, Bahasa dan Kerajinan Daerah
Penduduk Provinsi Riau terdiri dari penduduk asli dan para pendatang yang berjenis-jenis suku bangsanya.

Mereka tinggal di daerah-daerah tertentu dan kota. Adapun suku-suku yang terdapat di Provinsi Riau adalah sebagai berikut :
  1. Suku Melayu; merupakan penduduk asli dan mayoritas, terdapat di seluruh daerah Riau.
  2. Suku Bugis dan Makassar; mereka datang dari Sulawesi Selatan. Banyak terdapat di Indragiri Hilir, seperti di Tembilahan, Enok, Tempuling Gaung anak Serka dan Reteh. Suku Banjar; Suku Banjar ini datang dari Kalimantan Selatan, mereka menetap di Tembilahan dan Sapat.
  3. Suku Mandahiling; mereka tinggal dengan daerah berbatasan dengan Sumatera Utara seperti di Pasir Pengaraian.
  4. Suku Batak; mereka tinggal dikota-kota yang agak besar. Banyak diantara mereka yang bekerja sebagai Pegawai Negeri, anggota TNI dan buruh.
  5. Suku Jawa; pada umumnya ada di daerah Riau, terutama daerah transmigrasi dan daerah perkotaan. Mereka ada yang bekerja sebagai petani yang rajin, pegawai negeri, anggota TNI, buruh dan sebagainya.
  6. Suku Minangkabau; suku Minangkabau pada umumnya tinggal di kota-kota dan daerah pasar. Pada umumnya mereka hidup sebagai pedagang, namun banyak juga yang menjadi pegawai negeri, anggota TNI, dll. Suku Minangkabau merupakan suku yang suka merantau.
  7. Suku-suku lainnya adalah Cina; Suku Cina pada umumnya tinggal di daerah kepulaun seperti di Bagansiapi-api dan Bengkalis. Namun sekarang ini banyak juga yang tinggal didaerah perkotaan.

Bahasa pengantar pada umumnya menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada Zaman Kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa internasional Lingua franca di kepulauan Nusantara, atau sekurang-kurangnya sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu, semenjak pusat kerajaan berada di Malaka kemudian pindah ke Johor, akhirnya pindah ke Riau mendapat predikat pula sesuai dengan nama pusat kerajaan Melayu itu. Karena itu bahasa Melayu zaman Melaka terkenal dengan Melayu Melaka, bahasa Melayu zaman Johor terkenal dengan Melayu Johor dan bahasa Melayu zaman Riau terkenal dengan bahasa Melayu Riau.

Pada zaman dahulu ada beberapa alasan yang menyebabkan Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi digunakan, yaitu:
  1. Bahasa Melayu Riau secara historis berasal dari perkembangan Bahasa Melayu semenjak berabad-abad yang lalu. Bahasa Melayu sudah tersebar keseluruh Nusantara, sehingga sudah dipahami oleh masyarakat, bahasa ini sudah lama menjadi bahasa antar suku di Nusantara.
  2. Bahasa Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya, sehingga bahasa ini sudah menjadi standar, dan
  3. Bahasa Melayu Riau sudah banyak publikasi, berupa buku-buku sastra, buku-buku sejarah dan agama baik dari zaman Melayu klasik maupun dari yang baru.

Provinsi Riau sangat kaya akan kerajinan daerahnya, hanya sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian. Salah satu bentuk kerajinan daerah Riau adalah anyaman yang berkembang dalam bentuk beraneka ragam yang erat hubungannya dengan kebutuhan hidup manusia. Kerajinan anyaman dibuat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah dan daun Rumbia. Hasil anyaman ini berupa; bakul, sumpit, ambung, katang-katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut sempirai, pangilo, lukah dan sebagainya.

Kerajinan lainnya adalah berupa tenunan yang sangat terkenal yaitu tenunan Siak. Tenunan siak ini mempunyai motif yang khas, sehingga nilai jualnya juga cukup tinggi. Tenunan ini biasanya dikerjakan dengan peralatan tradisional. Tenunan ini apabila dikelola dengan baik justru memberikan keuntungan yang cukup besar, tidak saja pengrajin tenun tapi juga bagi daerah Siak sendiri.
Pemutakhiran Terakhir : 01 Maret 2009. Rujukan

Musik
- Musik Gambus Melayu
- Kompang Bengkalis
- Calempong Kampar
- Gong Tanah Sibunguik
- Berdah Rengat
Tarian
- Tarian Gamelan
- Serampang Dua Belas
- Joged Lambak
- Zapin
- Tari Lancang Kuning
- Tari Pembubung
- Tari Makan Sirih
Rujukan

Selanjutnya ..

Senin, Desember 21, 2009

Objek Pariwisata Riau

Tempat-tempat Pariwisata Riau

Indragiri Hilir
Pantai Solop Pulau Cawan merupakan salah satu obyek wisata pantai/bahari yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir.

Suatu pantai yang unik untuk dikunjungi, karena mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan pantai-pantai yang ada di dunia. Keunikannya adalah terdapat kawasan rawa/lumpur berpasir putih dari kulit kerang-kerangan yang dibawa ombak ke daratan pantai. Pantai Solop cukup menarik untuk dikunjungi apalagi letaknya yang strategis yakni di jalur pelayaran Tembilahan - Pulau Batam. Keindahan Pantai Solop adalah terdapatnya pulau-pulau kecil di depan pantai dan disini juga juga dapat dinikmati pemandangan matahari terbenam di waktu sore, menambah keindahan dan daya tarik tersendiri dengan keasrian alamnya.

Bukit Berbunga terletak disebelah selatan Desa Batu Ampar, Kecamatan Kemuning, dengan jarak lebih kurang 4 km dari Desa Selensen (ibukota Kecamatan Kemuning), dan dapat ditempuh melalui jalan setapak yang berbukit-bukit dan melintasi dua buah sungai kecil. Disepanjang tebing Bukit Berbunga tumbuh berbagai jenis macam bunga yang menyelimuti bukit dengan aneka warna-warni menaburkan aroma sepanjang tahun.

Air Terjun terdapat disebelah utara Desa Batu Ampar. Untuk menuju ke lokasi air terjun yakni dari Desa Batu Ampar menelusuri jalan Lintas Timur menggunakan kendaraan roda empat, dilanjutkan dengan menelusuri jalan setapak, menempuh hutan berbukit-bukit sejauh lebih kurang 2 km. Ketinggian air terjun lebih kurang 15 meter dengan kemiringan sekitar 30 derajat. Disisi alur air terjun terdapat bebatuan yang menyerupai tangga untuk naik ke atas, sedangkan dalam air sungai paling dalam 1,5 meter.

Pulau Burung (Agro Wisata) dikenal dengan sebutan pulau berkanal, dimana pada kawasan pulau ini terdapat beberapa kanal yang cukup menantang bagi pengunjung untuk menelusuri kanal-kanal yang lebarnya 3 meter. Kanal-kanal tersebut membuat petakan-petakan perkebunan kelapa hybrida, kelapa lokal, kelapa sawit, perkebunan nenas dan kebun bunga serta kawasan tambak udang dan ikan.

Danau Taga Raja Guntung luasnya sekitar 100 Ha, menurut cerita dulunya dikenal dengan sebutan Kolam Raja, dimana kolam ini merupakan tempat pemandian dan sumber air bersih bagi Kerajaan Kateman. Kawasan Danau Taga Raja akan dikembangkan sebagai kawasan penyediaan air bersih dan kawasan pariwisata terpadu dengan luas kawasan sekitar 20 Ha. Akan dikembangkan Taman Rekreasi, Taman Pancing, Wisata Tirta dan Resort Pariwisata. Jarak danau cukup dekat dari kota Guntung yaitu sekitar 4 Km dan telah banyak dikunjungi oleh masyarakat sekitarnya sebagai tempat rekreasi dan wisata alam.

Kawasan Pekan Arba merupakan tempat rekreasi bagi mayarakat Kota Tembilahan, karena lokasi ini berdekatan dengan Kota Tembilahan. Kawasan ini terdapat dipinggir Sungai Batang Sebatu yang dari tahun ketahun mengalami pendangkalan dan mengakibatkan hubungan/transportasi antara Pekan Arba dengan desa-desa seberangnya menjadi sulit. Oleh karena sulitnya hubungan ini, maka masyarakat berusaha mengatasinya dengan membuat sampan/perahu yang berbentuk leper atau rata dibagian bawahnya dan dapat berjalan serta meluncur di pantai lumpur maupun diatas air, sehingga sampai sekarang dijadikan sebagai alat transportasi di kawasan ini. Kegiatan ini akhirnya dimanfaatkan menjadi atraksi wisata yang setiap tahunnya diperlombakan. Di lokasi ini juga tersedia fasilitas penunjang berupa : Pintu Gerbang, Pos Jaga, Tribun Pengunjung terbuka, WC umum, Tempat Parkir dan sebagainya .

Pelalawan

Objek Wisata Bono terletak di Desa Teluk Meranti, sepanjang sungai Kampar. Bono adalah fenomena alam yang datang sebelum pasang. Air laut mengalir masuk dan bertemu dengan air sungai Kampar sehingga terjadi gelombang dengan kecepatan yang cukup tinggi, dan menghasilkan suara seperti suara guntur dan suara angin kencang. Pada musim pasang tinggi, gelombang sungai Kampar bisa mencapai 4-6 meter, membentang dari tepi ke tepi menutupi keseluruhan badan sungai. Peristiwa ini terjadi setiap hari, siang maupun malam hari. Hal yang menarik turis ke objek wisata ini adalah kegiatan berenang, memancing, naik sampan, dan kegiatan lainnya.

Hutan Lindung Kerumutan juga dikenal sebagai reservasi hutan liar yang terletak di Desa Kerumutan, Kecamatan Kerumutan. Luas hutan mencapai 93.222,20 Ha hutan liar yang dihuni oleh beberapa hewan dan pohon yang dilindungi seperti: timber (shorea ASP), punak (tetrameriotaglabra miq), Nipa Palm (Nypa Fruticons, Harimau Sumatera (Ponthera Tigris Sumatransis), Macan Tutul (Neovelis Nebulosa), Ikan Arwana (Scheropoges Formasus), Itik Liar (Cairina Scutalata), dan lain-lain.

Objek Wisata Agroniaga Kuala Kampar dan Teluk Meranti, dapat dicapai dengan transportasi darat, melalui desa dan jalan-jalan setapak. Wilayah ini adalah tempat untuk budidaya ikan dan udang. Disamping wisata agro, dapat juga menjadi tempat belanja sambil menikmati ikan dan udang. Wilayah Langgam, objek wisata perkebunan sawit dan karet. Tempat ini dapat dicapai dalam waktu 30 menit dari Pangkalan Kerinci.

Tidal Forest of Mokoh River terletak sejauh 15 km dari Pangkalan Kerinci dan dapat dicapai dengan transportasi darat. Di desa ini, kita dapat menikmati udara yang sejuk dan segar jauh dari polusi. Disamping itu, kita juga dapat memancing dan bersampan. Pada tempat ini, para turis dapat menikmati pemandangan dari hutan tadah hujan sepanjang sungai Mokoh.

Objek wisata Air Panas di Pangkalan Lesung terletak 9 km dari Monumen Equator atau ke arah Barat Desa Pangkalan Lesung, dapat dicapai dengan transportasi darat lewat jalan tanah sejauh 5 km dan selebihnya menggunakan jalan setapak melalui jalan lumpur. Desa Langgam terletak sekitar 25 km dari Pangkalan Kerinci, terbentang sungai yang menyenangkan dan sejuk untuk rekreasi memancing. Terdapat hutan dengan pohon-pohon yang besar yang berumur ratusan tahun yang membuat suasana menjadi lebih sejuk sambil menikmati ikan bakar sebagai hasil dari memancing di sungai.

Kolam Tajwid terletak tidak jauh dari desa Langgam 10 menit dari Sungai Kampar ke arah hulu. Dinamai Kolam tajwid, konon kabarnya karena bentuk dari kolam ini seperti tanda tanjwid menurut aksara arab. Sedangkan kepemilikan kolam ini dipegang oleh masyarakat adat. Dimana setiap kegiatan penangkapan ikan di kolam ini haruslah seizin dari pucuk adat, selanjutnya hasil tangkapan tersebut akan dilelang kepada masyarakat oleh pucuk adat selaku pimpinan masyarakat adat setempat. Kemudian pemenang lelang akan memperoleh hak menguasai hasil kolam ini untuk satu tahun kedepan. Bagi masyarakat luar tidak perlu khawatir, karena Anda juga diperbolehkan memancing dan menikmati hasil kolam ini dengan meminta izin terlebih dahulu kepada pucuk adat atau pemenang lelang. Desa Betung terletak 56 km dari Pangkalan Kerinci, dapat dicapai dengan transportasi darat melewati jalan tanah dan bebatuan. Desa ini adalah pusat Budaya Petalangan. Di desa ini terletak bangunan Pusat Budaya Petalangan di tepi sungai yang digunakan untuk berkumpul. Disamping itu, terdapat hutan liar seluas 40 Ha yang dihuni oleh berbagai jenis pohon berumur ratusan tahun.

Rokan Hilir
Pulau Jemur terletak lebih kurang 45 mil dari ibukota Kabupaten Rokan Hilir, Bagan Siapi-api, dan 45 mil dari negara tetangga yakni Malaysia, sedangkan Propinsi Sumatera Utara merupakan propinsi yang terdekat dari Pulau Jemur. Pulau Jemur sebenarnya merupakan gugusan pulau-pulau yang terdiri dari beberapa buah pulau antara lain, Pulau Tekong Emas, Pulau Tekong Simbang, Pulau Labuhan Bilik serta pulau-pulau kecil lainnya. Pulau-pulau yang terdapat di Pulau Jemur ini berbentuk lingkaran sehingga bagian tengahnya merupakan laut yang tenang. Pada musim angin barat laut tiba, gelombang di Selat Malaka sangat besar sehingga biasanya nelayan-nelayan yang sedang menangkap ikan disekitar perairan Pulau Jemur ini berlindung di bagian tengah Pulau Jemur yang terdapat air laut yang tenang. Setelah gelombang laut mengecil atau badai berkurang barulah para nelayan keluar untuk memulai aktivitas menangkap ikan kembali. Pulau Jemur memiliki pemandangan dan panorama alam yang indah, selain itu Pulau Jemur ini amat kaya dengan hasil lautnya, disamping penyu-penyu tersebut naik ke pantai dan bertelur, penyu tersebut menyimpang telurnya di bawah lapisan pasir-pasir pantai, satwa langka ini dapat bertelur 100 sampai 150 butir setiap ekornya. Selain itu Pulau Jemur juga terdapat beberapa potensi wisata lain diantaranya adalah Goa Jepang, Menara Suar, bekas tapak kaki manusia, perigi tulang, sisa-sisa pertahanan Jepang, batu Panglima Layar, Taman Laut dan pantai berpasir kuning emas.

Danau Napangga terletak di Kecamatan Tanah Putih 70 Km dari Ujung Tanjung. Tepatnya di hulu sungai batang kumuh desa Tanjung Medan perbatasan dengan kabupaten Rokan Hulu dan propinsi Sumatera Utara. Luas Danau Napangga sekitar 500 Ha ini memiliki pesona alam yang sangat indah, air danaunya yang tenang, membuat kira geram untuk menceburkan diri. Danau Napangga memiliki keunikan tersendiri, karena menurut legenda danau ini merupakan tempat persinggahan Raja pada zaman dahulu dan di dalam danau ini hidup species ikan Arwana Sumatera yang mahal harganya. Tidak jauh dari daerah ini tinggal masyarakat Bonai salah satu suku asli yang tinggal di Rokan Hilir. Jalan menuju lokasi Danau Napangga hampir semua sudah diaspal, sehingga sangat memudahkan kita untuk datang kesana.

Batu Belah Batu Bertangkup terletak di desa Bantayan. Bentuknya sebongkah batu besar, yang tengahnya terbelah. Bentuknya mirip kerang raksasa yang sudah menjadi fosil. Dalam buku lintasan Sejarah Rokan, disebutkan bahwa Batu Belah Batu Bertangkup ini pada mulanya merupakan binatang yang hidup, sejenis kerang. Kemudian oleh orang Portugis, kedalam mulut kerang tersebut dicurahkan air kapur yang cukup banyak. Akibatnya kerang raksasa itu mati. Konon, sebelum kerang itu mati, ia memakan hewan apa saja yang tersesat dan masuk kedalam mulutnya. Batu belah mengandung sebuah legenda, tentang seorang ibu yang kecewa melihat tingkah laku anaknya yang sangat nakal. Demikian kecewanya kepada si anak, Sang ibu bunuh diri dengan membiarkan dirinya ditelan batu belah itu.

Pulau Tilan terletak kurang lebih 20 Km dari Ujung Tanjung Kecamatan Tanah Putih, atau bila perjalanan melalui Dumai, dengan menempuh jarak sekitar 40 Km, kita akan sampai di Desa Rantau Bais. Pulau Tilan terletak diseberang Desa Rantau Bais yang dibelah oleh sungai Rokan. Bila ingin ke Pulau Tilan kita harus menggunakan sampan yang memakan waktu sekitar 10 menit. Bibir pantai yang putih, panorama alam yang indah merupakan potensi pariwisata yang sangat besar. Pulau Tilan mempunyai pantai yang sangat indah disepanjang aliran sungai Rokan.

Bono Sungai Rokan merupakan gelombang yang sangat besar, dengan menyatunya gelombang laut, kemudian gelombang tersebut menghempas ke muara sungai Rokan serta melintas menyisir bibir sungai Rokan. Para pelaut dan nelayan sangat takut bila bertemu dengan Bono, jika salah hitungan bisa-bisa kapal yang sedang berlayar menjadi mangsa bono. Namun ketakutan yang dirasakan seakan-akan hilang ketika melihat masyarakat setempat bermain dengan bono, dengan mesra, canda dan tawa masyarakat setempat naik diatas punggung bono, hal ini dapat kita nikmati di tepi sungai Rokan.

Desa Rantau Bais merupakan desa yang tergolong masih alami, belum tersentuh dan dipengaruhi budaya asing. Desa yang letaknya tidak jauh dari jalan raya lintas Pekanbaru – Medan ini memiliki potensi wisata yang sangat besar, baik dari segi keindahan panorama alamnya, budaya bahkan adat istiadat masyarakatnya sangat unik dan menarik. Di perkampungan ini kita dapat melihat rumah – rumah tua yang berarsitektur melayu tradisional. Kampung Rantau Bais terletak berhadapan dengan Pulau Tilan, dibatasi oleh Sungai Rokan, untuk sampai ke tempat ini tidaklah begitu sulit, sekitar jarak 10 km dari simpang jalan raya lintas Pekanbaru – Medan kita akan sampai di desa Rantau Bais, arahnya menuju Sungai Rokan.

Rokan Hulu

Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) memiliki luas 144.223 Ha, dengan ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain forest), kawasan ini merupakan peralihan antara hutan rawa dan hutan pegunungan dengan ekosistem yang unik dan berbeda dibandingkan dengan kawasan taman nasional lainnya yang ada di Indonesia. Bukit Tiga Puluh merupakan hamparan perbukitan yang terpisah dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan terletak di perbatasan Propinsi Jambi dan Riau, daerah ini merupakan daerah tangkapan air (catchment area) sehingga membentuk sungai-sungai kecil dan merupakan hulu dari sungai-sungai besar di daerah sekitarnya.

Beberapa jenis fauna yang dapat dijumpai di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh antara lain : Harimau Sumatera, Beruang Madu, Tapir, Siamang, Kancil, Babi Hutan, Burung Rangkong, Kuaw, dan berbagai jenis satwa lainnya. Sedangkan jenis flora langka yang diduga endemik di kawasan tersebut adalah Cendawan Muka Rimau (Rafflesia haseltii). Selain merupakan habitat dari berbagai jenis flora dan fauna langka dan dilindungi, kawasan TNBT juga merupakan tempat hidup dan bermukim beberapa komunitas suku terasing seperti Talang Mamak, Anak Rimba dan Melayu Tua, yang menjadikan kawasan ini menarik untuk dijelajahi.

Air Terjun di Kabupaten Indragiri Hulu ini terdapat di beberapa Kecamatan, seperti : Air Terjun Sungai Arang di desa Arang, Air Terjun Pontianai di desa Pontianai, Air Terjun Pejangki di desa Pejangki, Air Terjun Nunusan di desa Sanglep, Air Terjun Siamang, Buyung, Pintu Tujuh dan Tembulun di desa Rantau Langsat, Air Terjun Bukit Lancang di desa Tualang Lakat.

Bengkalis
Pantai Rupat Utara Tanjung Medang berlokasi di Kecamatan Rupat. Kawasan Pantai Pasir Panjang adalah Tanjung Medang, Teluk Rhu dan Tanjung Punak di Kecamatan Rupat dan berhadapan langsung dengan Kota Dumai, dengan mudah dapat dicapai karena dari Dumai tersedia transport laut untuk penumpang umum. Pasir di pantai ini berwarna putih dan bersih yang memungkinkan pengunjung untuk mandi, berjemur, berolahraga air, rekreasi keluarga dan bersantai menikmati kejernihan air lautnya dengan ombak yang sedang-sedang saja.

Tasik Putri Pepuyu berlokasi Desa Tanjung Padang / Pulau Padang Merbau, merupakan daerah ditengah hutan lindung yang belum banyak disentuh oleh manusia sehingga belum ada kerusakan dan perubahan. Tasik Putri Pepuyu terkenal denga legenda tentang cinta Raja Terubuk dan Putri Pepuyu yang tidak kesampaian. Tasik Putri Pepuyu mempunyai potensi wisata seperti berkemah, berperahu dan lain-lain.

Tasik Nambus berlokasi di Desa Tanjung, pulau Tebing Tinggi, kira-kira 30 menit dengan menggunakan jalan darat dari pelabuhan Selat Panjang. Tasik Nambus dikelilingi hutan lindung, selama bulan syafar masyarakat setempat melakukan pemandian di danau ini.

S i a k

Wisata Bahari di Kabupaten Siak yaitu Danau Pulau Besar terletak di Desa Zamrud, Kecamatan Siak Sri Indrapura, dengan luas sekitar 28.000 Ha, dan Danau Naga di Sungai Apit. Danau Bawah dan Danau Pulau Besar terletak dekat lapangan minyak Zamrud, Kecamatan Siak, memiliki panorama indah yang mengagumkan dan menarik. Di sekitar danau masih ditemukan hutan yang masih asli. Kondisi danau maupun hutan di sekitar danau berstatus Suaka Marga Satwa yang luasnya mencapai 2.500 hektar, dimana masih terdapat berbagai aneka jenis satwa dan tumbuhan langka. Sumber daya hayati yang terdapat di danau ini seperti pinang merah, ikan arwana dan ikan Balido yang termasuk dilindungi. Keanekaragaman jenis satwa liar di Suaka Marga Satwa danau Pulau Besar dan danau Bawah merupakan kekayaan tersendiri sebagai objek wisata tirta di Riau Daratan.

Kampar

Air Terjun Merangin terletak di desa Merangin Kecamatan Bangkinang Barat, merupakan objek wisata yang memiliki keindahan alam berupa air terjun dan kawasan hutan yang masih asli dengan flora yang sangat khas. Jenis objek wisata ini adalah wisata petualangan dengan menelusuri hutan sambil menikmati kesegaran dan ketenangan serta keindahan alam di dalam dan disekitar hutan tersebut.

Hutan Wisata Rimbo Terantang , Objek wisata ini berada di desa Padang Lawas yang merupakan objek wisata yang memiliki keindahan alam kawasan hutan yang masih asli dengan flora yang sangat khas. Hutan wisata ini juga berfungsi sebagai tempat penelitian. Terutama fenomena alam baik flora maupun fauna. Jenis objek wisata ini adalah wisata petualangan dengan menelusuri hutan sambil menikmati kesegaran dan ketenangan serta keindahan alam di dalam dan disekitar hutan tersebut.

Pemandian Alam Petapahan , Pemandian Alam Petapahan ini terletak di Desa Petapahan Kecamatan Tapung. Merupakan tempat pemandian dengan sumber mata air berasal dari alam. Daya tarik objek wisata ini adalah keindahan alam di sekitar tempat pemandian Petapahan ini, terdapat jalan setapak untuk mencapai ke pemandian dan untuk menikmati keindahan alamnya. Lokasi obyek wisata ini sangat menarik, terutama suasana alami yang ada, dan struktur lansekap disekitar lokasi yang sangat atraktif, sangat sesuai untuk bersantai melepas lelah, karena ketersediaan fasifitas-fasilitas pendukung yang disediakan, seperti warung, rumah makan bersuasana tradisional, shefter-shelter yang nyaman untuk bercengkrama.

Taman Rekreasi Sekijang ini dikembangkan dari sejarah yang dimiliki oleh tempat ini, yaitu sebagai tempat persembunyian sepasang pengantin yang melakukan kawin lari. Lokasi wisata ini berada di desa Sekijang di Kecamatan Tapung Hilir. Perkawinan kawin lari merupan adat istiadat yang masih ada sampai saat ini terutama dilakukan oleh keturunan asli masyarakat kecamatan ini. Selain sejarah tempat ini, daya tarik objek wisata ini adalah keindahan alam yang telah tertata baik yang berada di sekitar taman rekreasi tersebut.

Air Terjun Alahan merupakan objek wisata berupa keadaan Sungai kampar yang memiliki banyak jeram dengan air terjun Keadaan Sungai Kampar yang memiliki banyak jeram dengan air terjun-air terjun yang sangat indah untuk dinikmati serta menarik untuk diarungi dengan menggunakan perahu khusus. Lokasi objek wisata tersebut terletak hulu sungai Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar. Daya tarik obyek wisata ini adalah keindahan serta kesegaran udara dan yang mengundang wisatawan terutama bagi wisatawan yang memiliki jiwa petualangan dalam mengangumi keberadaan alam. Kekayaan fauna yang terdapat di obyek wisata ini yang memiliki keterkaitan dengan habitat ini, keindahan yang ditunjang oleh keberadaan flora flora khas yang tumbuh dikawasan ini, serta Lansekap kawasan yang masih alami dilokasi obyek wisata ini menjadi daya tarik yang sangat kuat.

Kawasan Kuala merupakan objek wisata alam yang memiliki Keindahan alam yang sangat menarik dan menabjubkan yang terletak 40 menit dari desa Air Tiris Kecamatan Kampar. Daya tarik kawasan ini adalah keindahan alamnya yang ditunjang oleh lansekap yang masih alami dan atraktif.

Alam Muara Mentawai merupakan objek wisata alam yang memiliki Keindahan alam yang sangat menarik dan menakjubkan yang terletak 30 menit dari desa Air Tiris Kecamatan Kampar. Daya tariknya adalah kawasan taman suaka marga satwa yang menjadi habitat bagi berbagai jenis burung serta keindahan floranya yang ditunjang oleh kawasan lansekap yang masih alami dan atraktif.

Rokan Hulu
Wisata Air Sungai Rokan Kiri yang mengalir melintasi kota ujungbatu salah satu potensi untuk wisata air deras, atau wisata petualangan dengan menggunakan boat ke hulu sungai yang deras dengan tebing-tebing sungai yang cadas sekaligus dapat menyaksikan hutan sekunder disepanjang sungai, sambil melihat kehidupan tepi sungai sekitar 1 jam perjalanan kita akan jumpai air terjun hujan lobek di tebing sungai, dihulu sungai ada dua air terjun yang cukup tinggi yaitu air terjun sungai murai dan air terjun sungai tolang.

Sumber Air Pawan terletak di desa Pawan sekitar 9 km dari Pasirpengarayan. Mudah dijangkau dengan kendaraan bermotor serta roda dua, uniknya becak jerman pun dapat melayani trayek langsung ke lokasi. Tempat ini sangat diminati oleh wisatawan, dengan keunikan ada dua sumber air panas dari gejala post vulkanis yang masing-masing sumber berbeda panas airnya (Suhu sisi kiri 600oC dengan debit air 7200 ml/dtk, sisi kanan 480-580oC dengan debit air 1800 ml/dtk), yang disalurkan ke beberapa pancuran yang jatuh di tepi sungai kecil yang airnya dingin dan bersih lagi jernih dengan suhu 200-250oC. Tempat ini baik untuk rekreasi kesehatan, sambil bersenang-senang bersama keluarga, yang didukung oleh alam yang asri serta tempat parkir yang luas, tersedia pula Camping Ground.

Gua Huta Sikafir berada sekitar 1 km dari sumber air pawan, kita akan menjumpai hutan dengan kayu-kayu besar, yang dililiti oleh urat-urat kayu hawa (Sulur). Didalam kawasan hutan 6 hektar inilah terdapat 41 goa-goa besar dan kecil yang setiap goa memiliki nama yang sesuai dengan kondisi goa, seperti contoh goa landak, goa ini seperti lobang sarang landak, goa tupai seperti parit yang panjang tidak terlalu sempit. Dari sekian banyak goa yang terkenal keindahannya ialah Goa Mata Dewa dan Goa Lepong, serta Goa Kulam. Goa-goa ini cukup membuat anda lelah berpetualang didalamnya bersama pemandu yang telah siap melayani jasa pramuwisata di Huta Sikafir.

Air Terjun Aek Martua terletak di kecamatan Bangun Purba merupakan air terjun bertingkat-tingkat, sehingga sering pula disebut air terjun tangga seribu, dapat ditempuh melalui jalan darat, kira-kira 2/3 dari bawah terdapat kuburan pertapa Cipogas dengan air terjun yang bertingkat-tingkat dan sungguh mengagumkan untuk dinikmati.

Kuantan Singingi

Air Terjun Tujuh Tingkat BAtang Koban Lubuk Ambacang terletak di Kecamatan Hulu Kuantan 37 Km dari Teluk Kuantan. Ketika berada di Lubuk Jambi ibukota Kecamatan Kuantan Mudik (22 Km dari Teluk Kuantan) bus anda akan bergerak menuju arah Kiliran Jao dan selepas Kota Lubuk Jambi bertemu dengan persimpangan satu simpang ke kiri arah Kiliran Jao, disitulah tadi letaknya Terjun Guruh. Jika dari simpang selepas Lubuk Jambi, bus kita akan bergerak ke kanan terus sampai sejauh 11 Km akan sampai ke Kota Lubuk Ambacang Ibukota Kecamatan Hulu Kuantan.

Dengan menaiki sampan bermesin (pompong) sejauh 4 Km anda akan melaluinya dengan kenyamanan arus sungai kadangkala tenang dan sunyi kadangkala ribut dengan gelombang arung jeramnya dilengkapi dengan pemandangan alam dan bukit-bukit yang terjal dengan hutan lindungnya yang masih asli. Dalam perjalanan kita dapat menyaksikan binatang kera, berbagai jenis burung dan binatang lainnya seakan menyapa bagi pengunjungnya. Akhirnya sampailah ke lokasi Air Terjun “Tujuh Tingkat Batang koban”. Tujuh Tingkat maksudnya terdapat tujuh buah air terjun yang bertingkat, akhirnya sampai ke dasar sungai dan terus mengalir ke Sungai Kuantan yang mengairi sebagian besar daerah Kuantan Singingi.

Air Terjun Guruh Gemurai terletak sekitar 25 Km dari Teluk Kuantan. Nama Guruh Gemurai diambil dari bahasa daerah setempat, dimana Guruh berarti Gemuruh (bunyi air terjun dimaksud), sedangkan Gemurai adalah percikan air yang berserakan. Jadi air terjun Guruh Gemurai berarti air terjun yang bunyi percikannya (curahannya) bergemuruh. Anda berada di Ibukota Kabupaten Kuantan Singingi yakni Teluk Kuantan dengan bus menuju arah Kiliran Jao Sumbar akan melalui Kota Lubuk Jambi, Ibukota Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, namun sebelumnya yakni 3 Km sebelum Lubuk Jambi (19 Km) dari Teluk Kuantan, anda dapat menikmati keindahan Danau “Kebun Nopi” tidak ada duanya di Kuantan Singingi. Anda berada di Lubuk Jambi Ibukota Kecamatan Kuantan Mudik masih Kabupaten Kuantan Singingi, 3 Km arah Kiliran Jao Sumbar, anda memulai perjalanan yang mendaki sesekali melalui jalan yang berbelok-belok dengan panorama alam yang terkenal bagian dari Bukit Barisan, sampailah anda ditengah-tengah pendakian yang berbukit-bukit and lurah, disanalah terdapat air terjun Guruh Gemurai, tepatnya di desa Kasang.

Air Panas Alam diseberang Sungai Pinang, Kecamatan Kuantan Mudik, 33 Km dari Teluk Kuantan. Dari Teluk Kuantan arah Kiliran Jao yakni 500 m sebelum sampai di Kota Lubuk Jambi, anda akan menjumpai simpang jalan ke arah kanan dan terus melanjutkan perjalanan 11 Km akan sampai ke satu tempat bersejarah yang konon sejak nenek moyang sudah dikunjungi beramai-ramai oleh masyarakat dalam dan luar Kuantan Singingi untuk berobat penyakit kulit, reumatik dan lain-lain. Itulah ‘Air Panas Alam' yang keluar dari perut bumi atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Dari persimpangan jalan anda melalui beberapa desa yakni Pulau Binjai, Pabaun, Siak dan sampailah ke lokasi dimaksud.

Desa Wisata Kabupaten Kuantan Singingi, 3 Km dari Teluk Kuantan. Dari Ibukota Kabupaten Kuantan Singingi dimaksud, dengan menggunakan bus menuju ke timur yakni arah ke Rengat ibukota Kabupaten Indragiri Hulu sejauh 3 Km sampailah di desa Koto Sentajo yang ditetapkan sebagai ‘Desa Wisata'. Di desa ini dapat kita saksikan peninggalan sejarah atau adat nenek moyang berupa rumah adat dengan bagunan asli dengan motif khusus. Masyarakat di desa tersebut masih kental dengan adat kebiasaan yang diterima dari nenek moyang leluhurnya. Walaupun kehidupan masyarakat sudah jauh meninggalkan kebiasaan lama itu, namun ada hal-hal tertentu yang tidak mau ditinggalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di belakang desa wisata ini masih terdapat hutan yang asli, yang sampai sekarang masih dilarang untuk merusaknya, dan ini telah ditetapkan sebagai hutan lindung seluas 5000 Ha.

Danau Mesjid terletak 3 Km dari Teluk Kuantan. Dari Teluk Kuantan dapat ditempuh dengan bus menuju ke barat ke arah jalan Lubuk Jambi Kiliran Jao, dengan hitungan menit saja sampailah kita di simpang, belok ke kiri jalan ke ‘Danau Mesjid' sejauh 300m dari simpang jalan raya. Disana anda dapat menikmati keindahan Danau Mesjid dengan sampan dayung serta fasilitas lainnya.

Kawasan Teluk Makmur terletak sebelah utara kota Dumai, mempunyai pesona alam berupa pantai dan perkampungan wisata melayu yang berhadapan langsung dengan pulau Rupat dan Selat Malaka. Mempunyai potensi wisata yang sangat baik dalam melakukan rekreasi bersama keluarga, disini kita dapat bermain selancar, berperahu, dan berjemur ditengah alam yang indah ditambah dnegan adanya rumah tua yang berarsitektur melayu. sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau www.balitbang.riau.go.id Pemutakhiran Terakhir : 24 April 2009. Rujukan

Selanjutnya ..

Sabtu, Desember 19, 2009

Pariwisata Provinsi Riau

Sektor Pariwisata


Pembangunan pariwisata merupakan kegiatan dan usaha yang terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan sarana serta fasilitas yang diperlukan dalam melayani permintaan wisatawan. Pertumbuhan dan perkembangan pariwisata di Provinsi Riau dewasa ini mengindikasikan bahwa pariwisata telah menjadi sektor ekonomi utama tidak saja di Provinsi Riau juga bagi Indonesia.

Perkembangan kepariwisataan di Provinsi Riau menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini bisa dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara yang berkunjung ke Provinsi Riau dari tahun ketahun selalu menunjukkan peningkatan. Namun ini semua tergantung dengan kondisi di suatu daerah, semakin kondusif suatu daerah maka kemungkinan wisatawan untuk mengunjungi daerah tersebut akan semakin tinggi, namun sebaliknya jika kondisi daerah tidak kondusif maka wisatawan akan enggan untuk berkunjung ke daerah tersebut.

Tujuan utama pengembangan industri pariwisata adalah untuk menggaet penerimaan devisa dari pengeluaran wisatawan yang mengunjungi suatu negara. Kalau devisa hasil ekspor diperoleh dari penjualan barang-barang di luar negeri, namun di sektor pariwisata devisa diperoleh dari pengeluaran wisatawan yang mengunjungi suatu negara. Agar devisa sektor pariwisata lebih banyak diterima maka perlu diupayakan agar wisatawan yang datang lebih banyak dan lebih lama tinggal serta lebih banyak membelanjakan uangnya di negara tujuan, sehingga semakin banyak uang yang dibelanjakan dinegara tujuan, semakin banyak devisa yang akan diperoleh. Devisa ini secara langsung akan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Pengembangan wisata dengan sasaran wisatawan nusantara maupun mancanegara juga akan memacu lajunya pertumbuhan ekonomi daerah, karena pariwisata tidak berdiri sendiri. Pengembangan pariwisata akan membuka berbagai lapangan kerja dan mempercepat peredaran uang disuatu wilayah. Mengingat Provinsi Riau yang berhadapan langsung dengan dua negara tetangga, yaitu Malaysia dan Singapore memberikan peluang yang sangat menjanjikan untuk sektor pariwisata Riau di masa mendatang.

Dalam pembangunan perekonomian, kepariwisataan dapat diharapkan memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan katalisator untuk mengembangkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Tidak hanya perusahaan-perusahaan yang dapat menyediakan kamar untuk menginap (hotel), makanan dan minuman (bar dan restoran), perencana perjalanan wisata, agen perjalanan, industri kerajinan, pramuwisata, tenaga terampil akan tetapi juga prasarana ekonomi, seperti jalan raya, jembatan, terminal, pelabuhan dan lapangan udara. Disamping itu dibutuhkan juga prasarana pembangkit listrik, fasilitas olah raga dan rekreasi dan banyak sektor perekonomian lainnya.

Berbagai upaya untuk mengatasi persoalan diatas sudah mulai dibenahi oleh Pemerintah Provinsi Riau dengan memberikan kemudahan kepada pihak-pihak investor untuk menanamkan modalnya di bidang pariwisata. Jumlah hotel di Provinsi Riau dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan sebagai upaya untuk mengantisifasi arus globalisasi, mulai dari kelas melati sampai kepada kelas berbintang. Pihak pengelola hotel juga melengkapi hotelnya dengan berbagai fasilitas agar pengunjung bisa nyaman untuk menginap di hotel mereka.

Bila melihat kondisi Provinsi Riau sekarang ini yang terdiri dari 11 kabupaten/kota, sebagiannya mempunyai wilayah pesisir, hal ini sangat baik untuk di olah menjadi obyek wisata bahari. Ada beberapa alasan kenapa wisata bahari perlu untuk dikembangkan, antara lain :
  • (1) Permintaan akan produk wisata bahari baik dalam maupun luar negeri terus meningkat, sejalan dengan peningkatan dalam kunjungan wisatawan sebagai akibat dari peningkatan mobilitas manusia, karena kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi, pertumbuhan penduduk serta kualitas hidup manusia semakin baik.
  • (2) Semakin berkembangnya penyebaran informasi menimbulkan hasrat yang semakin besar untuk mengetahui dan mengenal lebih dekat tata cara kehidupan budaya dan keindahan alam.
  • (3) Provinsi Riau memiliki potensi wisata bahari yang apabila dikelola secara profesional akan mendatangkan daya tarik bagi wisatawan baik dalam maupun luar negeri.
  • Mengingat wisata bahari belum optimal dikelola, perlu kiranya dilakukan strategi pengembangan wisata bahari tersebut, seperti : (1) Pembuatan rencana arahan pengembangan wisata bahari, (2) Penggalian informasi potensi wisata bahari yang ada di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Riau, (3) Pendayagunaan potensi wisata bahari sesuai dengan daya dukung dan pengembangan daerah tujuan wisata, (4) Pengendalian dampak akibat kegiatan manusia terhadap potensi wisata bahari, (5) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM untuk mendukung pengelolaan pariwisata bahari, (6) Pembinaan dan pemanfaatan sistem kelembagaan dan (7) Membina kerjasama dengan instansi terkait.

    Setelah ditentukan strategi pengembangan wisata bahari, maka langkah selanjutnya adalah upaya pengembangannya. Ada beberapa upaya yang perlu diperhatikan dalam pengembangan wisata bahari, antara lain :
  • (1) Pengembangan wisata bahari secara terpadu menyangkut pengembangan sarana dan prasarana, sarana umum, jasa pelayanan, jaminan keselamatan dan aksesibilitas.
  • (2) Promosi secara efektif.
  • (3) Wisata bahari dapat memberikan nilai tambah khusunya bagi masyarakat setempat, antara lain dengan melibatkan masyarakat nelayan, sehingga menjadi paket-paket diversifikasi yang saling terkait satu sama lain.
  • (4) Pengembangan wisata bahari harus diikuti dengan pengembangan wisata budaya dengan memperhatikan kondisi sosial masyarakat lokal.
  • Dari data yang ada, jumlah wisatawan yang datang ke Provinsi Riau cenderung relatif menurun dari tahun ketahun. Hal ini memberikan indikasi bahwa kesiapan daerah untuk menarik jumlah wisatawan ke daerah ini belum optimal. Mengingat tahun 2008 merupakan tahun kunjungan wisatawan ke Indonesia, Provinsi Riau bisa memanfaatkan momen tersebut untuk menarik wisatawan lebih banyak datang ke Bumi Lancang Kuning.

    Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Provinsi Riau Melalui Pintu Masuk Utama
    No.Pintu MasukT a h u n
    2003200420052006
    1Dumai49.66144.97535.66915.855
    2Pekanbaru7.75612.39212.88118.735
    3Lain-lain2.2121.9056.1745.169
    Jumlah59.26959.27254.72439.759

    Sumber : Dinas Kebudayaa, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau

    Dari tabel di atas terlihat bahwa kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Riau terjadi penurunan, tahun 2003 jumlah wisatawan datang ke Provinsi Riau sebanyak 59.629 orang, tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 59.272 orang. Tahun 2005 kembali terjadi penurunan jumlah wisatawan menjadi 54.724 orang dan tahun 2006 turung menjadi 39.759 orang.

    Dari 39.759 orang wisatawan manca negara yang berkunjung ke Provinsi Riau tahun 2006, sebanyak 30.751 orang atau 77.34 persen adalah dari negara Asean, ini berarti dominasi kunjungan wisatawan yang datang ke Provinsi Riau adalah dari negara Asean. Dari benua Asia sebanyak 2.802 orang atau 7.04 persen, Amerika sebanyak 2.234 orang atau 5.61 persen, Eropa sebanyak 2.653 orang atau 6.67 persen, Australia dan New Zealand sebanyak 1.104 orang atau 2.77 persen dan lainnya sebanyak 215 orang atau 0.54 persen. Tantangan kedepan bagi Provinsi Riau setelah berpisah dengan Provinsi Kepulauan Riau adalah bagaimana bisa menarik wisatawan sebanyak mungkin, karena dari data di atas banyaknya kunjungan wisatawan ke Provinsi Riau pada tahun 2003 justru masuk melalui Provinsi Kepulauan Riau yang dulu masih menjadi satu kesatuan dengan Provinsi Riau.

    Meskipun wisata bahari belum begitu optimal dikembangkan di Provinsi Riau, namun wisata lainnya sudah mulai dikenal baik di mancanegara maupun nusantara. Kabupaten Kuantan Singingi misalnya telah menjadikan kesenian tradisional rakyat pacu jalur sebagai event nasional yang setiap tahunnya bisa mendatangkan wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini. Kabupaten Kampar memilki wisata sejarah yaitu Candi Muara Takus dan Mesjid Jamik, namun belum begitu di promosikan sehingga kunjungan wisatawan untuk melihat obyek tersebut masih terbatas. Begitu juga dengan Kabupaten Siak yang memiliki Istana Siak, namun hanya terbatas pada kunjungan wisatawan lokal. Masih banyak lagi tempat wisata di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Riau untuk bisa dijadikan daya tarik wisatawan untuk mengunjunginya, namun belum dikelola secara profesional.

    Untuk itu sudah saatnya Pemerintah Daerah memberikan perhatian khusus terhadap peningkatan sarana obyek wisata yang ada di masing-masing kabupaten/kota, misalnya dengan meningkatkan sarana dan prasarana untuk menuju ke lokasi obyek wisata. Salah satu prasarana yang perlu ditingkatkan adalah jalan sebagai akses utama menuju lokasi. Sarana transportasi juga perlu ditingkatkan apalagi melihat kondisi geografi Provinsi Riau dimana jarak antara satu kabupaten/kota dengan kabupaten/kota lainnya sangat jauh. Untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan berkunjung ke lokasi perlu dibangun tempat istirahat. Tempat istirahat tidak perlu hotel yang berbintang tetapi hotel kelas melati/ wismapun sudah cukup dengan interiornya memperhatikan kultur wilayah daerah setempat.

    Hal lain yang juga sangat penting adalah masalah promosi obyek wisata itu sendiri. Di era globalisasi sekarang ini sangat mudah untuk melakukan pengenalan obyek wisata suatu daerah ke dunia luar, karena dengan sistem internet semua potensi wisata bisa di masukkan ke dalam website, sehingga bisa di akses di seluruh dunia. Sekarang tinggal kesiapan Pemerintah Daerah dan dukungan sumber daya manusia untuk melaksanakannya. Disamping itu kebijakan Pemerintah Daerah dalam upaya meningkatan jumlah kunjungan pariwisata ke Provinsi Riau juga sangat menentukan. Kebijakan di sektor pariwisata hendaknya jangan mempersulit pihak investor untuk menanamkan investasinya di bumi Lancang Kuning.
    Pemutakhiran Terakhir : 01 Maret 2009.Rujukan

    ====================================================================
  • Tempat-tempat Wisata Riau

  • Selanjutnya ..

    Kamis, Desember 17, 2009

    Perikanan
    Potensi Daerah Riau Dalam Sektor Perikanan
    1. Kota Pekanbaru
    Potensi Perikanan di Kota Pekanbaru adalah budidaya perikanan air tawar seperti Kolam, Jaring Apung dan Keramba. Pada tahun 2006, hasil produksi perikanan perairan umum adalah 94,1 ton dan kolam keramba adalah 6.161 ton/tahun.

    2. Kota Dumai
    Produksi ikan di Kota Dumai sebagian besar berasal dari perikanan laut dengan jumlah 1779,8 ton, sementara dari budidaya perikanan dapat menghasilkan 53,6 ton/tahun.

    3. Kabupaten Kampar
    Pada tahun 2006, produksi sektor perikanan mencapai volume 14.494,01 ton, yang terdiri dari produksi budidaya ikan tangkap 11,37% dan budidaya perikanan sebanyak 88,27%.

    4. Kabupaten Pelalawan
    Sektor perikanan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Pelalawan adalah Tambak Udang, Kolam Keramba, dan penangkapan Ikan Laut (laut dan sungai). Produksi perikanan tahun 2006 terdiri dari perikanan laut 1.020,4 ton, perairan umum 1.737 ton, dan budidaya ikan tangkap 955 ton.

    5. Kabupaten Indragiri Hulu
    Potensi yang pantas dipertimbangkan adalah subsektor perikanan. Sebagian besar subsektor perikanan dikembangkan di peraiaran terbuka dan air tawar. Pada tahun 2006 produksi ikan tangkap (perairan terbuka) adalah 713,2 ton dan budidaya ikan keramba berjumlah 592 ton.

    Beberapa jenis ikan dari Indragiri Hulu adalah Ikan Patin, Kalui dan Gurami dikenal baik karena rasanya yang khas.

    Dewasa ini Peternakan Ikan Patin telah dikembangkan pada areal seluas 21 ha dengan produksi 126 ton, Ikan Kalui seluas 13 ha dengan produksi 78 ton, Ikan Gurami seluas 21 ha dengan produksi 147 ton, peternakan Ikan Nila seluas 38 ha dengan produksi 190 ton, Ikan Lele seluas 2 ha dengan produksi 35 ton, dan Ikan Singkat diternakkan di areal selus 13 ha dengan produksi 78 ton.

    6. Kabupaten Indragiri Hilir
    Potensi perikanan dan kelautan Kabupaten Indragiri Hilir adalah tergolong besar, merupakan budidaya ikan tangkap perairan umum, budidaya tambak ikan air asin, budidaya kolam air tawar, budidaya ikan laut jaring apung, dan tambak udang. Hasil produksi perikanan laut maupun air tawar pada tahun 2006 mencapai 34.780,6 ton.

    Sektor perikanan di Kabupaten Indragiri Hilir adalah potensi yang dapat dipercaya karena tingkat pemanfaatannya masih dibawah 10%.

    7. Kabupaten Kuantan Singingi
    Pada tahun 2006 potensi perikanan di kabupaten ini berjumlah 1.571 ton. Jumlah produksi ikan tersebut terdiri dari ikan perairan umum (1406 ton) dan ikan kolam keramba (165 ton).

    8. Kabupaten Rokan Hulu
    Potensi perikanan di Rokan Hulu adalah pada perairan dan kolam kerambah. Perairan umum dapat memproduksi 1.937,4 ton/tahun, kolam kerambah memproduksi 1.371 ton/tahun (Riau dalam Angka, 2007).

    9. Kabupaten Rokan Hilir
    Produksi perikanan di Kabupaten Rokan Hilir mencapai 55.005,6 ton; terdiri dari perikanan laut dengan jumlah 52.038,8 ton, ikan perairan umum berjumlah 2.947,8 ton dan ikan kolam keramba berjumlah 19 ton. Dari hasil tangkap ini, Udang merupakan unggulan dengan harga jual cukup tinggi yaitu Rp. 45.000/kg.
    Pemutakhiran Terakhir : 22 Mei 2009.Rujukan

    Selanjutnya ..

    Pertambangan
    Perkembangan pertambangan umum di Provinsi Riau relatif cukup pesat, ditandai dengan banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang ini yang ikut serta dalam mengusahakan beberapa hasil pertambangan antara lain bahan galian pasir laut, granit, bauksit, timah, emas, batubara, gambut, pasir kwarsa dan andesit. Jenis izin Kuasa Pertambangan (KP) diberikan kepada perusahaan swasta nasional. Sedangkan bagi perusahaan asing yang berminat diberikan jenis izin lainnya berupa Kontrak Karya (KK) yang diberikan oleh pemerintah dengan persetujuan DPR. Sebagian saham dalam kontrak ini harus dimiliki oleh perusahaan nasional.

    Peluang untuk menanamkan investasi di sektor pertambangan di Provinsi Riau terbuka lebar, baik investor lokal maupun investor asing. Wilayah batubara yang telah dicadangkan untuk dikelola pemerintah, bila diminati oleh pihak swasta dapat diberikan dalam bentuk PKP2B. Perusahaan pemegang izin PKP2B ini diwajibkan menyetor 13,5 persen dari hasil produksinya ke pemerintah melalui kas menteri keuangan.

    Produksi Pertambangan di Provinsi Riau Tahun 2004 – 2006 Menurut Jenis:

    J E N I S

    SATUAN

    P R O D U K S I

    2004

    2 0 0 5

    2 0 0 6

    1. Minyak Bumi Crude Oil

    Ribu Barel

    181 302,85

    166 224,300

    157.765,42

    2. Kondensat

    Ribu Barel

    -

    -

    -

    3. Gas Bumi

    Ribu MSCF

    -

    -

    -

    4. Batu Bara

    Metrik Ton

    651 344,52

    909 468,924

    2.040.500,69

    5. Gambut

    Ton

    77 102,20

    285 740,400

    423.587,40


    Sumber : Dinas Pertambangan Provinsi Riau

    Produksi gambut dihasilkan oleh PT. Arara Abadi di daerah Perawang dan Kabupaten Siak. Sedangkan batubara merupakan produksi PT. Nusa Riau Kencana Coal di Kabupaten Kuantan Singingi. Untuk setiap perusahaan pemegang izin tahap eksploitasi dikenakan iuran, yaitu iuran tetap/landrent dan iuran produksi/royalti. Sedangkan untuk iuran tetap yang besarnya tergantung kepada luas wilayah pertambangannya. Disamping iuran tersebut perusahaan pertambangan juga diwajibkan membayar iuran dan pajak-pajak lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    Disamping minyak bumi, batu bara dan gambut, Provinsi Riau juga memiliki potensi pertambangan lainnya yang tidak kalah banyak jumlahnya. Sekarang tinggal bagaimana Pemerintah Daerah mengelola potensi yang ada tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

    Untuk melihat potensi pertambangan yang ada di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel berikut ini :
    Potensi Pertambangan Menurut Jenis di Provinsi Riau

    No.Kabupaten/KotaPotensi Pertambangan (Ton)
    Batu BaraTimahEmas
    1Kuantan Singingi140.000.000-120.078
    2Indragiri Hulu1.600.000.000--
    3Indragiri Hilir65.000.000--
    4Kampar75.000.0003.00059.470
    5Rokan Hulu145.000.000--
    JUMLAH2.025.000.0003.000179.548

    Sumber : Dinas Pertambangan Provinsi Riau
    Pemutakhiran Terakhir : 01 Maret 2009. Rujukan

    Selanjutnya ..

    Peternakan
    Pembangunan sub sektor peternakan tidak hanya untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan peternak. Usaha peternakan di Provinsi Riau pada umumnya merupakan usaha rakyat bersifat sambilan dan berskala kecil (sapi, kerbau, kambing dan unggas); namun cukup memberikan harapan dalam hal pengembangannya. Adapun permasalahan dalam hal pembangunan sub sektor peternakan adalah relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia, belum berkembangnya pembibitan hewan ternak, usaha peternakan rakyat masih belum dikelola secara profesional dan minimnya sarana dan prasarana penunjang usaha peternakan rakyat.

    Pada umunya peternakan di Provinsi Riau masih bersifat tradisional, meskipun demikian beberapa daerah mendapatkan penyuluhan dari Petugas Lapangan yang didatangkan dari Dinas Peternakan dalam upaya peningkatan produksi ternak serta imunisasi ternak terhadap berbagai kemungkinan terserang penyakit.

    Untuk melihat perbandingan jumlah populasi ternak masing-masing Kabupaten/ Kota tahun 2004 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Jumlah Populasi ternak masing-masing Kabupaten Kota Tahun 2004:

    No.Kabupaten/KotaPopulasi Ternak (Ekor)
    Sapi PotongKerbauKambingAyam
    1Kuantan Singingi16.21715.3851.02061.385
    2Indragiri Hulu23.1052.642812114.504
    3Indragiri Hilir11.26987.89318.250
    4Pelalawan2.0183732501.465.001
    5Siak13.8742112.260113.271
    6Kampar7.98921.5961.57312.747.763
    7Rokan Hulu18.1013.2591.48157.046
    8Bengkalis10.3733.86610.20112.591
    9Rokan Hilir2.3057471.87910.526
    10Pekanbaru2.969
    1.863
    4.9359.360.830
    11Dumai1.9601161.1951.326.582
    TOTAL110.18050.06633.49925.287.749

    Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Riau - 2004

    Dari tabel diatas memberikan informasi bahwa ternak ayam mempunyai jumlah yang paling banyak, yaitu 25.287.749 ekor, diikuti populasi kerbau sapi potong sebanyak 110.180 ekor, kerbau 50.066 ekor dan kambing 33.499 ekor. Bila kita bandingkan populasi ternak pada masing-masing Kabupaten/Kota, Kabupaten Indragiri Hulu mempunyai populasi sapi potong yang paling banyak, yaitu 23.105 ekor atau 20.97 persen dari total populasi keseluruhan sapi potong di Provinsi Riau. Kabupaten Rokan Hulu menempati posisi kedua yaitu sebanyak 18.101 ekor atau 16.42 persen dan Kabupaten Kuantan Singingi sebanyak 16.217 ekor atau 14.71 persen. Sedangkan Kabupaten/Kota yang paling sedikit jumlah populasi sapi potong adalah Kota Dumai sebanyak 1.960 ekor atau 1.78 persen dan Kabupaten Rokan Hilir sebanyak 2.305 ekor atau 2.09 persen.

    Untuk ternak kerbau, Kabupaten Kampar mempunyai populasi kerbau yang paling banyak, yaitu 21.596 ekor atau 43.13 persen dari total jumlah keseluruhan populasi kerbau Provinsi Riau sebanyak 50.066 ekor. Kabupaten Kuantan Singingi posisi kedua sebanyak 15.385 ekor atau 30.72 persen dan Kabupaten Bengkalis 3.866 ekor atau 7.72 persen. Sedangkan Kabupaten/Kota yang paling sedikit populasi kerbaunya adalah Indragiri Hilir sebanyak 8 ekor atau 0.01 persen, Kota Dumai 116 ekor atau 0.23 persen.Rujukan

    Perkembangan Peternakan tahun 2007

    Dari berbagai jenis populasi hewan ternak yang ada di Provinsi Riau, populasi ayam buras mempunyai jumlah populasi yang paling banyak di Provinsi Riau, yaitu sebanyak 6.361.835 ekor, diikuti populasi kambing sebanyak 274.968 ekor, sapi potong 117.078 ekor dan kerbau 52.153 ekor. Bila kita bandingkan populasi ternak pada masing-masing kabupaten/kota, Kabupaten Indragiri Hulu mempunyai populasi sapi potong yang paling banyak, yaitu 22.032 ekor atau 18.81 persen dari total populasi keseluruhan sapi potong di Provinsi Riau. Kabupaten Kuantan Singingi menempati posisi kedua yaitu sebanyak 20.929 ekor atau 17.87 persen dan Kabupaten Siak sebanyak 17.978 ekor atau 15.35 persen. Sedangkan kabupaten/kota yang paling sedikit jumlah populasi sapi potong adalah Kota Dumai, yaitu sebanyak 1.534 ekor atau 1.31 persen dan Kabupaten Pelalawan sebanyak 2.087 ekor atau 1.78 persen.

    Untuk melihat perbandingan jumlah populasi ternak masing-masing kabupaten/ kota tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
    Jumlah Populasi Ternak Masing-masing Kabupaten/Kota Tahun 2007.
    No.Kabupaten/KotaPopulasi Ternak (Ekor)
    Sapi PotongKerbauKambingAyam Buras
    1Kuantan Singingi20.92918.16620.530397.607
    2Indragiri Hulu22.0322.21520.277 115.330
    3Indragiri Hilir6.23316 17.704630.239
    4Pelalawan2.087527 2.303 303.718
    5Siak17.978561 3.276283.755
    6Kampar11.12122.39619.8281.112.578
    7Rokan Hulu17.1412.29317.742260.604
    8Bengkalis6.6313.38887.5891.847.539
    9Rokan Hilir8.4451.19445.093534.346
    10Pekanbaru2.948
    1.330
    5.956635.195
    11Dumai1.53468 34.670240.934
    TOTAL117.07852.153274.9686.361.835

    Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Riau - 2007

    Berbicara masalah populasi ternak tidak terlepas dari jumlah produksi daging yang dihasilkan, karena kebanyakan peternak menjual daging ternaknya untuk menghidupi kebutuhan hidup sehari-hari. Jumlah produksi ternak tergantung kepada kondisi ternak itu sendiri. Ternak yang berkembang dengan baik atau dalam keadaan sehat akan besar jumlah produksinya, namun sebaliknya apabila perkembangan ternak tidak normal atau sakit akan mengurangi jumlah daging ternak itu sendiri. Untuk itu suplai makanan kepada ternak menjadi modal utama bagi perkembangan ternak itu sendiri. Untuk melihat jumlah produksi ternak pada masing-masing kabupaten/ kota dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

    Jumlah Produksi Daging Ternak Masing-masing Kabupaten/ Kota Tahun 2007:
    No.Kabupaten/KotaJumlah Produksi (Kg)
    Sapi PotongKerbauKambingAyam Buras
    1Kuantan Singingi698.574261.16460.363415.151
    2Indragiri Hulu112.01213.09222.433120.419
    3Indragiri Hilir408.2071.109130.167658.047
    4Pelalawan68.5989.5419.133317.120
    5Siak124.79216.64213.505296.275
    6Kampar306.907799.46928.5291.161.669
    7Rokan Hulu547.470102.29151.578272.102
    8Bengkalis517.024172.408314.3761.929.058
    9Rokan Hilir268.19144.82284.890557.923
    10Pekanbaru3.251.933
    254.951
    96.055663.222
    11Dumai46.985187.9416.404251.555
    TOTAL6.350.6941.863.431817.4346.642.541

    Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Riau - 2007

    Dari tabel di atas terlihat bahwa produksi daging ayam buras lebih banyak dibandingkan produksi daging ternak lainnya, yaitu sebanyak 6.642.541 kg, sapi potong 6.350.694 kg, kerbau 1.863.431 kg dan kambing sebanyak 817.434 kg. Jika dibandingkan masing-masing kabupaten/kota untuk jumlah produksi daging ternak, Kota Pekanbaru menghasilkan produksi daging sapi potong yang paling banyak, yaitu 3.251.933 kg atau 51.20 persen atau lebih dari separoh produksi daging sapi yang ada di Provinsi Riau. Kabupaten Kuantan Singingi menempati posisi kedua yaitu sebanyak 698.574 kg atau 10.99 persen dan Kabupaten Rokan Hulu sebanyak 547.470 kg atau 8.62 persen. Sedangkan yang paling sedikit jumlah produksi daging sapi potong adalah Kota Dumai, yaitu sebanyak 46.985 kg atau 0.73 persen dan Kabupaten Pelalawan sebanyak 68.598 kg atau 1.08 persen.

    Untuk produksi daging kerbau, Kabupaten Kampar merupakan yang paling banyak, yaitu 799.469 kg atau 42.90 persen dari total produksi daging kerbau secara keseluruhan di Provinsi Riau tahun 2007. Kabupaten Kuantan Singingi menempati posisi kedua, yaitu sebanyak 261.164 kg atau 14.01 persen dan Kota Pekanbaru sebanyak 254.951 kg atau 13.68 persen. Sedangkan kabupaten yang paling sedikit jumlah produksi daging kerbau adalah Indragiri Hilir sebanyak 174 kg atau 0.02 persen dan Kabupaten Pelalawan sebanyak 3.268 kg atau 0.33 persen.

    Produksi daging kambing bila dibandingkan daging ternak lainnya merupakan paling sedikit produksi dagingnya di Provinsi Riau, yaitu hanya sebesar 817.434 Kg. Kabupaten Bengkalis merupakan penghasil daging kambing yang paling banyak, yaitu 314.376 kg atau 38.45 persen dari total keseluruhan produksi daging itik di Provinsi Riau tahun 2007. Posisi kedua ditempati Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 130.167 kg atau 15.92 persen dan Kota Pekanbaru sebanyak 96.055 kg atau 11.75 persen. Kota Dumai merupakan penghasil daging kambing yang paling sedikit, yaitu 6.404 kg atau 0.78 persen dan Kabupaten Pelalawan sebanyak 9.133 kg atau 1.11 persen.

    Kabupaten Bengkalis merupakan penghasil daging ayam buras yang paling banyak, yaitu sebanyak 1.929.058 kg atau 29.04 persen, Kabupaten Kampar sebanyak 1.161.669 kg atau 17.48 persen dan Kota Pekanbaru sebanyak 663.222 kg atau 9.98 persen. Kabupaten Indragiri Hulu merupakan penghasil daging ayam buras paling sedikit, yaitu sebesar 120.419 kg atau 1.81 persen dan Kota Dumai sebanyak 251.555 kg atau 3.78 persen.

    Untuk memenuhi kebutuhan akan daging di Provinsi Riau, biasanya ternak tersebut di lakukan pemotongan setiap hari. Namun sebahagian ternak banyak juga dilakukan pemotongan pada hari raya qurban. Harga daging ternak cenderung berfluktuasi, kadang-kadang bisa dijual dengan harga tinggi, namun apabila daging banyak di pasar justru harganya akan menjadi turun.

    Jumlah Pemotongan Ternak Masing-masing Kabupaten/ Kota Tahun 2007:
    No.Kabupaten/KotaJumlah Pemotongan (/Tahun)
    Sapi PotongKerbauKambingAyam Buras
    1Kuantan Singingi3.7361.1833.235556.650
    2Indragiri Hulu599 591.202161.462
    3Indragiri Hilir2.18356.976882.335
    4Pelalawan367367490425.205
    5Siak66775724397.257
    6Kampar1.6413.6211.5291.557.609
    7Rokan Hulu2.9284632.764364.846
    8Bengkalis2.76578116.8492.586.555
    9Rokan Hilir1.4342034.550748.084
    10Pekanbaru17.390
    1.155
    5.148889.273
    11Dumai251851343337.294
    TOTAL33.9608.44043.8108.906.569

    Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Riau - 2007

    Dari tabel di atas terlihat bahwa pemotongan ayam buras lebih banyak di lakukan di Provinsi Riau pada tahun 2007, yaitu sebanyak 8.906.569 ekor setiap tahunnya. Kabupaten Bengkalis merupakan kabupaten yang paling banyak melakukan pemotongan, yaitu sebanyak 2.586.555 ekor pertahun di ikuti Kabupaten Kampar sebanyak 1.557.609 ekor. Pemotongan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan daging bagi penduduk Riau dalam rangka memenuhi keperluan sehari-hari. Di samping ayam buras, pemotongan kambing juga banyak dilakukan di Provinsi Riau. Pada tahun 2007 tercatat pemotongan kambing di Provinsi Riau berjumlah 43.810 ekor per tahunnya dimana Kabupaten bengkalis juga paling banyak melakukan pemotongan, yaitu sebanyak 16.849 ekor. Sedangkan untuk ternak sapi potong, pemotongan setiap tahunnya berjumlah 33.960 ekor dengan pemotongan terbanyak dilakukan di Kota pekanbaru, yaitu sebanyak 17.390 ekor. Untuk ternak kerbau, jumlah pemotongan pada tahun 2007 hanya sebanyak 8.440 ekor, dimana Kabupaten Kampar merupakan kabupaten paling banyak melakukan pemotongan yaitu sebanyak 3.621 ekor.
    Pemutakhiran Terakhir : 01 Maret 2009.Rujukan

    Selanjutnya ..